Halaman

Selasa, 11 Juni 2013

Makalah BAB 9 SILOGISME





A.      Pengertian Silogisme
 Silogisme adalah penarikan konklusi secara deduktif tidak langsung yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus.
Hal yang paling penting yakni bahwa silogisme dan bentuk-bentuk inferensi yang lain, persoalan kebenaran serta ketidakbenaran pada premis-premis tidak pernah timbul. Hal itu disebabkan oleh premis-premis selalu diambil yang benar. Akibatnya, konklusi sudah dilngkapi oleh hal-hal yang benar. Dengan perkataan lain, silogisme hanya mempersoalkan kebenaran formal (kebenaran bentuk) dan tidak lagi mempersoalkan kebenaran material (kebenaran isi). Silogisme inilah sebenarnya inti dari logika.

B.       Struktur Silogisme
Sebuah silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu dua proposisi yang disajikan dan sebuah proposisi yang ditariknya. Proposisi yang disajikan dinamai premis mayor dan premis minor, sedangkan kesimpulannya dinamai konklusi. Setiap proposisi terdiri atas dua term. Oleh karena itu, silogisme harus mempunyai enam term. Sebenarnya, silogisme hanya memiliki tiga term, karena untuk masing-masing dinyatakan dua kali. P konklusi disebut term mayor, sedang S-nya disebut term minor, dan term yang sama-sama terdapat pada kedua proposisi disebut term pnengah. Term penengah ini merupakan factor terpenting dalam silogisme, karena penyebab kedua premis dapat saling berhubungan sehingga menghasilkan konklusi. Dengan perkataan lain, term penengah menetapkan hubungan term mayor dengan term monir.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam silogisme yaitu:
(1)   Premis mayor disajikan terlebih dahulu, lalu diikuti premis minor;
(2)   term penengah dilambangkan oleh M;
(3)   term mayor dilambangkan oleh P; dan
(4)   term minor dilambangkan oleh S.

C.      Pembagian Silogisme
Secara garis, silogisme dapat dibedakan atas dua macam yatu silogisme murni dan silogisme campuran, silogisme mempunyai hubungan yang sama pada proposisinya. Kebalikanya, silogisme campuran memiliki hubungan yang berbeda pada proposisinya.

Silogisme murni dapat dibedakan lagi atas: (1) silogisme murni kategoris (semua proposisi pembentuknya kategoris) ; (2) silogisme murni hipotesis (semua proposisi pembentuknya hipotesis) ; dan (3) silogisme murni disjunktif (semua proposisi pembentuknya desjunktif).
Silogisme campuran dibedakan atas:
(1)               Silogisme campuran hipotesis kategori (premis mayor hipotesis, premis minor kategori dan konklusinya kategoris) ; (2) silogisme campuran kategoris disjunktif (premis mayor disjunktif, permis minor kategoris, konklusinya kategoris) ; dan (3) silogisme campuran dilema (premis mayornya hipotesis, premis minor disjunktif, dan konklusinya kategoris atau disjunktif).

D.      Prinsip Dasar Silogisme
Ada dua prinsip dasar dalam silogisme.
(1)   Terdapat dua buah term, keduanya mempunyai hubungan dengan term lain, maka kedua term itu satu sama lainnya memiliki hubungan pula (A = C; B = C; ... A = C).
Contohnya :  Pak Ewoy adalah ayah Ewey
                     Pak Ewoy adalah guru SD
                     Jadi, ayah Ewoy adalah guru SD 
(2)   Terdapat dua buah term, satu di antaranya mempunyai hubungan dengan sebuah term ketiga, sedangkan term yang satu lagi tidak, maka kedua term itu tidak mempunyai hubungan satu sama lain (A = C; B = C; ... A = B).
Contoh :   Ani bukanlah putrid Pak Ano
                        Puteri Pak Ano sngatlah cantik
                        Jadi, Ani tidaklah cantik

E.       Bentuk Silogisme
Aristoteles mengemukakan tiga bntuk silogisme (bentuk I, II dan III), Galen menambahkannya lagi satu bentuk (bentuk IV). Bentuk silogisme ditentukan oleh kedudukan term menengah dalam hubungannya dengan term-term yang terdapat pada premis-premis. Ada empat kemungkinan kedudukan term menengah dalam dua buah premis, oleh karenanya terdapat pula empat bentuk silogisme.
Bentuk I   :  Dalam bentuk I, term penengah adalah S premis mayor dan P premis minor.
                    MP Semua mahasiswa Uninus mendapat tunjangan
                    SM Robet Ewoy adalah mahasiswa Uninus
                    SP Robet Ewoy mendapat tunjangan

Bentuk II  :  Dalam bentuk II, term penengah P dari kedua premisnya
                    PM Semua manusia bijaksana
                    SM Semua hewan tidak berotak
                    SP Semua hewan bukan manusia

Bentuk III :  Dalam bentuk III, term penengah adalah S dari kedua premisnya
                    MP Semua muslimat berjilbab
                    MS sebagian muslimat sudah naik haji
                    SP Sebagian yang sudah naik haji berjilbab

Bentuk IV:   Dalam bentuk IV, term penengah adalah P dari premis mayor dan S dari premis minor
            PM Semua dosen menulis
            MS Semua yang menulis pandai
            SP Sebagian yang pandai adalah dosen

F.       Aturan-aturan Umum Silogisme Kategoris dan Pelanggaran yang Menimbulkan Kesalahannya.

Aturan I : Tiap-tiap silogisme pastilah terdiri atas tiga term.
Aturan itu berguna untuk menentukan cara penarikan konklusi dalam bentuk silogisme atau bukan. Suatu bentuk silogisme harus mempunyai tiga term yaitu term mayor, term minor dan term penengah yang masing-masingnya disebut dua kali. Pelanggaran terhadap aturan ini  akan berdampak kesalahan adanya empat buah term atau kesalahan pembolakbalikan (fallacy of equivocation). Contohnya pada:
(1)   Semua manusia pasti mati
Semua monyet adalah binatang
Jelaslah bahwa dari dua premis di atas, tidak terdapat konklusi yang dapat diambil.
(2)   Kaki saya menyentuh sofa
Sofa menyentuh lantai.
Kaki saya menyentuh lantai.
Dalam contoh (2) terdapat empat butir term yaitu kaki saya, menyentuh sofa, sofa dan menyentuh lantai. Karena itu, tidak ada konklusi yang dapat ditarik.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menarik kenyataan bahwa term yang dipakai dalam silogisme tidak boleh ada yang bermakna ganda (ambigu). Jika salah satu term bermakna ganda, maka kita akan membuat kesalahan equivocation. Kata-kata yang dimiliki makna ganda merupakan beberapa term sesuai dengan jumlah makna yang terkandung di dalamnya. Jika term mayor bermakna ganda, kesalahan akan menjadi bermakna ganda mayor. Jika term minor atau term penengah yang bermakna ganda, maka kesalahan akan menjadi bermakna ganda minor atau bermakna ganda penengah.
Berikut ini merupakan contoh kesalahan argumen dan pemakaian term yang bermakna ganda.
1)    Bermakna ganda mayor
No courageous creature flies
The eagle is a courageous creature
The eagle does not fly
Dalam contoh pertama term mayor terbang (flies) dipakai dengan makna ganda. Dalam premis mayor artinya ‘hilang dari perasaan’ . Dalam konklusi artinya ‘terbang di udara’
2)    Bermakna ganda minor
No man is made of paper
All pages are me
No pages are made of paper
Pada contoh diatas term nimor pages dipergunakan dengan arti yang tidak sama. Pada premis artinya ‘pelayan’. Sedangkan dalam konklusi artinya ‘halaman buku.’
3)    Bermakna ganda penengah
(1)   -    Semua perbuatan kriminal harus dihukum dengan undang-undang
-        Pendakwan terhadap pencuri adalah perbuatan criminal.
-        Pendakwaan terhadap pencurian harus dihukum dengan undang-undang.
Perbuatan kriminal dalam premis mayor artinya ‘kejahatan’ dan dalam premis minor artinya ‘perkara kriminal’.
Aturan II : Silogisme mestilah terdiri dari hanya tiga proposisi
Aturan II, sama halnya dengan aturan I yakni hanaya untuk membedakan silogisme dari bentuk-bentuk penarikan konklusi tidak langsung lainnya. Aturan ini sebenarnya telah dinyatakan dalam definisi silogisme oleh karena itu, tidak ada yang harus dibahas lagi.

Aturan III: Term penengah mestilah tersebar dalam premis, paling kurang satu kali.
Karena term penengah menyebabkan term mayor dan term minor mempunyai hubungan, maka ia mestilah tersebar dalam salah satu premis, paling kurang satu kali. Jika term penengah itu tak tersebar, jelas tidak akan terdapat hubungan antara kedua premis itu dan karena itu konklusi tidak akan dapat ditetapkan. Oleh karena itu, jika sebagian term penengah berhubungan dengan term mayor, dan sebagian lainnya berhubungan dengan term minor, maka tidak ada konklusi yang dapat diambil. Misalnya dari dua proposisi di bawah ini tidak ada koklusi yang dapat diambil.
-        Semua manusia pasti mati
-        Semua anjing pasti mati
Kesalahan yang terjadi akibat tidak mengikuti aturan III ini disebut kesalahan penengah yang tidak tersebar (the fallacy of undistributed middle). Berikut ini contoh kesalahannya.
-        Sebagian manusia pasti adalah guru
-        Semua binatang yang padai melacak pencuri adalah manusia.
-        Semua binatang yang pandai melacak pencuri adalah guru.

Aturan IV: Tak satu pun yang dapat tersebar dalam konklusi bila tak tersebar dalam premis.
Oleh karena silogisme adalah bentuk penarikan konklusi secara deduktif, maka konklusi tidak dapat lebih umum dari premis-premisnya. Itulah sebabnya term yang tidak diambil dari keseluruhan denotasi, yaitu term yang tidak tersebar dalam premis, tidak dapat pula tersebar dalam denotasi konklusi. Pelanggaran terhadap aturan ini menimbulkan kesalahan proses yang tidak sah (the fallacy of elicit process). Jika term mayor tersebar dalam konklusi tanpa tersebar dalam premis, kesalahan disebut elicit mayor, dan jika term minor tersebar dalam koklusi tanpa tersebar dalam premis kesalahan disebut illicit minor, misalnya:
Illicit mayor
- Semua lembua adalah binatang berkaki empat.
- Tidak seekor pun anjing adalah embu
- Tidak seekor pun anjung adalah binatang berkaki empat.
Argumen di atas ini mempunyai kesalahan illicit mayor, karena term binatang berkaki empat tersebar dalam konklusi sedangkan dalam premis ia tidak tersebar.
Illicit minor
- Tidak seorang pun manusia adalah sempurna
- Semua manusia adalah binatang
- Tidak seekor pu  binatang adalah sempurna.
Argument ini mempunyai kealahan illicit minor, karena term binatang tersebar dalm konklusi, sedangkan dalam prenmis tidak tersebar.

Aturan V: Dari dua premis negatif tidak ada konklusi yang dapat diambil
Proposisi negative menyatakan bahwa P menyangkal (negasi) S, yaitu tak ada hubungan antara S dan P. Jika kedua premis negatif, baik mayor maupun minor tidak akan mempunyai hubungan denga term penengah. Jika tidak ada hubungan dengan term penengah atau antara minor dan penengah, maka tidak ada hubungan antara mayor dan minor. Akibatnya, tidak ada konklusi yang dapat diambil. Konklusi hanya dapat diambil jika paling kurang satu dari mayor dan minor mempunyai hubungan penengah karena atas dasar perhubungan itulah kita dapat menarik k

2 komentar: