Halaman

Sabtu, 11 Januari 2014

ANALISIS GAYA BAHASA PADA RUBRIK OPINI DALAM SURAT KABAR HARIAN LOMBOK POS EDISI 2 NOVEMBER - 29 NOVEMBER 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:30). Bahasa meliputi dua bidang yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi. Oleh karena itu, bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa pada umumnya yaitu sebagai alat komunikasi atau alat perhubungan antar anggota-anggota masyarakat. Bahasa sebagai alat komunikasi dapat digunakan untuk bertukar pendapat, berdiskusi, atau membahas persoalan yang dihadapi. Melalui bahasa juga dapat mewarisi budaya dan tradisi yang diturunkan oleh para leluhur.
Alat komunikasi sosial merupakan fungsi dari bahasa secara umum. Artinya didalam masyarakat ada komunikasi atau saling hubungan antar masyarakat, yang dalam keperluan itu membutuhkan suatu wahana berupa bahasa. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan yang mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan pada masa depan. Bahasa-bahasa menunjukkan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan. Tanpa bahasa seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan hidupnya.
Berdasarkan saluran komunikasi bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas dua macam, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Karena setiap masyarakat bahasa memiliki bahasa lisan, sedangkan bahasa tulisan baru muncul kemudian, maka soal yang perlu ditelaah ialah bagaimana orang menuangkan ujarannya ke dalam bentuk tulisan (Kusno, 1985: 01).
Bahasa tulis dianggap sebagai objek sekunder. Ini tidak mengherankan karena dari sebuah kalimat yang tertulis, terlalu sulit diterka apa yang tersirat dalam tulisan itu. Bahasa tulis dapat melengkapi apa yang kita perolah dari bahasa lisan. Oleh sebab itu, bahasa tulis merupakan bahasa yang digunakan dalam bentuk tulisan, serta banyak dimanfaatkan dalam berbagai situasi komunikasi dan tujuan yang berbeda.
Kelaziman penggunaan bahasa Indonesia, baik wujud bahasa lisan maupun bahasa tulisan itu mempunyai perbedaan dalam hal kesempurnaan, strukturnya. Dalam hal ini, karena bahasa tulis itu merupakan tiruan bahasa lisan, maka dari kekurang sempurnaan struktur pada bahasa lisan memungkinkan terbawanya struktur tersebut dalam wujud bahasa tertulis. Struktur yang dimaksud adalah bentukan-bentukan kata dan penggunaan kalimat-kalimat.
Dalam hal ini peneliti juga harus memperhatikan pedoman untuk menjaga agar bahasa tetap santun dan efektif. Pedoman yang pertama adalah bahasa itu harus tepat, hemat, cermat, padat, dan singkat. Kedua, bahasa yang digunakan sesuai dengan suasana, baik suasana resmi atau tidak resmi dan sebagainya. Ketiga, peranan kata dalam kalimat harus diperhatikan. Keempat, kalimat hendaknya bervariasi, baik variasi aktif-pasif, pilihan kata maupun gaya bahasanya. Disamping itu penggunaan ejaan yang meliputi penulisan huruf, penulisan kata, dan tanda baca juga harus diperhatikan dengan baik. Gaya bahasa sesungguhnya terdapat pada seluruh ragam bahasa, baik ragam bahasa lisan maupun ragam bahasa tulisan.
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Ada kalimat yang bertsifat periodik, bila bagian yang terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan ditempatkan pada akhir kalimat. Ada kalimat yang bersifat kendur, yaitu bila bagian kalimat yang mendapat penekanan ditempatkan pada awal kalimat. Bagian-bagian yang kurang penting atau semakin kurang penting dideretkan sesudah bagian yang dipentingkan tadi. Dan jenis yang ketiga adalah kalimat berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat.
Keraf (2013: 23) mengungkapkan sebuah kata yang tepat untuk menyatakan maksud tertentu pula diperhatikan kesesuaian dengan situasi yang dihadapi. Dalam hal ini diperlukan gaya yang tepat digunakan dalam suatu situasi. Gaya bahasa merupakan cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa merupakan sebagian dari diksi pertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individu atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi. Melalui gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Diksi dan gaya bahasa itu juga dapat dimanfaatkan dalam pemikiran strategi dan perencanaan naskah, salah satunya yakni naskah opini. Opini merupakan Pendapat umum mengenai peristiwa yang dianggap bom-bastis dan menjadi pembicaraan umum.
Keraf (2013: 113) menyatakan bahwa gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa tertentu untuk menghadapi hierarki kebahasaan, pilihan kata secara individu, frasa, klausa, dan kalimat bahkan mencankup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Jiwa dan kepribadian yang dimaksud adalah bagaimana seorang penulis menggambarkan seorang tokoh dengan bahasa yang khas dan gaya penulisannya.
Sebelumnya banyak penelitian yang membahas tentang gaya bahasa. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Ani Agustin dengan judul “Gaya Bahasa dalam Rubrik Opini Lombok Pos Eddisi Juli 2013”. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa gaya bahasa langsung tidaknya makna lebih dominan dipergunakan. Gaya bahasa persamaan dan gaya bahasa metonimia tersebut nampaknya oleh penulis dimaksudkan untuk memperindah dan untuk lebih menekankan makna, sedangkan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat relatif sedikit digunakan, gaya bahasa tersebut untuk menjelaskan ide atau inti, dari subjek yang dibicarakan.
Penelitian tentang gaya bahasa yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Anik Sujiati dengan judul “Analisis Gaya Bahasa dalam Cerpen-Cerpen Lombok Pos sebagai Alternatif Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMA”. Penelitian ini membahas tentang gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang terdiri atas klimaks, antiklimaks, antitesis, dan repetisi, sedangkan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna meliputi gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan, yang terdiri dari simile, metafora, personifikasi, sarkasme, dan inuendo. Dari kedua gaya bahasa tersebut, gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna lebih dominan digunakan, sedangkan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat relatif sedikit digunakan. Dari penelitian di atas, jelas diungkapkan tentang gaya bahasa yang didalamnya terdapat unsur-unsur gaya bahasa.
Untuk itu tujuan dari penelitian yang berjudul Analisis Gaya Bahasa pada Rubrik Opini dalam Surat Kabar Harian Lombok Pos Edisi 2 November - 29 Novemberi 2013 ini berusaha untuk mengungkap wujud gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat baik dari segi klimaks, antiklimaks, paralisme, antitesis, maupun repetisi yang terdapat dalam koran harian Lombok Pos rubrik opini kemudian mendeskripsikan dan menginterpretasi. Adapun penelitian yang terdahulu lebih menekankan dari segi gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna sedangkan penelitian ini lebih menekankan pada gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat (klimaks, antiklimaks, paralisme, antitesis, maupun repetisi).
Melalui kegiatan analisis dalam penelitian ini, peneliti mengambil kalimat-kalimat dalam rubrik “opini” edisi November 2013, didasarkan atas kenyataan bahwa dalam rubrik tersebut terdapat gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat (klimaks, antiklimaks,paralelisme,antitesis,repetisi). Sehingga hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebegai acuan dalam penulisan sebuah gaya bahasa berdasarkan kalimat dalam karangan termasuk opini, dan dapat memberi manfaat bagi banyak kalangan, baik kalangan akademis atau umum. Serta secara langsung diharapkan penelitian ini bermanfaat dalam menentukan keberhasilan dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
1.2    Jangkauan Masalah
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu:
1)      Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
2)      Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana
3)      Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
4)      Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
Dari keempat aspek tersebut dapat dibagi menjadi beberapa aspek. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.
Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali segesti ini akan lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari pembicara, bila sajian yang dihadapi adalah lisan.
Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat adalah sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat disini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut.
Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Bila acuan yang digunakan itu masih mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos.

1.3     Batasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini peneliti membatasi pada kajian penggunaan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat. Untuk mencapai tujuan yang jelas dalam suatu penelitian perlu dilakukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya menganalisis pada penggunaan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang terdapat dalam surat kabar harian Lombok Pos rubrik opini. Selain itu penelitian ini juga mengkaji pada segi fungsi, fungsi yang dimaksud adalah fungsi informasi. Penelitian ini juga mengkaji dari segi makna yang meliputi makna ideasional, afektif, konotatif, dan denotatif. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang dikaji meliputi klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, repetisi.

1.4    Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, peneliti mengangkat tiga permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah wujud gaya bahasa yang digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian lombok Pos?
2.      Bagaimanakah fungsi gaya bahasa yang digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian lombok Pos?
3.      Bagaimanakah makna gaya bahasa yang digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian lombok Pos?

1.5    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut.
1.      Untuk mendeskripsikan wujud gaya bahasa yang digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian lombok Pos.
2.      Untuk mendeskripsikan fungsi gaya bahasa yang digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian lombok Pos.
3.      Untuk mendeskripsikan makna gaya bahasa yang digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian lombok Pos.

1.6    Manfaat Penelitian
Setiap penelitian selalu memiliki manfaat begitu juga dengan peneliti ini, adapun manfaatnya bagi masyarakat adalah dapat mengurangi kesalahan dalam menulis terutama yang mengalami kesulitan dalam berbahasa, terutama yang tidak mengenal tentang gaya bahasa berdasarka struktur kalimat. Adapun manfaat bagi peneliti adalah dapat menjadi bekal dalam melaksanakan tugasnya kelak sebagai pengajar khususnya dalam bidang kebahasaan (tentang gaya bahasa).

1.7     Definisi Istilah
Ada beberapa istilah yang mempunyai arti khusus yang digunakan dalam penelitian ini, istilah perlu ditegaskan supaya tidak menimbulkan salah pengertian.
Istilah-istilah tersebut adalah:                                                                        
1)      Analisis
Analisis adalah penye lidikan terhadap suatu peristiwa(karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab – musabab, duduk perkaranya, dsb).
2)      Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
3)      Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
Sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut.
4)      Opini
Suatu pernyataan mengenai sesuatu yang sifatnya bertentangan atau sebuah tulisan yang bersifat menjelaskan, mengevaluasi atau mengklarifikasi sebuah persoalan.
5)      Wujud
Suatu bentuk data yang mengandung gaya bahasa, dan dapat dianalisis  sesuai dengan jenis dan maknanya.
6)      Fungsi
Kata atau kalimat yang memiliki makna konotasi, dan bagaimana nuansa makna atau keindahan kata atau kalimat tersebut.
7)      Makna
Bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa yang dituturkan, atau suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas unsur-unsur penting.

1.8     Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui keaslian sebuah karya ilmiah. Pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari awal, akan tetapii umumnya telah ada acuan yang mendasarinya. Hal ini bertujuan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Oleh karena itu dirasakan perlu sekali meninjau penelitian yang telah ada. Penelitian dengan judul Analisis Gaya Bahasa pada Rubrik Opini dalam Surat Kabar Harian lombok Pos belum pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Akan tetapi jenis penelitian yang menganalisis karya sastra dengan tinjauan diksi dan gaya bahasa sudah banyak dilakukan oleh peneliti yang terdahulu, dengan demikian hasil penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai tinjauan terhadap penelitian yang sedang dilakukan ini.
Skripsi Ani Agustin dengan judul “Gaya Bahasa dalam Rubrik Opini Lombok Pos Edisi November 2013”. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa gaya bahasa langsung tidaknya makna lebih dominan dipergunakan. Gaya bahasa persamaan dan gaya bahasa metonimia tersebut tampaknya oleh penulis dimaksudkan untuk memperindah dan untuk lebih menekankan makna, sedangkan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat relatif sedikit digunakan, gaya bahasa tersebut untuk menjelaskan ide atau inti, dari subjek yang dibicarakan.
Skripsi Anik Sujiati dengan judul “Analisis Gaya Bahasa dalam Cerpen-Cerpen Lombok Pos Sebagai Alternatif Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMA”. Penelitian ini membahas tentang gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang terdiri atas klimaks, antiklimaks, antitesis, dan repetisi, sedangkan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna meliputi gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan, yang terdiri dari simile, metafora, personifikasi, sarkasme, dan inuendo. Dari kedua gaya bahasa tersebut, gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna lebih dominan digunakan, sedangkan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat relatif sedikit digunakan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Pengertian Gaya Bahasa
Gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Keraf (2013:113) mengungkapkan bahwa gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yaitu kejujuran, kesopanan, dan kemenarikan. Gaya bahasa adalah kemampuan dari seorang pemakaian bahasa dalam mempergunakan ragam bahasa tertentu untuk menimbulkan efek keindahan tertentu yang dimunculkan secara kreatif oleh seorang penulis atau pemakai bahasa.
Setiap pengarang mempunyai gaya tersendiri dalam menggunakan gaya bahasanya dalam karya sastra. Untuk mengetahui seberapa jauh nilai-nilai sastra itu perlu mengetahui gaya bahasa. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek estetik dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hala lain yang lebih umum (Tarigan, 1987:5).
Menurut Aminuddin gaya bahasa mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 2013:72). Jadi dalam kesustraan antara istilah gaya dan bahasa tidak dapat dipisahkan, sehingga sering sekali istilah gaya dimaksudkan sebagai penggunaan bahasa dalam karya sastra.
Gaya bahasa adalah alat tertentu yang digunakan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan pengarang sehingga penikmat atau pembaca dapat tertarik atau terpakau setelah membaca karya sastra (Sugiarti, 2013:78). Dari hal tersebut dapat diketahui, bahwa wujud gaya adalah bahasa berdasarkan struktur kalimat. Oleh karena itu, dalam memberikan batasan “gaya” pun sering terjadi dua pengertian. Yang pertama bahasa dipandang sebagai segi “bentuk” sedangkan disisi lain bahasa dipandang sebagai isi. Dengan demikian dalam memberikan batasan konsep gaya, ada yang cenderung memilih alat dari pada bahan atau disisi lain cenderung memilih pengungkapan dari pada isi.
Dari pernyataan gaya bahasa yang dipaparkan oleh beberapa ahli tidak tampak adanya perbedaan yang mendasar, bahkan pendapat itu dapat semakin memperjelas konsep dari gaya bahasa itu. Maka dapat disimpulkan pengertian gaya bahasa adalah cara pengarang mendayagunakan sumber-sumber kebahasaan yang dipilih dan diatur untuk mengekspresikan ide, gagasan, dan pengalaman pengarang.

2.2    Jenis-jenis Gaya Bahasa
Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandangan. Oleh sebab itu sulit diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak.
Ada dua aliran mengenai gaya yang terkenal (1) aliran politik: menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan; menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak memiliki style/gaya, (2) Aliran Aistoteles: menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren, yang ada dalam tiap ungkapan (Keraf,1990:112). Pandangan atau pendapat tentang gaya bahasa sejauh ini sekurang-kurangnya dapat dibedakan, pertama dapat dilihat dari segi non bahasa, dan kedua dilihat dari segi bahasanya sendiri (Keraf, 1990:115).
Dari segi nonbahasa gaya dibagi atas tujuh pokok, berdasarkan (1) pengarang: penulis dalam sebuah karangan, (2) masa: kurun waktu, (3) medium: alat komunikasi, (4) subjek, (5) tempat: lokasi atau geografis, (6) hadirin, (7) tujuan: dimana pengarang ingin mencurahkan gejala emotifnya (Keraf, 1990:116). Dari segi bahasa, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu berdasarkan (a) pilihan kata yaitu, bahasa resmi dan tidak resmi dan percakapan, (b) nada dikenal dengan adanya gaya sederhana, (c) struktur kalimat, bersifat mundur, periodik dan seimbang, (d) langsung tidaknya makna, dikenal dengan adanya kalimat polos dan kalimat yang memiliki gaya (retoris dan kiasan). Jenis-jenis gaya bahasa sebagai berikut:

2.2.1    Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat adalah tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersersebut (Keraf, 2013:124). Ada kalimat yang bersifat periodik, bila bagian yang terpenting atau gagsan yang mendapat penekanan ditempatkan pada akhir kalimat. Ada kalimat yang bersifat kendur, yaitu bila bagian kalimat yang mendapat penekanan ditempatkan pada awal kalimat. Bagian-bagian yang kurang penting atau semakin kurang penting dideretkan sesudah bagian yang dipentingkan tadi. Dan jenis yang ketiga adalah kalimat berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat.
Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat sebagai yang dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh gaya-gaya bahasa sebagai berikut:
1.      Klimaks
Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.
Contoh:
1)      Kami mendoakan agar pada suatu waktu – kapan saja waktunya – mereka dapat berdiri sendiri, bukan supaya mereka tidak bisa tunduk dibawah pengaruh kita, mengabdi dan berbakti kepada kita tetapi karena justru inilah keadilan sosial yang selama ini kita perjuangkan.
2)      Dalam dunia perguruan tinggi yang dicengkam rasa takut dan rasa rendah diri, tidak dapat diharapkan pembaharuan, kebanggaan akan hasil-hasil pemikiran yang obyektif atau keberanian untuk mengungkapkan pendapat secera bebas.
3)      Di samping itu, sastrawan mempunyai waktu yang cukup panjang untuk memilih, merenungkan bahkan menciptakan cara-cara baru dan bentuk-bentuk tertentu dalam penyampaian maksudnya, mereka juga mempunyai kebebasan yang luas untuk menyimpang dari tulisan biasa.
4)      Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.
Klimaks disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang sebenarnya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi. Bila klimaks itu terbentuk dari beberapa gagasan yang berturut-turut semakin tinggi kepentingannya, maka ia disebut anabasis.
2.      Antiklimaks
Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks sering kurang efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu.
Contoh:
1)      Kita hanya dapat merasakan betapa besarnya perubahan dari bahasa melayu ke bahasa Indonesia, apabila kita mengikuti pertukaran pikiran, polemik, dan pertentangan yang berlaku sekitar bahasa Indonesia dalam empat puluh tahun ini antara pihak guru sekolah lama dengan angkatan penulis baru sekitar tahun tiga puluhan, antara pihak guru dengan pihak kaum jurnalis yang masih terdengar gemanya dalam Kongres Bahasa Indonesia dalam tahun 1954.
2)      Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya, pendiam dan tidak terkenal namanya (mengandung ironi).
3)      Pembangunan lima tahun telah dilancarkan serentak di Ibu kota negara, ibu kota – ibu kota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh Indonesia.
Antiklimaks sebagai dinyatakan dalam klimaks terakhir masih efektif karena hanya mencakup soal tata tingkat. Tata tingkat ini bisa terjadi karena hubungan organisatoris, hubungan usia atau besar kecilnya suatu barang. Tetapi bila yang dikemukakan adalah persoalan atau gagasan yang abstrak, sebaiknya jangan mempergunakan gaya antiklimaks.
Seperti halnya dengan gaya klimaks, antiklimaks dapat dipakai sebagai suatu istilah umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut. Dekrementum adalah antiklimaks yang berwujud menambah ide yang kurang penting pada suatu ide yang penting seperti pada contoh pertama di atas. Dan bila antiklimaks itu mengurutkan sejumlah ide yang sangat penting, maka ia disebut katabasis seperti diperlihatkan pada contoh kedua dan ketiga. Sebaliknya, bila dari suatu ide yang sangat penting tiba-tiba menukik ke suatu ide yang sama sekali tidak penting, maka antiklimaks itu disebut batos. Misalnya: Engkaulah raja yang maha kuasa di daerah ini, seorang hamba yang pengecut dari tuanmu yang pemurah.
3.      Paralelisme
Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Kesejajaran tersebut dapat pula berbentuk anak kalimat yang bergantung pada sebuah induk kalimat yang sama. Gaya ini lahir dari struktur kalimat yang berimbang.
Contoh:
1)      Tidak pernah dikemukakan, usahakan dirasakan:
Bahwa bahasa itu lain daripada alat lain dalam pergaulan, mempunyai makna yang yak kurang, bahkan yang barangkali lebih penting pula, oleh karena dalam bahasa itu manusia dapat mencurahkan suka dan dukanya, cita dan hasyrat jiwanya,
Bahwa bahasa itu terkandung arti yang tiada terkira-kira besarnya, oleh karena segala perasaan manusia dapat, malahan harus terbayang di dalamya.
2)      Sangatlah ironis kedengaran bahwa ia menderita kelaparan dalam sebuah daerah yang subur dan kaya, serta mati terbunuh dalam sebuah negeri yang sudah ratusan tahun hidup dalam ketentraman dan kedamaian.
3)      Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas. (Tidak baik: Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi kita harus memberantasnya.)
4)      Baik golongan yang tinggi maupun golongan yang rendah, harus diadili kalau bersalah. (Tidak baik: Baik golongan yang tinggi maupun mereka yang rendah kedudukannya, harus diadili kalau bersalah.)
Perlu kiranya diingatkan bahwa bentuk paralelisme adalah sebuah bentuk yang baik untuk menonjolkan kata atau kelompok kata yang sama fungsinya. Namun bila terlalu banyak digunakan, maka kalimat-kalimat akan menjadi kaku dan mati.

4.      Antitesis
Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berkawanan. Gaya ini timbul dari kalimat berimbang.
Contoh:
1)      Mereka sudah kehilangan banyak dari kata bendanya, tetapi mereka juga banyak memperoleh keuntungan daripadanya.
2)      Kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil, semuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa dan negara.
3)      Hingga kini kusimpan engkau mesra dalam lubuk hatiku, tetapi mulai kini engkau kuenyahkan jauh-jauh bagai musuh yang kejam.
4)      Ia sering menolah, tapi sekalipun tak pernah melukai hati.

Sebagai tampak contoh-contoh diatas, gaya bahasa antitesis ini mempergunakan juga unsur-unsur paralelisme dan keseimbangan kalimat.
5.      Repetisi
Dalam repetisi (pengulangan), seluruh kata (atau bentuk lain) diulang. Pengulangan ini bisa berupa satu kata saja, dapat berupa satu frasa, satu klausa, bahkan satu kalimat. Kata yang sama ini mengandung makna dan acuan yang sama pula, ini berarti bahwa keseluruhan komponen makna antara bentuk pertama dan pengulangannya sama. Adakalanya pengulangan ini menunjukkan kuantitas, kadang-kadang penegasan merupakan gagasan (intensitas), atau mungkin pula demi keindahan.
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam bagian ini, hanya akan dibicarakan repetisi yang berbentuk kata atau frase atau klausa. Karena nilainya dianggap tinggi, maka dalam oratori timbullah bermacam-macam variasi repetisi. Repetisis, seperti halnya dengan paralelisme dan antitesis, lahir dari kalimat yang berimbang.
Contoh:
1)      Anggota-anggota masyarakat dalam lingkungan suatu kebudayaan tahu akan adat-istiadat, kabiasaan dan undang-undang, tahu bagaimana ia mesti berkelakuan dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan, dan ia tahu juga menafsirkan kelakuan sesamanya dalam masyarakat dan kebudayaan itu, sehingga ia dapat mereaksi terhadapnya dengan cara yang selayaknya.
2)      Atau maukah kau pergi bersama serangga-serangga tanah, pergi bersama kecoak-kecoak, pergi bersama mereka yang menyusupi tanah, menyusupi alam?

Karena nilainya dalam oratori dianggap tinggi, maka para orator menciptakan bermacam-macam repetisi yang pada prinsipnya didasarkan pada tempat kata yang diulang dalam baris, klausa, atau kalimat. Yang penting diantaranya adalah:
1)      Epistofa: adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir baris atau kalimat berurutan. Misalnya:
a)      Bumi yang kau diami, laut yang kau layari adalah puisi
Udara yang kau hirupi, air yang kau teguki adalah puisi
Kebun yang kau tanami, bukit yang kau gunduli adalah puisi
Gubuk yang kau ratapi, gedung yang kau tinggali adalah puisi
2)      Simploke (symploche): simploke adalah repetisi pada awal atau akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut. Misalnya:
a)      Kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarin
Kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku ini nggak punya kepribadian. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku nggak punya pengertian. Aku bilang biarin

3)      Mesodiplosis: adalah repetisi di tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan. Misalnya:
a)      Pegawai kecil jangan mencuri kertas karbon.
Babu-babu jangan mencuri tulang-tulang ayam goreng.
Para pembesar jangan mencuri bensin.
Para gadis jangan mencuri perawannya sendiri.

4)      Epanalepsis: pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat, mengulang kata pertama. Misalnya:
a)      Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
b)      Kami cintai perdamaian karena Tuhan kami.
c)      Berceriteralah padaku, ya malam, berceriteralah.
d)      Kuberikan setulusnya, apa yang harus kuberikan.
5)      Anadiplosis: kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. Misalnya:
a)      Dalam laut ada tiram, dalam tiram ada mutiara
Dalam mutiara: ah tak ada apa
Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati
Dalam hati: ah tak apa jua yang ada
Dalam syair ada kata, dalam kata ada makna
Dalam makna: mudah-mudahan ada kau!

Istilah anadiplosis sering dipakai secara timbal balik dengan istilah epanadiplosis dan epanastrofa.

2.3    Fungsi Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam karya sastra mengandung pengertian cara seorang pengarang dalam menyampaikan gagasan dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembacanya (Sugiarti, 2013:76).
Berbicara tentang masalah gaya, tidak lepas dari (1) masalah media berupa kata dan kalimat, (2) masalah hubungan gaya tersendiri, baik dengan kandungan makna dan suasana maupun keindahannya, serta (3) seluk beluk ekspresi pengarangnya sendiri yang akan berhubungan erat dengan masalah individu kepengarangan maupun konteks sosial masyarakat yang melatar belakangi (Aminuddin, 2013:72).
Penumbuhan sikap serius dalam membaca cipta sastra itu terjadi karena sastra bagaimanapun lahir dari daya kontemplasi batin pengarang sehingga untuk memahaminya juga membutuhkan pemilihan daya kontemplasi pembacanya. Opini merupakan Pendapat umum mengenai peristiwa yang dianggap bom-bastis dan menjadi pembicaraan umum. Dalam merumuskan fungsi gaya bahasa kita dapat lihat apakah kata atau kalimat memiliki makna konotasi, dan bagaimana nuansa makna maupun keindahan yang dihasilkan kata atau kalimat tersebut. Berangkat dari hal tersebut, maka fungsi gaya bahasa adalah untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca (Tarigan, 1987:5).
Makna dalam bahasa dibedakan menjadi dua yaitu makna kognitif dan makna nonkognitif. Makna kognitif terdapat pada wacana-wacana ilmiah. Sifat dari karangan ilmiah setiap kalimat harus mengandung fungsi informasi yang berarti kalimat tersebut memberi informasi pada pembaca. Adapun macam-macam fungsi tersebut, meliputi (1) fungsi informasi (2) fungsi untuk menjelaskan, (3) fungsi untuk menghidupkan objek mati, (4) fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk hiasan, dan (5) fungsi untuk penekanan atau memperkuat.
2.4    Makna dalam Gaya Bahasa
Gaya bahasa memang banyak dan biasanya dibicarakan di dalam bidang sastra. Sebenarnya bukan masalah gaya bahasa yang dipentingkan, tetapi makna kata atau kalimat yang menggunakan gaya bahasa tersebut yang perlu dibicarakan.
Makna gaya bahasa merupakan maksud pembicara; pengaruh suatu bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia maupun kelompok manusia; makna berarti hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkan (Kridalaksana, 2013:132).
Makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistik. Ada tiga hal yang dijelaskan oleh filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut yakni, (i) menjelaskan makna kata secara ilmiah, (ii) mendeskripsikan kalimat secara ilmiah, dan (iii) menjelaskan makna dalam proses komunikasi, Kempson (dalam Pateda, 2013:79).
Secara leksikologis yang dimaksud dengan gaya bahasa yaitu, (i) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis, (ii) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, (iii) keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra, (iv) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan (Depdikbud dalam Pateda, 2013:233).
Terdapat beberapa makna mengenai jenis makna menurut Palmer (dalam Pateda, 2013:96) yaitu makna ideasional, makna denotasi, dan makna proposisi, sedangkan menurut Shipley (dalam Pateda, 2013:96) berpendapat bahwa makna mempunyai jenis makna emotif, makna kognitif, makna deskriptif, makna referensial, makna piktorial, makna kamus, makna samping, dan makna inti.
Makna afektif menurut (Pateda, 2013:97) merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Oleh karena makna afektif berhubungan dengan reaksi pendengar atau pembaca dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula dengan gaya bahasa. Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud diluar bahasa yang diterapsi satuan bahasa itu apa adanya, sifatnya objektif.
Makna ideasional adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Dalam hubungannya dengan makna ideasional kata, ada baiknya dibedakan antara konsep kata dan makna ideasional kata. Konsep kata merupakan makna inti, sedangkan makna ideasional merupakan konsekuensi atau hal diharapkan yang berlaku di dalam sebuah kata. Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Zgusta (dalam Pateda, 2013:112) berpendapat makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai.  


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi (Furchar, 1982:50). Mengenai hal tersebut, ahli lain menyebutkan bahwa metode itu menyangkut masalah cara kerja; yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1989:7).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pemilihan metode ini berdasarkan pertimbangan untuk membuat penggambaran keadaan secara objektif dari objek yang diteliti. Menurut bodgan dan Taylor (dalam moleong, 2013:3), metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar bukan dalam bentuk angka-angka. Penelitian ini yang dideskripsikan adalah gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang meliputi klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi.

3.2 Data dan Sumber Data
Segala fakta dan angka yang didapat dan dijadikan bahan untuk menyusun informasi (Arikunto, 1992:91). Berkaitan dengan hal itu, data adalah hal-hal yang diketahui atau diakui; fakta, informasi (Djojosubroto, 2004; 17). Ahli lain berpendapat bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lofland dalam Moleong, 2013:112).
Data dalam penelitian ini yaitu gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang terdapat dalam opini. Sumber data dari media koran Lombok Pos edisi November sebanyak dua puluh lima opini yang terbit setiap hari, jadi penelitian dapat mengumpulkan opini dari tanggal 2 Noveber sampai 29 November, jadi jumlah keseluruhan opini yang terkumpul adalah dua puluh lima opini. Data penelitian ini diambil dari koran harian jawa Lombok edisi Februari, tentang gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat di opini-opini Lombok pos. Adapun untuk memudahkan analisi penelitian memanfaatkan tabel berikut ini.
Table 1
Sumber Data

No
Judul Opini
Kode Data
1
2
3








3.3 Teknik Penelitian
Sesuai dengan metode yang telah ditentukan maka digunakan sebuah teknik penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara atau strategi yang digunakan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Teknik dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) tentang gaya bahasa dalam opini Lombok Pos edisi November.
Adapun teknik dalam penelitian ini meliputi:
1)      Teknik pengumpulan data
2)      Teknik pengolahan data
3.3.1    Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dari sumber nonmanusia. Sumber tersebut terdiri atas dokumen (Syamsuddin, 2013:108). Adapun sumber data yang didokumentasikan dalam penelitian ini yaitu berupa teks opini-opini yang ada pada koran Lombok Pos.. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengambil data dari media harian koran Lombok Pos. Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1)      Mengumpulkan opini-opini Lombok Pos edisi bulan November (2 November – 29 November).
2)      Membaca opini. Dalam rangka mengidentifikasi gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat.
3)      Mengklasifikasikan data sesuai dengan rumusan masalah dalam tabel;

3.3.2    Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara teknik analisis. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini mencakup langkah berikut ini.
1)      Pengkodean data yang telah dikumpulakn dengan mengkodenya semacam, JO (Judul Opini), JGB (Jenis Gaya Bahasa), P (Nomor Paragraf), K (Kalimat). Menganalisis data tersebut dari bentuk gaya bahasa.
2)      Mengidentifikasi jenis-jenis gaya bahasa yang diteliti melalui tabulasi sesuai dengan kategori.
3)      Mendeskripsikan dan menginterpretasikan data untuk mendapatkan rumusan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun untuk memudahkan analisis penelitian memanfaatkan tabel berikut ini.

Tabel 2
Tabel Pengolahan Data

No
Data
Kode
Gaya Bahasa
Deskripsi
Interpretasi
Wujud
Fungsi
Makna
1
2
3
4
5
6
7
8


















3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pada dasarnya merupakan langkah-langkah/ tahap-tahap penelitian yang terencana dan sistematis mulai dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian ini secara prosedural meliputi tiga tahap kegiatan yaitu (1) persiapan (2) tahap pelaksanaan (3) tahap penyelesaian.

3.4.1    Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi (1) masalah dan judul penelitian, (2) konsultasi masalah dan judul penelitian, (3) mencari acuan-acuan yang menunjang dengan judul penelitian dan (4) penyusunan rancangan penelitian.


3.4.2    Tahap Pelaksanaan
Kagiatan yang digunakan peneliti pada tahap pelaksanaan meliputi:
1)      Menentukan dan menyusun data berdasarkan aspek yang diteliti
2)      Mengumpulkan data dan menyeleksi data
3)      Menganalisis data
4)      Menentukan hasil penelitian, dan
5)      Menarik kesimpulan
3.4.3    Tahap Penyelesaian
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap penyelesaian adalah berbentuk laporan baik mengenai (1) penyusunan atau penulisan konsep laporan, (2) konsultasi dan merevisi konsep laporan, (3) menetapkan konsep laporan, dan (4) menggandakan hasil laporan.








BAB IV
HASIL ANALISIS

4.1 Pengantar
Pada bab IV akan diuraikan analisis data gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat pada kolom opini surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari 2012. Analisis merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis data adalah proses pengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar Patton (dalam Moleong, 2010:103).
Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisis pada penyimpulan deduktif  terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Secara umum, analisis data dalam penelitian kualitatif bergerak secara induktif, yaitu dari data/fakta menuju ketingkat abstraksi yang lebih tinggi, termasuk juga melakukan sintesis dan mengembangkan. Untuk itu, dalam bab ini membahas masalah penelitian mengenai gaya bahasa dalam opini-opini Jawa Pos edisi 2 Februari – 29 Februari.

4.2  Wujud Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Struktur kalimat yang dimaksud adalah tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. dalam rubrik opini ditemukan 5 penggunaan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, yaitu 1) klimaks yaitu gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan yang semakin meningkat kepentingannya dari gagasan sebelumnya, 2) antiklimaks yaitu gaya bahasa yang gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut kegagasan yang kurang penting, 3) paralelisme yaitu gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa dalam bentuk gramatikal yang sama, 4) antitesis yaitu gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dan 5) repetisi yaitu perulangan bunyi, suku kata, frase, atau klausa. Penggunaan kelima gaya bahasa di atas akan disajikan sebagai berikut:

4.2.1    Klimaks
Klimaks adalah gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Istilah umum yang sebenarnya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi, bila klimaks itu terbentuk dari beberapa gagasan yang berurut-urut semakin tinggi kepentingannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka data dalam opini-opini Jawa Pos edisi Februari yang diperoleh peneliti antara lain:
Politik Akuisasi Partai
Terlepas dari kontroversi etik dan tidaknya lagkah politik Nasrep, fakta hukum dan landasan yuridis memungkinkan hal itu terjadi dan sah. Toh perjuangan Nasrep untuk menjadi porpol peserta pemilu masih cukup panjang. Nasrep harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang cukup berat dalam RUU perubahan UU pemilu(O1/P12/KLMS).
             
Data (O1/P12/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur kalimatnya mengalami peningkatan mulai dari awal sampai akhir kalimat. Gaya bahasa klimaks yang ditemukan dalam kalimat tersebut ditunjukkan bahwa pada hukum dan landasan yuridis yang mendorong Nasrep harus menjadi porpol pemilu dan memenuhi ketentuan-ketentuan Undang-Undang. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya adalah kalimat ketiga dari kutipan tersebut.
Problem Etik Media Siber
Kemajuan teknologi informasi memang memberikan kemudahan bagi jurnalis untuk mengejar informasi, mengembangkan liputan, dan mentransmisikan pesan. Namun, kemajuan teknologi itu tidak mengubah hukum besi dalam jurnalisme: disiplin vertikal dan kewajiban konfirmasi (O3/P9/KLMS).

Data (O3/P9/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur kalimatnya mengalami peningkatan mulai awal sampai akhir kalimat. Hal tersebut ditunjukkan pada kata-katanya yang mempunyai maksud kemajuan teknologi informasi bagi jurnalis untuk mengembangkan kemampuannya dalam mencari informasi. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat ke dua.
Ironi Bisnis Transportasi
Apa pun alasannya, kecelakaan dalam bisnis transportasi merupakan tanggung jawab pemerintah. Sebagai pengawas, pengatur, dan penyedia sarana infastruktur transportasi selaku penyedia jasa yang aman dan nyaman (O7/P3/KLMS).

Data (O7/P3/KLMS) termasuk gaya bahasa klimkas, sebab struktur kalimatnya mengalami peningkatan mulai dari awal sampai akhir kalimat. Seperti pada data tersebut bahwa kecelakaan dalam bisnis transportasi merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai peneyedia jasa yang aman. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah pengawas, pengatur, dan penyedia jasa yang aman dan nyaman.
Kompetensi Wartawan Bukan Momok
Meskipun Dewan Pers telah belasan kali melakukan sosialisasi SKW/UKW. Tetap saja pada hari pelaksanaan UKW itu sendiri rasa takut, gamang, dan ngeri umumnya tetap menyelimuti para peserta UKW (O8/P11/KLMS).

Data (O8/P11/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, karena struktur kalimatnya mengalami peningkatan dari gagasan sebelumnya. Hal tersebut ditunjukkan pada kalimat peserta Dewan Pers yang diasaat pelaksanaan UKW merasa gelisah. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah rasa takut, gamang, dan ngeri, umumnya tetap menyelimuti para peserta UKW.
Red Alert Pembatasan BBM
Pertumbuhan ekonomi Jatim 2011 (7,2 persen) merupakan capaian yang sangat bagus (diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang 6,5 persen). Tentunya menjadi catatan penting betapa pentingnya dampak kebijakan soal BBM itu terhadap perekonomian daerah (O11/P6KLMS).

Data (O11/P6KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur kalimatnya mengalami peningkatan dari gagasan-gagasan sebelumnya. Hal tersebut ditunjukkan pada gagasan yaitu pada kalimat peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin meningkat. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah tentunya menjadi catatan penting betapa pentingnya dampak kebijakan soal BBM itu terhadap perekonomian daerah.
Dasar Bubarkan Ormas Anarkistis
Dari segi kebangsaan, cara-cara anarkistis yang kerap dilakukan ormas keagamaan (termasuk FPI) dalam menghadapi kesalahan tertentu merupakan ancaman serius bagi kerukunan. Terutama dalam menghadapi perbedaan yang bersifat keyakinan dan keagamaan (O13/P3/KLMS).

Data (O13/P3/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur kalimatnya mengalami peningkatan dari gagasan-gagasan sebelumnya. Hal tersebut ditunjukkan pada kalimat yang menyatakan pembubaran ormas anarkis. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat terutama dalam menghadapi perbedaan yang bersifat keyakinan dan keagamaan.
Mencegah Pelapukan Ekonomi
Pemerintah melalui BI harus mengintervensi sektor perbankan, agar menurunkan tingkat suku bunga, membatasi margin keuntungan perbankan berdasar kelompok bisnis, dan memudahkan akses permodalan bagi para petani (O15/P12/KLMS).

Data (O15/P12/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur kalimatnya mengalami peningkatan mulai dari awal sampai akhir. Hal tersebut ditunjukkan pada faktor pemerintahan yang harus ditegaskan dalam hal intervensi sektor perbankan dari kalangan atas sampai kalangan menengah ke bawah. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat tingkat suku bunga, membatasi margin keuntungan perbankan berdasar kelompok bisnis.
Mencegah Pelapukan Ekonomi
Mempercepat pembangunan KTI demi memperkuat integrasi bangsa. Pembangunan sarana-prasarana infrastruktur, peningkatan kualitas SDM, dan penciptaan suasana yang aman kondusif merupakan tiga pilar utama yang harus diwujudkan demi menarik investor untuk menanamkan modalnya di KTI (O15/P14/KLMS).

Data (O15/P14/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur kalimatnya mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan pada kalimat yang menyatakan ketegasan dalam pembangunan masyarakat yakni dengan mewujudkan investor untuk menanamkan modalnya di KTI. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat memperkuat integrasi bangsa. Pembangunan sarana-prasarana infrastruktur, peningkatan kualitas SDM, dan penciptaan suasana yang aman kondusif.
Advokat dan Keprihatinan Hukum
Advokat, penegak hukum yang tak dibayar Negara, memang berhak atas imbalan dari klien. Tidak sekedar mempunyai keterampilan hukum secara semata, advokat juga dihadapkan pada problematika tentang keberpihakan (O16/P6/KLMS).

Data (O16/P6/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur kalimatnya mengalami peningkatan mulai dari awal sampai akhir. Seperti pada data tersebut bahwa tetap juga harus berani mengungkap kebenaran meski kadang kejujuran klien dipertaruhkan. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat ke dua dari data.
Galau Presiden Jerman di Jakarta
Jerman dianggap sebagai negara yang sangat menghidupkan dunia memengaruhi keadaan perekonomian dan bursa saham dunia (O17/P11/KLMS).

Data (O17/P11/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur kalimatnya mengalami peningkatan gagasan dari awal sampai akhir. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada kalimat yang menyatakan suatu peningkatan yang berpihak dalam berbagai bidang pada salah satu Negara maju. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat menghidupkan dunia memengaruhi keadaan perekonomian dan bursa saham dunia.
Menegur Sinetron Kita
Sinetron, sebagai bagian dari produk budaya popular, seperti dikatakan gamble, akan mendominasi pengertian penontonnya tentang realitas dan cara penonton mendefinisikan diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya (O21/P10/KLMS).

Data (O21/P10/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur kalimatnya mengalami peningkatan mulai awal sampai akhir kalimat. Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa kata-katanya yang mempunyai maksud sinetron yang merupakan produk budaya popular sangat miris bila ditayangkan sinetron dengan yang berbau negatif, karena dapat merusak moral anak. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat tentang realitas dan cara penonton mendefinisikan diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya.
Mendidik Melalui Berita Kecelakaan
Dampak kecelakaan yang sangat mengerikan berupa kerugian materi dan nyawa bisa menjadi shok therapy. Bahwa kecerobohan, ugal-ugalan, dan tidak taat aturan sangat mencelakakan (O24/P6/KLMS).

Data (O24/P6/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur kalimatnya mengalami peningkatan mulai dari awal sampai akhir kalimat. Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa suatu dampak kecelakaan dapat merugikan dari banyak sisi karena tidak mentaati peraturan. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat bisa bahwa kecerobohan, ugal-ugalan, dan tidak taat aturan sangat mencelakakan.
Menegur Sinetron Kita
Sangat memiriskan bila tindak kriminalitas seperti pemerkosaan, pembunuhan, dan “tren” hamil diluar nikah menjadi hal yang berkembang dari tidak biasa dan normal, menjadi hal yang biasa dan lumrah bagi masyarakat (O21/P10/KLMS).

Data (O21/P10/KLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur kalimatnya meningkat. Maksud dari data tersebut yaitu suatu tindak kriminalisasi yang sangat memiriskan yang berkembang saat ini, kebanyakan masyarakat menilai hal terebut sangat wajar. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kata pemerkosaan, pembunuhan, dan “tren” hamil diluar nikah.
              Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dalam rubrik opini harian Jawa Pos edisi Februari di atas dan setelah peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh, peneliti dapat menyimpulkan bahwa data di atas menunjukkan adanya wujud gaya bahasa klimaks, karena dalam data tersebut terjadi peningkatan gagasan dalam topik yang dibicarakan atau dibahas.

4.2.2    Antiklimaks
Antiklimaks adalah gaya bahasa yang merupakan suatu acuan yang gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut kegagasan yang kurang penting, antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur karena sering kurang efektif, karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka data dalam opini-opini Jawa Pos edisi Februari adalah:
Perihal Standar Kompetensi Wartawan
  Ketua Dewan Pers Bagir Manan menyatakan, kompetensi wartawan merupakan sebuah kehormatan bagi wartawan dalam menjalankan tugasnya yang dilandasi prinsip-prinsip hukum, demokrasi, kemanusiaan, disiplin keilmuan, dan kode etik (O2/P3/AKLMS).

Data (O2/P3/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur kalimatnya merupakan gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting pada gagasan yang kurang penting. Kalimat tersebut merupakan antiklimaks katabasis yaitu kalimat tersebut mengurutkan ide yang kurang penting pada suatu ide yang penting. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat prinsip-prinsip hukum, demokrasi, kemanusiaan, disiplin keilmuan, dan kode etik.
Problem Etik Media Siber
Elitism pemilihan sumber berita bersisian dengan elitisme pemilihan objek berita. Sebagai contoh, jika media memberitakan masalah korupsi, hampir selalu korupsi dengan jumlah uang yang besar, melibatkan nama-nama besar, dan terjadi di pusat-pusat kekuasaan. Korupsi yang sehari-hari dihadapi rakyat kecil dalam pengurusan KTP, SIM, izin usaha, akta kelahiran, dan lain-lain selalu terpinggirkan dalam diskursus media tentang korupsi(O3/P3/AKLMS).
Data (O3/P3/AKLMS) Termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur kalimatnya merupakan gaya bahasa antiklimaks yang berwujud menambahkan ide yang kurang penting pada suatu ide yang penting. Seperti pada kalimatnya yang memberikan gagasan yakni media akan memebritakan masalah korupsi dengan melibatkan uang yang besar dan nama serta kekuasaan yang paling besar atau paling tinggi. Ada pula gaya bahasa antiklimaks yang mengurutkan sejumlah ide yang semakin kurang penting yang disebut dengan katabasis yakni terdapat pada kalimat kedua. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat ke dua dari data tersebut.
Turki, Inspirasi Arab Baru
Belakangan, turki bahkan sibuk membangun zona perdagangan bebas (free trade zone) dengan Syariah, Lebanon, dan Jordania. Perusahaan-perusahan Turki membangun bandara, pusat perbelanjaan, dan gedung pencakar langit di kawasan, mulai Kairo hingga Dubai (O6/P4/AKLMS).

Data (O6/P4/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur kalimatnya mengendur. Maksud dari kalimat tersebut menunjukkan pada sebuah Negara yang membangun zona perdagangan dengan Negara lain. Data di atas dapat juga disebut antiklimaks katabasis karena kalimatnya mengurutkan sejumlah ide yang semakin kurang penting. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat Syariah, Lebanon, dan Jordania.
Ironi Bisnis Transportasi
Bisnis transportasi kita sudah terlalu sering mengalami kecelakaan, baik bus, kapal laut, kereta api, maupun pesawat udara (O7/P2/ALKMS).

Data (O7/P2/ALKMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks katabasis, sebab struktur kalimatnya mengurutkan dari gagasan-gagasan yang terpenting berturut-turut ke gagsan yang kurang penting. Maksud dari kalimat tersebut menunjukkan bahwa sebuah bisnis yang sering mengalami kecelakaan dalam hal transportasi. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kata baik bus, kapal laut, kereta api, maupun pesawat udara.
Melawan Entropi Budaya
Ketika gangguan dalam organisasi meningkat, misalnya karena birokrasi hierarki, kompetisi internal, ketidakjujuran, saling menyalahkan, atau komunikasi tertutup, energi karyawan untuk melakukan pekerjaan harus meningkat (O10/P8/AKLMS).

Data (O10/P8/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur kalimatnya mengendur. Maksud dari kalimat tersebut menunjukkan bahwa besarnya biaya dan energi karyawan yang dapat berkontribusi ke perusahaan akan bergantung pada tinggi rendahnya peningkatan organisasi. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kata kompetisi internal, ketidakjujuran, saling menyalahkan, atau komunikasi tertutup.
Red Alert Pembatasan BBM
Di Jawa Timur, konsumsi BBM cukup tinggi, bahkan merupakan salah satu lima propinsi penyedot terbanyak kuota BBM nasional setelah DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Pengurangan penyediaan BBM bersubsidi akan berpengaruh terhadap kenerja sektor utama perekonomian jatim seperti sektor perdagangan, hotel, dan restoran, industri, serta jasa (O11/P6/AKLMS).

Data (O11/P6/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur kalimatnya mengendur yaitu gagasan-gagasan pada kalimat tersebut diurutkan dari yang terpenting berturut-turut menuju gagasan yang kurang penting. Maksud dari kalalimat tersebut ditunjukkan bahwa meningkatnya kuota BBM di Jawa Timur akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kata DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Perdagangan, hotel, dan restoran, industri, serta jasa.
Mencegah Pelapukan Ekonomi
Kontribusi pertanian dan industri pengolahan sebagai penyangga ekonomi menurun. Kontribusi sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan hanya berkontribusi 14,7 persen terhadap PDB, turun daripada tahun lalu sebesar 15,3 persen (O15/P3/AKLMS).

Data (O15/P3/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur kalimatnya mengendur. Maksud dari kalimat tersebut menunjukkan pada kontribusi pertanian yang menurun sehingga masalah kemiskinan dan pengangguran sulit diatasi. Kalimat tersebut gagasan-gagsannya diurutkan dari yang penting berturut-turut kegagasan yang kurang penting. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kata pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan.
Menegur Sinetron Kita
Kita juga perlu menyorot karakter yang dibangun dalam cerita-cerita sinetron di Indonesia. Sebagai orang awam, kita tentu dapat mengategorisasikan pemain, protagonis, antagonis, dan netral (O21/P6/AKLMS).

Data (O21/P6/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur kalimatnya mengendur. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada kalimat tersebut bahwa sebuah sinetron di Indonesia dapat diseleksi dengan baik dan sinetron yang pantas ditayangkan di televisi, dengan pengkategorian pemain protagonis dan antagonisnya. Kalimat tersebut gagasan-gagsannya diurutkan dari yang penting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kata protagonis, antagonis, dan netral.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan kemudian dianalisis oleh peneliti. Peneliti menyimpulkan bahwa data yang terdapat pada rubrik opini dalam koran Jawa Pos edisi Februari 2012 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa antiklimaks jika data tersebut mengalami pengenduran dalam hal gagasan yang dibicarakan, yaitu pengenduran dari gagasan yang terpenting menuju gagasan yang kurang penting. Dapat pula dikatakan bahwa gaya bahasa ini merupakan kebalikan dari gaya bahasa klimaks dimana data mengalami peningkatan dari gagasan yang kurang penting ke gagasan yang penting.

4.2.3    Paralelisme
Paralelisme adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata, atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Berdasarkan uraian di atas, maka data dalam opini-opini Jawa Pos edisi Februari adalah:
Problem Etik Media Siber
Bagi Thomson, yang difasilitasi media massa modern sesungguhnya bukan kegiatan komunikasi, melainkan sekedar transmisi pesan satu arah dari kalangan elite kepada sejumlah besar orang yang tidak memiliki akses atau privilege untuk menyampaikan respond yang terlibat dalam perbincangan publik (O3/P1/PRLS).

Data (O3/P1/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur kalimatnya merupakan gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya. Hal tersebut ditunjukkan bahwa pada kesejajaran antara yang bukan kegiatan komunikasi melainkan sekedar transmisi. Gaya bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian kata-katanya.
Politics Is Never Fair
Koruptor tidak bisa membedakan antara berbagai alternatif, proses normatif, dan proses penyimpangan demi mencapai kekayaan, kemuliaan, dan kesenangan norma dianggap sebagai ketololan yang tak perlu diikuti (O4/P8/PRLS).

Data (O4/P8/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab kalimat tersebut merupakan kesejajaran dalam pemakaian kata. Seperti pada data tersebut bahawa para koruptor tidak bisa membedakan antara berbagai alternatif dengan penyimpangan proses. Bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasanya, kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian frasanya adalah antara.
Menghentikan Kriminalisasi Pers
Sejatinya istilah delik pers (pers delict) itu bukan terminologi hukum, tetapi istilah sosial yang kemudian digunakan untuk menyebut pelanggaran kinerja wartawan atau insan pers (O9/P4/PRLS).

Data (O9/P4/PRLS) merupakan gaya bahasa paralelisme, sebab struktur kalimatnya mengalami kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam gramatikal yang sama. Hal tersebut ditunjukkan pada kata istilah delik pers bukan terminologi hukum melainkan istilah sosial yang digunakan untuk menyebut pelanggaran kerja. Bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian kata-katanyaadalah tetapi.
Melawan Entropi Budaya
Yang dimaksud budaya dalam hal ini bukanlah kesenian, tapi kumpulan karakter sebuah organisasi, lembaga, perusahaan, atau bahkan bangsa. Apa yang dimaksud entropi? Dalam ilmu fisika diketahui bahwa jumlah energi yang dihasilkan sebuah mesin adalah sama dengan jumlah energi yang dimasukkan kedalamnya. Namun, jika ada kerusakan komponen mesin, sebagaian energi akan digunakan untuk mengatasi kerusakan tersebut. Energi itu dinamakan entropi (O10/P5/PRLS).

Data (O10/P5/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur kalimatnya mengalami kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam gramatikal yang sama. Hal tersebut ditunjukkan pada data yang merupakan kesejajaran kalimat pada gagasan utama yaitu budaya bukanlah kesenian tetapi sebuah karakter. Sama halnya dengan entropi yang merupakan jumlah energi yang dihasilkan sebuah mesin sama dengan jumlah energi yang dimasukkan kedalamnya. bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian kata-katanya yaitu kata tapi dan namun.
Red Alert Pembatasan BBM
Dengan demikian, kebijakan BBM serta kebijakan pencegahan dampaknya, merupakan “paket kebijakan” yang harus didesain lebih awal. Koordinasi antarinstitusi, baik dilingkungan kementrian maupun lembaga dipusat, serta kerjasama dengan daerah perlu terus diupayakan, mengingat anggaran yang terbatas dan tuntutan masyarakat akan kesejahteraan yang tidak bisa ditunda (O11/P11/PRLS).

Data (O11/P11/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur kalimatnya berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-katanya. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada kalimat yang mengandung kesejajaran antara kalimat pertama dengan kalimat berikutnya yaitu kebijakan BBM harus ditingkatkan di seluruh masyarakat, baik di lembaga maupun daerah. Bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasanya, kata tersebut yaitu baik dilingkungan kementrian maupun lembaga dipusat.
Boros, Perselingkuhan “Ekselatif”
Besarnya uang saku, uang makan, dan uang transport lokal itu bisa menjadi salah satu pendorong sangat penafsunya wakil rakyat untuk berkunker-ria, walau rakyat tidak henti-hentinya mengkritik dan memprotes mereka (O12/P9/PRLS).

Data (O12/P9/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur kalimatnya merupakan kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Hal tersebut ditunjukkan pada kesejajaran kata uang menduduki fungsi yang sama dengan kata berikutnya. Bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasanya. Kata tersebut yaitu besarnya uang saku, uang makan, dan uang transport lokal.
Gaji Naik, Kok Masih Pungli
Kebijakan kenaikan itu berlaku secara umum, baik untuk mereka yang mempunyai catatan prestasi kerja atau tidak. Yang rajin dan malas sama-sama naik (O18/P2/PRLS).

Data (O18/P2/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur kalimatnya mempunyai kesejajaran dalam pemakaian kata-katanya yang menduduki fungsi sama dalam gramatikalanya. Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa kesejajaran kalimat yang mempunyai makna dalam hal kenaikan kebijakan. Bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian kata-katanya. Kata tersebut yaitu baik, dan.
Misteri Rekaman CCTV
Dengan kepribadian sedemikan rupa, publik dapat menilai bahwa pembunuhan terhadap pengusaha di kamar hotel itu, baik dengan tangan dia ataupun lewat tangan anak buahnya, merupakan buah watak si gemblong yang sangat eksplosif (O20/P4/ATIS).

Data (O20/P4/ATIS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur kalimatanya berusaha mencapai kesejajaran dalam dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Dalam kalimat tersebut dinyatakan bahwa kalimat yang menyatakan pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa orang tersebut merupakan ide dari tersangka. Bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasanya. Frasa yang sejajar yaitu baik dengan tangan dia ataupun lewat tangan anak buahnya.
Mendidik Melalui Berita Kecelakaan
Meskipun membawa pesan yang tajam kepada khalayak media, sebagian besar koran mempunyai kebijakan tidak memuat foto korban kecelakaan baik yang luka-luka maupun yang meninggal dunia berdarah-darah (O24/P7/PRLS).

Data (O24/P7/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur kalimatnya berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata, atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa kalimat tersebut berusaha mencapai kesejajaran antara kecelakaan yang meninggal dunia atau terluka. bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasanya. Pemakaian kata yang menduduki kesejajaran yaitu kata baik dan maupun.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dianalisis oleh peneliti, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa data yang terdapat dalam rubrik opini dalam Koran Jawa Pos edisi Februari 2012 dapat dikategorikan ke dalam gaya bahasa paralelisme jika data tersebut mengalami kesejajaran dalam pemakaian kata-kata dan frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Dalam rubrik opini Koran Jawa Pos edisi Februari 2012 ini data berupa gaya bahasa paralelisme yang banyak ditemukan oleh peneliti yaitu data yang mengalami kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.

4.2.4    Antitesis
Antitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Berdasarkan uraian tersebut, maka data dalam opini-opini dalam Jawa Pos edisi Februari adalah:
Yang Terhormat Pakde Karwo
Dibanding pengelola pemerintahan, tentu dalam partai politik permasalahan jauh lebih kompleks daripada berbagaia hal yang boleh jadi tidak ditemukan di dalam pemerintahan. Lebih banyak jalan terjal atau berlubang dalam partai politik daripada jalan mulus di dalam pemerintahan (O5/P6/ATIS).

Data (O5/P6/ATIS) merupakan gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut menyatakan bahwa di dalam pemerintahan lebih banyak hal-hal yang sulit dilewati daripada hal-hal yang mudah dilewati. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata daripada.
Boros, Perselingkuhan “Ekselatif”
Kota Surabaya yang APBD-nya mencapai Rp 5 Triliun mungkin tidak terlalu berat meski harus menganggarkan Rp 45 miliar hanya untuk ngelencerno wakil rakyatnya. Tetapi bagi daerah-daerah yang kekuatan APBD-nya baru berkisar 1 triliun, tentu terasa tidak adil jika wakil rakyatnya harus dimanjakan dengan anggaran kunker yang sedemikian besar (O12/P8/ATIS).

Data (O12/P8/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut menyatakan bahwa pendapatan daerah yang lebih tinggi tidak seimbang dengan pendapatan daerahnya yang lebih rendah pendapatanya. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Advokat dan Keprihatinan Hukum
Advokat tak hidup di dunia hampa yang nonmateri. Tapi, tetap relevan diingatkan bahwa keluhuran profesi itu akan terjaga kalau kebenaran dan penegakan hukum lebih diutamakan (O16/6/ATIS).

Data (O16/6/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan. Dalam kalimat tersebut menyatakan bahwa suatu jabatan akan luhur jika suatu kebenaran ditegakkan. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tapi.


Advokat dan Keprihatinan Hukum
Langit mungkin masih lama akan runtuh. Tapi, sangat mengkhianati kemuliaan profesi bila advokat tak berbuat ketika hukum akan runtuh atau bahkan akan meruntuhkan hukum (O16/P12/ATIS).

Data (O16/P12/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimanya mengalami perulangan bunyi, suku kata dari bagian kalimat yang dianggap penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata akan runtuh untuk memberi tekanan yang lebih kuat. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tapi.
Galau Presiden Jerman di Jakarta
Pertanyaan Wulff itu bukan semata dalam konteks pertanyaan perbandingan gerakan demokratisasi di Mesir yang menggunakan facebook dan twitter untuk menggalang massa. Tetapi, bisa jadi bentuk kegelisahan akan nasibnya (O17/P3/ATIS).

Data (O17/P3/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan dengan menggunakan kelompok kata yang berlawanan. Dalam kalimat tersebut menyatakan bahwa perbandingan antara demokrasi suatu Negara dengan nasib akan pimpinannya. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Gaji Naik, Kok Masih Pungli
Karena itu, berita kenaikan gaji pegawai disikapi beragam. Bagi pegawai, berita kenaikan ini tentu satu hal positif. Tetapi, belum tentu bagi masyarakat umum. Apalagi bagi buruh yang sering nasibnya terabaikan (O18/P3/ATIS).

Data (O18/P3/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut menyatakan bahwa perbedaan gaji pekerja antara pegawai dengan buruh yang kenaikannya lebih dominan atau lebih menyikapi pada kenaikan gaji pegawai. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Gaji Naik, Kok Masih Pungli
Praktik itu tidak saja terjadi di kantor kecamatan, tetapi di banyak kantor lain (O18/P10/ATIS).

Data (O18/P10/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut menyatakan suatu praktikan bisa jadi terjadi di luar kantor. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Orang Kampus, Menulislah
Penulis memandang, Dirjen Dikti jelas memiliki niat yang luhur, sementara para pengkritik juga tidak berniat buruk. Tetapi, alangkah membanggakan kalau SE Dirjen Dikti itu dapat mendorong karya akademik lebih berkualitas hingga menembus level lebih tinggi (O19/P3/ATIS).

Data (O19/P3/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut menyatakan bahwa perbedaan pada data tersebut dinyatakan bahwa antara Dirjen Dikti dengan para pengkritik yang menyangkal adanya edaran yang isinya pada intinya karya mahasiswa harus dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut yaitu gagasan yang bertentangan.. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.

Menegur Sinetron Kita
Jelas, sudah sinetron Indonesia harus bersih-bersih dan berbenah. Sinetron mestinya harus bisa membangun karakter bangsa, tak sekadar mesin pencetak keuntungan, tapi mengahancurkan moralitas. Sementara KPI teruslah menindak stasiun televisi yang nakal (O21/13/ATIS).

Data (O21/13/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut menyatakan bahwa sebuah sinetron yang diharapkan bisa membangun moral bangsa, bukan malah merusak moral bangsa. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tapi.
Politikus Makin Autis
Perlu ada penelitian tentang notulensi sidang di parlemen, apakah dalam rapat para pemimpin politik kita lebih banyak mendiskusikan nasib bangsa atau nasib mereka sendiri. Tapi, dari perilaku yang dipotret media, mereka cenderung banyak memikirkan kebutuhan sendiri (O22/P4/ATIS).

Data (O22/P4/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut menyatakan bahwa pada suatu sidang parlemen kebanyakan mendiskusikan nasib bangsa, berbeda dengan perilaku yang dipotret oleh media yang bertolak belakang, yang menunjukkan mereka banyak yang memikirkan kebutuhannya sendiri. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tapi.
Politikus Makin Autis
Mereka tidak memberikan solusi problem rakyat. Tapi, mereka malah ramai-ramai menjadi problem (O22/P4/ATIS).

Data (O22/P4/ATIS) termasuk gaya hasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut menyatakan para politikus yang banyak membuat masalah daripada memberikan solusi atas masalah yang dihadapi oleh rakyat. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tapi.
BBM dan Perampokan SDA
Pemerintah tidak dapat mengisolasi secara meyakinkan perembetan kenaikan harga BBM terhadap komoditas-komoditas lain, entah makanan, transportasi, pendidikan, pakaian, dan lain-lain (O23/P4/ATIS).
Data (O23/P4/ATIS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur kalimatnya mengurutkan sejumlah ide yang semakin kurang penting. Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa suatu pemerintahan yang tidak bisa memberi keyakinan atas perembetan kenaikan BBM, terhadap komoditas lain. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut yaitu gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata entah.
BBM dan Perampokan SDA
Sebab, harga minyak Internasional melambung dan subsisdi membengkak jika tidak ditempuh opsi kenaikan harga BBM. Tapi, dibalik itu sebetulnya ada perkara etis yang telah menumpuk (O23/P10/ATIS).
Data (O23/P10/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada kalimat yang menyatakan kenaikan BBM yang bertentangan dengan perkara etis yakni perampokan sumber daya alam. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tapi.


Mendidik Melalui Berita Kecelakaan
Sebuah cerita ditampilkan memang bukan semata-mata pertimbangan ekonomis meskipun kecenderungan itu semakin kuat. Tetapi, bisa jadi, ada pertimbangan jurnalisme yang lebih luhur (O24/P5/ATIS).

Data (O24/P5/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut menyatakan bahwa suatu pertimbangan ekoniomis bisa jadi lebih luhur pertimbangan jurnalisme. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut yaitu gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Mendidik Melalui Berita Kecelakaan
Rekayasa dan kecurangan untuk jangka pendek bisa menjadi sesuatu yang menggiurkan, tetapi dalam jangka panjang bisa menghancurkan kepercayaan (O24/P10/ATIS).

Data (O24/P10/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan. Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa perbedaan antara rekayasa berita dengan kepercayaan yang dimiliki pemirsa bisa jadi akan hilang dalam jangka panjang. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut yaitu gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Makna Oskar Bagi si Bisu
Ada yang mengistilahkan, ini adalah zaman ettention economi. Inilah era ketika konsumen harus dibujuk, bahkan dibayar dulu, agar sejenak mau memperhatikan sesuatu. Tapi, kehidupan yang serba connected secara digital mengakibatkan opsi pilihan pun tersedia tanpa batas (O25/P9/ATIS).

Data (O25/P9/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan. Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa pada kalimat tersebut mengalami pertentangan antara zaman ekonomi dengan kehidupan yang serba teknologi. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan kata. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dalam rubrik opini harian Jawa Pos edisi Februari di atas dan setelah peneliti melakukan analisis, dapat dikategorikan ke dalam gaya bahasa antitesis jika data tersebut mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berkawanan. Gaya bahasa antitesis yang banyak ditemukan yaitu berupa kata. Gaya bahasa antitesis yang berupa kata yang ditemukan antara lain; tapi, tetapi, antaralain,dan entah.

4.2.5    Repetisi
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam bagian ini, hanya akan dibicarakan repetisi yang berbentuk kata, atau frasa, atau klausa, karena nilainya dianggap tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka data dalam opini Jawa Pos edisi Februari yang termasuk dalam gaya bahasa repetisi antara lain:
1.    Gaya bahasa repatisi yang berupa perulangan kata.
Kompetensi Wartawan Bukan Momok
Sebetulnya UKW bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan. Prosedur atau tata cara melaksanakan UKW, bahkan materi UKW sebelumnya bisa dibaca sendiri dalam buku panduan UKW yang diterbitkan LPDS (O8/P12/RPTS).

 Data (O2/P2/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami perulangan kata penting yang memberi tekanan dalam sebuah konteks kalimat. Dari data tersebut merupakan gaya bahasa repetisi anafora yaitu pada kalimat tersebut repetisi yang berwujud perulangan kata pertama pada kata berikutnya. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan kata. Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat tersebut yaitu kata UKW.
Menghentikan Kriminalisasi Pers
Ada konstruksi hukum yang bersifat asasi bahwa polri tidak boleh menolak sebuah laporan dan atau pengaduan dari masyarakat. Dalam hal aduan yang berhubungan dengan pers, sudah seharusnya berkonfirmasi dengan Dewan pers, untuk memastikan apakah cukup bukti dan atau argumentasi hukum tentang ada atau tidaknya delik pers (O9/P9/RPTS).

Data (O9/P9/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian kalimat yang dianggap penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata dan atau yang menyatakan perulangan dengan maksud yaitu membedakan antara kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya yang memberi tekanan kalimat yang lebih kuat. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan kata. Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat tersebut yaitu kata pers.
Basic Instinct Ala Angie
Terlebih, dalam kasus Angie, pihak-pihak yang terkait adalah tokoh-tokoh sentral di pucuk pimpinan partai berkuasa, partai Demokrat. Akan sangat sulit kasus semacam itu terbongkar secara telanjang dan kasat mata, terlebih ditanyakan secara langsung di layar televisi (O14/P4/RPTS).

Data (O14/P4/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian kalimat yang dianggap penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata terlebih yang menyatakan semakin untuk memberi tekanan yang lebih kuat.
Gaji Naik, Kok Masih Pungli
Bandingkan dengan data orang miskin yang dimiliki pemerintah. Jangankan nama dan alamat warga miskin, tentang jumlah dan kriterianya saja masih simpang siur. Sebuah instansi mengatakan A miskin, instansi yang lain mengatakan tidak (O18/P5/RPTS)

Data (O18/P5/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian yang dianggap penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata instansi yaitu kalimat tersebut memberikan tekanan yang lebih kuat. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan kata. Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat tersebut yaitu kata miskin.
Red Alert Pembatasan BBM
Upaya-upaya meredam inflasi perlu terus dilakukan sekaligus perlu dicari alternatif kebijakan BBM itu. Misalnya meningkatkan harga premium dengan diikuti kebijakan pengontrolan efek inflatoir dari kebijakan yang dibuat (O11/P12/RPTS).

Data (O11/P12/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya merupakan perulangan bunyi, suku kata, dari kalimat yang dianggap penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata kebijakan yang menyatakan perulangan dengan maksud yaitu kalimat kebijakan mengibaratkan suatu peluang dalam pembatasan BBM.
Orang Kampus, Menulislah
Penelitian Tooley dan Darby (1998), misalnya, menunjukkan, banyak hasil riset dalam pendidikan tidak relevan dengan para praktisi dan para pembuat kebijakan, tidak dibangun di atas literature atau pengetahuan yang telah ada (O19/P9/RPTS).

Data (O19/P9/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab dalam struktur kalimatnya mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian kalimat yang dianggap penting. Dari data tersebut dapat ditunjukkan bahwa kata tidak yang menyatakan perulangan dengan maksud kata tidak memberikan tekanan yang lebih kuat.
Misteri Rekaman CCTV
Khusus mengenai risiko, si (calon) pelaku harus dapat meyakinkan dirinya bahwa risiko memang ada dan dapat dikendalikan. Semakin kuat perhitungan bahwa risiko dapat diatasi, semakin tinggi pula kemungkinan dia merealisasikan rencananya (O20/P6/RPTS).

Data (O20/P6/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian kalimat yang dianggap penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata risiko yang menyatakan perulangan dengan maksud yaitu kalimat risiko merupakan risiko atau akibat untuk memberikan tekanan yang lebih kuat.
2.      Gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan frase.
Perihal Standar Kompetensi Wartawan
Setelah penyusunan standar itu, dilanjutkan kegiatan dalam tataran praktis dengan melakukan uji kompetensi wartawan diseluruh Indonesia. Kompetensi wartawan dibagi menjadi tiga jenjang, yakni wartawan utama, wartawan madya, dan wartawan muda. Uji kompetensi ini dilaksanakan Dewan Pers bersama organisasi profesi wartawan, perusahaan Pers, serta perguruan tinggi (O1/P2/RPTS).

Data (O16/P2/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami perulangan bunyi, suku kata, dan bagian kalimat yang dianggap penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata kompetensi wartawan yang menyatakan perulangan dengan maksud yaitu kata kompetensi wartawan memberi tekanan yang lebih kuat. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan frase. Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat tersebut yaitu kata kompetensi wartawan.

Yang Terhormat Pakde Karwo
Sebaliknya, sudah bukan rahasia, partai politik adalah gudang pertikaian, ketegangan, dan konflik. Kepemimpinan itu menjadi taruhan manakala keinginan untuk meraih jabatan lebih tinggi dipartai politik justru lebih mengedepankan. Kepemimpinan yang pasrah karena diperintah atau diiming-iming jabatan lebih tinggi tentu merupakan kepemimpinan semu minus keteladanan (O5/P8/RPT).

Data (O5/P8/RPT) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian kalimat yang dianggap penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata lebih yang menyatakan perulangan dengan maksud yaitu kalimat lebih merupakan perbedaan antara kalimat yang dipentingkan. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan frase. Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat tersebut yaitu kata partai politik.
Advokat dan Keprihatinan Hukum
Sebagai sarana menjaga kehormatan itu, sudah ada Kode Etik Advokad Indonesia. Salah satunya adalah menjaga kerahasiaan klien. Menjaga kerahasiaan itu berlaku seumur hidup (O16/P2/RPTS).

Data (O16/P11/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian yang dipentingkan. Hal tersebut ditunjukkan pada kata menjaga kerahasiaan memberi tekanan yang lebih kuat. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan frase. Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat tersebut yaitu kata menjaga kerahasiaan.
Advokat dan Keprihatinan Hukum
Semoga tak terjebak hanya memilih ketua dewan pimpinan cabang, ketua dewan penasihat cabang, dan ketua dewan kehormatan cabang periode 2012-2016 (O16/P11/RPTS).

Data (O16/P11/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian yang dipentingkan. Hal tersebut ditunjukkan pada kata Ketua Dewan memberi tekanan yang lebih kuat. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan frase. Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat tersebut yaitu kata ketua dewan.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dalam rubrik opini harian Jawa Pos edisi Februari di atas dan setelah peneliti melakukan analisis, gaya bahasa repetisi yang banyak ditemukan yaitu berupa kata dan frase. Gaya bahasa repetisi yang berupa kata yang ditemukan antara lain; UKW, pers, kebijakan, terlebih, miskin, para, dan risiko. Sedangkan gaya bahasa yang berupa frase yang ditemukan antara lain; kompetensi wartawan, partai politik, menjaga kerahasiaan, dan ketua dewan.

4.3 Fungsi Gaya Bahasa yang Digunakan dalam Opini di Surat Kabar Harian Jawa Pos
Dalam penelitian ini, fungsi gaya bahasa yang digunakan untuk menganalisis data terdapat empat fungsi yang ditemukan, fungsi tersebut meliputi (1) fungsi informasi (2) fungsi untuk menjelaskan, (3) fungsi untuk menghidupkan objek mati, (4) fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk hiasan, dan (5) fungsi untuk penekanan atau memperkuat. Fungsi gaya bahasa pada struktur kalimat dalam opini-opini dari objek yang diteliti seperti pada data di bawah ini:
Fungsi gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Politikus Makin Autis. Opini tersebut mengandung fungsi menjelaskan, yakni menjelaskan tentang  adanya para wakil rakyat di senayan kini makin transparan yakni perilaku mereka sangat gampang diketahui para pemilihnya. Mereka akan terlihat ketika berbuat baik, saat berlaku menyimpang pun sangat mudah diketahui. Dari perilaku yang dipotret media mereka cenderung banyak memikirkan kebutuhan sendiri.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Perihal Standar Kompetensi Wartawan. Opini tersebut mengandung funsi informasi, karena dalam opini tersebut telajh menginformasikan bahwa protes wartawan akhir-akhir ini membuat suatu standart yang dapat dijadikan acuan bahwa pers merupakan profesi yang menjanjikan. Karena wartawan ini merupakan seseorang yang mendedikasikan suatu pekerjaan yang tidak memandang tempat, peristiwa, waktu yang terjadi setelah melalui perdebatan panjang akhirnya dibuatlah standart kompetens wartawan (SKW), dan SKW ini bertujuan agar kualitas suatu media pers dapat meningkatkan kualitas yang professional.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Problem Etika Media Siber. Opini tersebut mengandung fungsi untuk menghidupkan objek mati, yakni menjelaskan tentang media siber merupakan media yang dijadikan acuan untuk setiap orang dapat berpendapat secara langsung bahkan dapat menentukan tema yang perlu didiskusikan di ruang publik dunia maya. Selain itu media siber juga mempunyai keunggulan komparatif dalam penyampaiaannya. Kemajuan teknologi di era modern ini memberikan leluasa bagi jurnalis untuk mengejar informasi yang begitu cepat terjadi, sehingga media siber ini segera disahkan oleh dewan pers.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Politics Is Never Fair. Opini tersebut merupakan fungsi menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan  bahwa para koruptor yang sudah ketahuan akan kelakuan koruptor yang dilakukannya kebanyakan akan melarikan diri. Seperti halnya Nazruddin yang tertangkap di Kolombia akhir-akhir ini terjadi perang mulut yang dilakukan oleh Angelina Sobdakh dengan sahabatnya yakni Nazaruddin, atas keterlibatan korupsi yang terjadi si di Atlet Wisma. Dan KPK sudah menetapkan Agie sebagai tersangka atas Atlet Wisma.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Yang Terhormat Pakde Karwo. Opini tersebut mengandung fungsi menjelaskan karena opini tersebut ditulis untuk mengkritik Pakde Karwo. Selaku Gubernur Jawa Timur Pakde Karwo seharusnya fokus kepada rakyat yang telah memilihnya. Jangan terburu-buru untuk mengejar posisi PD umum di Jakarta, karena hal itu akan menyerap energi dan perhatian yang akan berakibat pada program dan kebijakan provinsi untuk rakyat Jawa Timur.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Ironi Bisnis Transportasi. Opini tersebut mengandung fungsi untuk menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan tentang kecelakaan transportasi yang akhir-akhir ini sering terjadi. Banyak pihak yang harus bertanggung jawab dalam permasalahan transportasi ini. Sebenarnya, keuntungan terbesar yang hendak diraih pemerintah maupun pengusaha transportasi tanpa memperhatikan kesejahteraan buruhnya merupakan kemanfaatan yang menindas sekaligus membahayakan konsumen. Padahal buruh merupakan elemen penting dari kenyamanan dan keselamatan para penumpang. Karena itu, demi keselamatan penumpang, pemerintah dan pengusaha wajib menjamin hak-hak dan kualitas hidup para buruh transportasi.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Kompetensi Wartawan Bukan Momok. Opini tersebut merupakan fungsi untuk penekanan atau memperkuat, yakni opini tersebut menegaskan bahwa standart kompetensi wartawan dan uji kompetensi wartawan (SKW/UKW) mulai berlaku sejak 9 Februari 2010 dan menjadi trend-issue bagi komunitas wartawan atau media. Pada awalnya SKW/UKW dianggap sebagai “momok” bagi para wartawan. Tetapi sekarang peserta UKW mulai memahami makna dan tata cara serta dapat mengikuti UKW sesuai dengan panduan. Pemenuhan standart kompetensi wartawan (SKW) sudah dianggap sebagai syarat mutlak bagi seorang wartawan.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Menghentikan Kriminalisasi Pers. Opini tersebut merupakan fungsi menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan tentang dunia pers yang mulai berkembang pada saaat ini, dengan mendatangkan MOU atau nota kesepahaman antara polri dan pers. Hal ini digunakan untuk mempermudah polri terkait dengan pengaduan masyarakat, meski dipercaya pemerintah bisa menimbulkan beban tertentu bagi pihak yang merasa dirugikan. Ketika ada aduan terkait dengan kinerja wartawan polri berhak memastikan hal tersebut termasuk mal-jurnalism atau bukan dengan cara mengkonfirmasi ke dewan pers. Makna MOU itu sendiri bagi wartawan adalah agar insan pers tidak perlu takut sepanjang kinerjanya sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia (KEWI).
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Melawan Entropi Budaya. Opini tersebut mengandung fungsi untuk penekanan atau memperkuat, yakni opini tersebut memaparkan bahwa entropi merupakan energi tambahan. Misalnya, jumlah energi yang dimasukkan ke dalamnya, ketika gangguan dalam organisasi meningkat, energi karyawan untuk melakukan pekerjaan harus meningkat, energi tambahan itu disebut “entropi budaya”. Sesuai dengan penelitian yang sudah pernah ada, bahwa jika entropi budaya disuatu Negara itu tinggi maka Negara tersebut akan rusak. Misalnya, terjadi kebangkrutan atau huru-hara. Untuk itu perlu melawan entropi budaya dengan cara memperhatikan tiga faktor entropi budaya itu sendiri.
Fungsi gaya bahasa dalam opini jawa pos dengan judul Red Alert Pembatasan BBM. Opini tersebut mengandung makna untuk penekanan atau memperkuat, yakni opini yang menegaskan struktur kalimat yang menggunakan gaya antiklimaks, bahwa kebijakan pembatasan BBM itu rencananya mulai 1 April 2012, kebijakan BBM juga harus melibatkan kerja sama dengan lingkungan kementrian, maupun lembaga dipusat, serta kerjasama dengan daerah, mengingat anggaran yang terbatas dan tuntutan masyarakat akan kesejahteraan yang tidak bisa ditunda.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Boros, Perselingkuhan “Ekselatif”. Opini tersebut mengandung fungsi menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan bahwa penghasilan tetap anggota DPR perbulan makin besar, serta penunjang lainnya yang semua difasilitasi oleh Negara, tetapi bagi daerah-daerah yang kekuatan APBDnya baru berkisar 1 triliun, tentu terasa tidak adil jika wakil rakyatnya harus memanjakan dengan anggaran kunker yang sedemikian besar.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Dasar Bubarkan Ormas Anarkistis. Opini tersebut mengandung fungsi untuk penekanan atau memperkuat, yakni opini tersebut mempertegas adanya ketegasan masyarakat Kalimantan Tengah dalam menolak kehadiran Front pembela Islam FPI menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih menyadari pentingnya melestarikan kerukunan bangsa yang majemuk.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Basic Instinct ala Angie. Opini tersebut mengandung fungsi menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan tentang masalah Angie membantah habis-babisan perihal tuduhan percakapannya dengan Mindo Rosalina Manulang via BBM mengenai tindakan kejahatan yang telah diperbuatnya. Kejujuran yang sangat sulit terbongkar dari sosoknya sebagai mantan putri Indonesia tersebut.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Mencegah Pelapukan Ekonomi. Opinit ersebut merupakan fungsi informasi, yakni menginformasikan bahwa langkah dalam pelapukan ekonomi, solusi yang harus dijalankan oleh pemerintah yaitu harus mengintervensi sektor perbankan, memperbaiki infrastruktur kelembagaan pertanian dan pangan, dan mempercepat pembangunan KTI demi memperkuat integrasi Negara.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Advokat dan Kprihatinan Hukum. Opini tersebut mengandung fungsi menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan tentang kasus Gayus yang mendapatkan pembelaan dari Buyung Nasution, yakni mengenai Advokat yang bisa mengungkap kebenaran dan, sesuai UU Advokat, menegakkan fungsi penegak hukum yang mendorong Gayus untuk membongkar semua yang terlibat dalam kasus korupsi agar tuntas sampai ke akarnya.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Galau Presiden Jeman di Jakarta. Opini tersebut mengandung fungsi keindahan, yakni opini tersebut dapat menimbulkan gelak tawa atau keindahan yang menyatakan bahwa adanya kunjungan Wulff ke Indonesia yang menanyakan kepada ketua MPR tentang jejaring soial seperti Facebook dan Twitter tersebut apakah banyak digunakan oleh kalangan politikus Indonesia saat ini, dan tanggapan oleh ketua MPR mengenai hal tersebut yaitu penggunaan jejaring sosial di Indonesia sekuitar 60 juta, setara dengan penduduk Jerman, tetapi politikus Indonesia belum merasa terganggu dengan adanya Facebook dan Twitter.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Orang Kampus, Menulislah. Opini tersebut mengandung fungsi informasi, yakni opini tersebut menginformasikan atau menggambarkan bahwa menulis terutama menulis karya ilmiah merupakan suatu hal yang baru dilakukan di setiap PT. tujuan dari penulisan jurnal ilmiah adalah tulisan yang dibuat oleh mahasiswa dapat mempunyai kualitas hingga level tinggi.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Gaji Naik, kok Masih Pungli. Opini tersebut mengandung fungsi informasi, sebab opini tersebut menginformasikan tentang kenaikan gaji abdi Negara sebesar sepuluh persen mulai pada bulan Maret. Kebijakan kenaikan gaji tersebut berlaku secara umum, baik untuk mereka yang mempunyai prestasi kerja atau tidak. Kenaikan gaji pegawai disikapi beragam, bagi pegawai berita kenaikan tersebut tentu satu hal positif, tapi belum tentu bagi masyarakat umum apalagi bagi buruh yang nasibnya sering terabaikan.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Misteri Rekaman CCTV. Opini tersebut mengandung fungsi menjelaskan, yakni opini tersebut memaparkan adanya rekaman CCTV yang ditayangkan berbagai media visual elektronik, menyajikan cuplikan-cuplikan mendebarkan, hingga menjelang dan setelah pembunuhan di kamar hotel tersebut berlangsung. Tetapi hotel yang dibuat pembunuhan tersebut memiliki sekian banyak instrument pengintai yang merekam keberadaan sang pembunuh sehingga mudah dilacak siapa pelakunya.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Menegur Sinetron Kita. Opini tersebut mengandung fungsi menjelaskan, yakni memaparkan tentang program televisi yang paling banyak mendapat teguran dari masyarakat. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor yang memunculkan nilai-nilai negatif bagi anak di bawah umur, muatan pendidikan bagi remaja nyaris tidak ada, dan karakter jahat yang diperankan dalam sinetron. Seharusnya sinetron bisa membangun karakter bangsa.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Politikus Makin Autis, opini tersebut merupakan fungsi menjelaskan, yakni menjelaskan adanya para wakil rakyat di senayan kini makin transparan yakni perilaku mereka sangat gampang diketahui para pemilihnya. Mereka akan terlihat ketika berbuat baik, saat berlaku menyimpang pun sangat mudah diketahui. Dari perilaku yang dipotret media mereka cenderung banyak memikirkan kebutuhan sendiri.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul BBM dan Perampokan SDA. Opini tersebut mengandung fungsi menjelaskan, yakni menjelaskan tentang kenaikan harga BBM di Indonesia. Untuk menghindari lonjakan jumlah orang miskin, disiapkan skema dana kompetensi. Kenaikan harga BBM demi anggaran fiskal yang sehat dan mengurangi subsidi kepada orang kaya harus cepat didapat. Kontrak seperti itu yang harus disosdorkan kepada pemerintah untuk ditandatangani, bila tidak bersedia lonjakan BBM sudah sepantasnya ditolak.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Mendidik Melalui Berita Kecelakaan. Opini tersebut mengandung fungsi menjelaskan, yakni menjelaskan tentang survei serikat penerbitan Surat Kabar menempatkan berita bencana alam dan kecelakaan lalu lintas sebagai berita favorit pembaca. Bagaimanapun menampilkannya, misi menyiarkan berita itu dilandasi sikap jujur dan professional dengan pertimbangan bahwa sebuah peraturan dibuat untuk kepentingan publik.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Makna Oskar bagi si Bisu. Opini tersebut mengandung fungsi memperindah, yakni opini tersebut memaparkan makna suatu film The Artist yang bisa memborong lima piala Oskar untuk kategori desain kostum terbaik, dan original score, juga penghargaan tertinggi oskar sebagai film terbaik tahun ini. Tapi the artist menyadarkan kita bahwa ditengah zaman yang serba tergesah, ditingkah suara berisik, hiruk pikuk, kita seakan semakin kehilangan makna, ternyata pesan yang sunyi justru bisa lebih berarti.
Dari kedua puluh lima opini, peneliti memperoleh 5 fungsi meliputi (1) fungsi informasi, (2) fungsi untuk menjelaskan, (3) fungsi untuk menghidupkan objek mati, (4) fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk hiasan, dan (5) fungsi untuk penekanan atau memperkuat. Fungsi yang paling dominan digunakan yaitu fungsi menjelaskan. Ada beberapa dari kedua puluh lima opini pada data yang sudah terkumpul yang kurang sesuai sebagai bacaan karena isi dari opini tersebut tidak layak untuk pembaca, tetapi bacaan opini tersebut dapat diambil hikmahnya bahwa dalam sebuah cerita pembaca mampu menemukan kemenarikan dari isi cerita tersebut dan menemukan apa yang menonjol dari cerita, sehingga penemuan tersebut dapat dipetik dan dapat dijadikan sebagai pembelajaran. Tetapi sebagian besar dari opini tersebut sangat layak dijadikan sebagai pembelajaran, kareana sesuai dengan jalan ceritanya yang mudah dipahami dan dimengerti.

4.4 Makna Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat dalam opini-opini Jawa Pos
Makna sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Struktur kalimat yang dimaksud adalah tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Dalam rubrik opini ditemukan 5 penggunaan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, yaitu (1)gaya bahasa klimaks, (2) gaya bahasa antiklimaks (3) gaya bahasa repetisi (4) gaya bahasa paralelisme dan (5) gaya bahasa antitesis.
Untuk mengetahui makna berdasarkan struktur kalimat dalam rubrik opini Jawa Pos pada objek yang diteliti adalah:

4.4.1    Makna Ideasional
            Dalam rubrik opini ditemukan makna ideasional. Makna ideasional adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Makna tersebut dapat dilihat pada data berikut ini:
Politik Akuisisi Partai
Terlepas dari kontroversi etik dan tidaknya lagkah politik Nasrep, fakta hukum dan landasan yuridis memungkinkan hal itu terjadi dan sah. Toh perjuangan Nasrep untuk menjadi porpol peserta pemilu masih cukup panjang. Nasrep harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang cukup berat dalam RUU perubahan UU pemilu(O1/P12/KLMS).

Data (O1/P12/KLMS) mengandung makna ideasional, yaitu penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memiliki konsep dari data di atas adalah kata partai Nasrep, yang mempunyai arti bahwa partai Nasrep mempunyai keyakinan partainya akan lolos menjadi peserta pemilu.
Politikus Makin Autis
Dengan demikian, semua kebijakan dibuat atas dasar kepentingan masyarakat banyak. Kebijakan yang mengantarkan bangsa ini semakin maju dan kompetetif dengan bangsa lainnya. Menjadikan bangsa dengan peradaban tinggi, infrastruktur memadai, dan kehidupan masyarakat yang sejahtera (O22/P10/KLMS).

Data (O22/P10/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan makna ideasional yaitu makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memikiki konsep yaitu kata kompetetif dan infrastruktur. Data di atas menjelaskan suatu keputusan pemerintah yang diharapkan mempunyai kwalitas baik dan bertanggung jawab dalam memimpin Negara.
Ironi Bisnis Transportasi
Apa pun alasannya, kecelakaan dalam bisnis transportasi merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai pengawas, pengatur, dan penyedia sarana infrastruktur transportasi selaku penyedia jasa yang aman dan nyaman (O7/P3/KLMS).

Data (O7/P3/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memikiki makna konsep yaitu kata infrastruktur. Data di atas tersirat makna bahwa kecelakaan yang terjadi merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menaggulanginya.
Dasar Bubarkan Ormas Anarkistis
Dari segi kebangsaan, cara-cara anarkistis yang kerap dilakukan ormas keagamaan (termasuk FPI) dalam menghadapi kesalahan tertentu merupakan ancaman serius bagi kerukunan. Terutama dalam menghadapi perbedaan yang bersifat keyakinan dan keagamaan (O13/P3/KLMS).

Data (O13/P3/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memikiki makna konsep yaitu anarkistis. Data di atas menjelaskan bahwa dalam berkebangsaan, menganut suatu agama yang sering kali terlibat dalam kekerasan.
Perihal Standar Kompetensi Wartawan
Ketua Dewan Pers Bagir Manan menyatakan, kompetensi wartawan merupakan sebuah kehormatan bagi wartawan dalam menjalankan tugasnya yang dilandasi prinsip-prinsip hukum, demokrasi, kemanusiaan, disiplin keilmuan, dan kode etik (O2/P3/AKLMS).

Data (O2/P3/AKLMS) tersirat makna ideasional, yaitu penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memiliki konsep dari data di atas adalah demokrasi, yang memliki arti bahwa suatu kelebihan yang dimiliki oleh seorang jurnalis yang mempunyai jabatan adalah suatu kehormatan tersendiri.
Perihal Standar Kompetensi Wartawan
Ketua Dewan Pers Bagir Manan menyatakan, kompetensi wartawan merupakan sebuah kehormatan bagi wartawan dalam menjalankan tugasnya yang dilandasi prinsip-prinsip hukum, demokrasi, kemanusiaan, disiplin keilmuan, dan kode etik (O2/P3/AKLMS).

Data (O2/P3/AKLMS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memikiki makna konsep yaitu kata demokrasi. makna yang tersirat dari data di atas bahwa sebuah dewan dalam mempunyai prinsip dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat.
Problem Etik Media Siber
Elitism pemilihan sumber berita bersisian dengan elitisme pemilihan objek berita. Sebagai contoh, jika media memberitakan masalah korupsi, hampir selalu korupsi dengan jumlah uang yang besar, melibatkan nama-nama besar, dan terjadi di pusat-pusat kekuasaan. Korupsi yang sehari-hari dihadapi rakyat kecil dalam pengurusan KTP, SIM, izin usaha, akta kelahiran, dan lain-lain selalu terpinggirkan dalam diskursus media tentang korupsi(O3/P3/AKLMS).

Data (O3/P3/AKLMS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memikiki makna konsep yaitu kata diskursus. Data tersebut tersirat makna bahwa pada data di atas mengandung suatau problem dalam pemilihan objek berita korupsi yang akan ditayangkan pada media harus yang memiliki kwalitas tinggi.

Politics Is Never Fair
Koruptor tidak bisa membedakan antara berbagai alternatife, proses normatife, dan proses penyimpangan demi mencapai kekayaan, kemuliaan, dan kesenangan norma dianggap sebagai ketololan yang tak perlu diikuti (O4/P8/PRLS).

Data (O4/P8/PRLS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memikiki makna konsep yaitu kata alternatife, dan normatife. Pada data di atas menggambarkan seorang koruptor yang tidak pernah berpikir panjang dalam menjalankan berbagai alternatif.
Makna Oskar Bagi si Bisu
Ada yang mengistilahkan, ini adalah zaman ettention economi. Inilah era ketika konsumen harus dibujuk, bahkan dibayar dulu, agar sejenak mau memperhatikan sesuatu. Tapi, kehidupan yang serba connected secara digital mengakibatkan opsi pilihan pun tersedia tanpa batas (O25/P9/ATIS).

Data (O25/P9/ATIS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memikiki makna konsep yaitu ettention economi dan connected tersirat makna bahwa dijaman modern sekarang ini teknologi semakin canggih, sehingga didalam melakukan sesuatu selalu menggunakan kecanggihan teknologi.
Perihal Standar Kompetensi Wartawan
Setelah penyusunan standar itu, dilanjutkan kegiatan dalam tataran praktis dengan melakukan uji kompetensi wartawan diseluruh Indonesia. Kompetensi wartawan dibagi menjadi tiga jenjang, yakni wartawan utama, wartawan madya, dan wartawan muda. Uji kompetensi ini dilaksanakan Dewan Pers bersama organisasi profesi wartawan, perusahaan Pers, serta perguruan tinggi (O1/P2/RPTS).

Data (O1/P2/RPTS) ) makna yang tersirat dalam data di atas yaitu makna ideasional, merupakan makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memikiki konsep yaitu kata kompetensi. Data di atas menjelaskan tentang menguji kompetensi wartawan berdasarkan jenjang masing-masing.
Red Alert Pembatasan BBM
Upaya-upaya meredam inflasi perlu terus dilakukan sekaligus perlu dicari alternatif kebijakan BBM itu. Misalnya meningkatkan harga premium dengan diikuti kebijakan pengontrolan efek inflatoir dari kebijakan yang dibuat (O11/P12/RPTS).

Data (O11/P12/RPTS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memikiki makna konsep yaitu inflatoir. Data di atas menjelaskan bahwa peningkatan BBM harus diimbangi dengan mengontrol kebijakan yang sudah ditetapkan.
Misteri Rekaman CCTV
Khusus mengenai risiko, si (calon) pelaku harus dapat meyakinkan dirinya bahwa risiko memang ada dan dapat dikendalikan. Semakin kuat perhitungan bahwa risiko dapat diatasi, semakin tinggi pula kemungkinan dia merealisasikan rencananya (O20/P6/RPTS).

Data (O20/P6/RPTS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memikiki makna konsep yaitu merealisasikan. Data di atas tersirat makna bahwa suatu perbuatan yang sudah dilakuakan harus bisa menerima akibat dari perbuatan tersebut.
Setelah peneliti menemukan data dan melakukan analisis terhadap data tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa makna ideasional dapat ditemukan pada gaya bahasa klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, repetisi.




4.4.2    Makna Afektif
Dalam rubrik opini ditemukan makna Afektif. Makna afektif adalah makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Makna gaya bahasa tersebut dapat dilihat pada data berikut ini::
Problem Etik Media Siber
Kemajuan teknologi informasi memang memberikan kemudahan bagi jurnalis untuk mengejar informasi, mengembangkan liputan, dan mentransmisikan pesan. Namun, kemajuan teknologi itu tidak mengubah hukum besi dalam jurnalisme: disiplin vertikal dan kewajiban konfirmasi (O3/P9/KLMS).

Data (O3/P9/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas yaitu makna afektif, karena merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar terhadap penggunaan kata atau kalimat. Kata yang merupakan makna afektif yaitu hukum besi.
Basic Instinct Ala Angie
Terlebih, dalam kasus Angie, pihak-pihak yang terkait adalah tokoh-tokoh sentral di pucuk pimpinan partai berkuasa, partai Demoktar. Akan sangat sulit kasus semacam itu terbongkar secara telanjang dan kasat mata, terlebih ditanyakan secara langsung di layar televisi (O14/P4/RPTS).

Data (O14/P4/RPTS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kalimat terbongkar secara telanjang dan kasat mata. Data di atas menjelaskan bahwa suatu kasus korupsi yang melibatkan para wakil rakyat di bawah partai Demokrat sangat sulit mengungkapkan kejujuran pada suatu media.
Galau Presiden Jerman di Jakarta
Jerman dianggap sebagai negara yang sangat menghidupkan dunia memengaruhi keadaan perekonomian dan bursa saham dunia (O17/P11/KLMS).
Data (O17/P11/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas yaitu makna afektif, karena merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar terhadap penggunaan kata atau kalimat. Kata yang merupakan makna afektif yaitu kata menghidupkan dunia, yakni data di atas menjelaskan suatu Negara yang mempunyai kemajuan dibidang perekonomian.
Kompetensi Wartawan Bukan Momok
Meskipun Dewan Pers telah belasan kali melakukan sosialisasi SKW/UKW, tetap saja pada hari pelaksanaan UKW itu sendiri rasa takut, gamang, dan ngeri umumnya tetap menyelimuti para peserta UKW (O8/P11/KLMS).

Data (O8/P11/KLMS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kalimat menyelimuti para peserta UKW. Data di atas tersirat makna dewan pers tetap merasakan kebimbangan disaat sosialisasi UKW dilaksanakan.
Menghentikan Kriminalisasi Pers
Sejatinya istilah delik pers (pers delict) itu bukan terminologi hukum, tetapi istilah sosial yang kemudian digunakan untuk menyebut pelanggaran kinerja wartawan atau insan pers (O9/P4/PRLS).

Data (O9/P4/PRLS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kalimat insan pers. Data di atas menjelaskan bahwa delik pers merupakan suatu pelanggaran yang dilakukan oleh wartawan.
Mendidik Melalui Berita Kecelakaan
Meskipun membawa pesan yang tajam kepada khalayak media, sebagian besar koran mempunyai kebijakan tidak memuat foto korban kecelakaan. baik yang luka-luka maupun yang meninggal dunia berdarah-darah (O24/P7/PRLS).
Data (O24/P7/PRLS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kata meninggal dunia berdarah-darah. Data di atas tersirat makna bahwa suatu media massa berupa koran yang memuat berbagai berita terutama berita kecelakaan, koran tersebut tidak akan memuat foto korban kecelakaan dalam koran tersebut.
Yang Terhormat Pakde Karwo
Dibanding pengelola pemerintahan, tentu dalam partai politik permasalahan jauh lebih kompleks daripada berbagai hal yang boleh jadi tidak ditemukan di dalam pemerintahan. Lebih banyak jalan terjal atau berlubang dalam partai politik daripada jalan mulus di dalam pemerintahan (O5/P6/ATIS).

Data (O5/P6/ATIS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kalimat jalan terjal atau berlubang dan jalan mulus di dalam pemerintahan. Data di atas menjelaskan bahwa sebagai wakil rakyat didalam menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin banyak menemukan masalah yang rumit daripada kelancaran dalam memimpin.
Misteri Rekaman CCTV
Dengan kepribadian sedemikan rupa, publik dapat menilai bahwa pembunuhan terhadap pengusaha di kamar hotel itu, baik dengan tangan dia ataupun lewat tangan anak buahnya, merupakan buah watak si gemblong yang sangat eksplosif (O20/P4/ATIS).

Data (O20/P4/ATIS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kalimat buah watak. Data di atas memaparkan bahwa pembunuhan yang terdapat pada data di atas merupakan ide dari tersangka dengan menggunakan tangan anak buahnya untuk membunuh.
Setelah peneliti menemukan data dan melakukan analisis terhadap data tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa makna afektif dapat ditemukan pada gaya bahasa klimaks, paralelisme, antitesis, repetisi.

4.4.3    Makna Konotatif
Dalam rubrik opini ditemukan makna konotatif. Makna konotatif adalah adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai.  Makna tersebut dapat dilihat pada data berikut ini:
BBM dan Perampokan SDA
Pemerintah tidak dapat mengisolasi secara meyakinkan perembetan kenaikan harga BBM terhadap komoditas-komoditas lain, entah makanan, transportasi, pendidikan, pakaian, dan lain-lain (O23/P4/AKLMS).

Data (O23/P4/AKLMS) tersirat makna konotatif. Makna tersebut muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Kata yang mengandung makna konotatif yaitu kata perembetan. Data di atas tersirat makna bahwa pemerintah tidak bisa memastikan akibat dari kenaikan BBM karena akan berdampak pada kenaikan bahan pangan, pendidikan maupun transportasi.
Orang Kampus, Menulislah
Penulis memandang, Dirjen Dikti jelas memiliki niat yang luhur, sementara para pengkritik juga tidak berniat buruk. Tetapi, alangkah membanggakan kalau SE Dirjen Dikti itu dapat mendorong karya akademik lebih berkualitas hingga menembus level lebih tinggi (O19/P3/ATIS).

Data (O19/P3/ATIS) tersirat makna konotatif. Makna tersebut muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Kata yang mengandung makna konotatif yaitu kata menembus. Dari data di atas dijelaskan bahwa pada data tersebut memandang bahwa pada dasarnya para penulis memandag keputusan dikti yang menyatakan bahwa karya ilmiah mahasiswa akan dipublikasikan, mendapatkan kritikan dari penulis.
Setelah peneliti menemukan data dan melakukan analisis terhadap data tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa makna konotatif yang terdapat dalam data di atas terdapat pada gaya antiklimaks dan antitesis.

4.4.4    Makna Denotatif
Dalam rubrik opini ditemukan gaya bahasa antitesis. adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud diluar bahasa yang diterapsi satuan bahasa itu apa adanya, sifatnya objektif. Makna gaya bahasa tersebut dapat dilihat pada data berikut ini:
Advokat dan Keprihatinan Hukum
Advokat, penegak hukum yang tak dibayar Negara, memang berhak atas imbalan dari klien. Tidak sekedar mempunyai keterampilan hukum secara semata, advokat juga dihadapkan pada problematika tentang keberpihakan (O16/P6/KLMS).

Data (O16/P6/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas yaitu makna denotatif, sebab makna tersebut mengandung kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud diluar bahasa. Kata yang merupakan makana denotatif adalah makana semata. Data tersebut menjelaskan bahwa pengorbanan seseorang pembela pantas dibalas dengan upah yang senilai pengorbanannya.

Setelah peneliti menemukan data dan melakukan analisis terhadap data tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa makna denotaif yang terdapat dalam data di atas adalah gaya bahasa klimaks.


















BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa dalam opini-opini Jawa Pos edisi Februari 2012 sebagai berikut.
1.      Penggunaan wujud gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian Jawa Pos mencakup gaya bahasa, 1) klimaks yaitu gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan yang semakin meningkat kepentingannya dari gagasan sebelumnya, 2) antiklimaks yaitu gaya bahasa yang gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut kegagasan yang kurang penting, 3) paralelisme yaitu gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa dalam bentuk gramatikal yang sama, 4) antitesis yaitu gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dan 5) repetisi yaitu perulangan bunyi, suku kata, frase, atau klausa. Dari kelima gaya bahasa tersebut yang paling dominan adalah gaya bahasa antitesis.
2.      Fungsi gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan penulis adalah fungsi informasi, fungsi untuk menjelaskan, fungsi untuk menghidupkan objek mati,  fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk hiasan, dan fungsi untuk penekanan atau memperkuat. Fungsi yang paling dominan digunakan yaitu fungsi untuk menjelaskan.  
3.      Makna dalam gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian Jawa Pos dapat ditemukan makna ideasional, afektif, konotatif, dan denotatif, makna yang paling dominan digunakan pada analisis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat adalah makna ideasional.

5.2 Saran
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis data, maka beberapa saran yang akan dikemukakan oleh peneliti, yaitu:
1.      Bagi Redaksi Media Cetak
Merujuk pada adanya hasil analisis penelitian yang menggambarkan bahwa tidak keseluruhan gaya bahasa dimanfaatkan oleh pengarang, maka pengarang opini Jawa Pos edisi Februari 2012, hendaknya lebih menyempurnakan tulisannya sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.
2.      Bagi Pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu penambah wawasan dalam pengajaran bahasa Indonesia dalam rangka memperkenalkan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat.
3.      Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dalam bidang gaya bahasa, semoga lebih dapat menyempurnakan penelitian ini atau dapat melakukan penelitian dalam bidang bahasa namun memfokuskan pada permasalahan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Agensindo.
Arikunto, Suharsini. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Djojosubroto, dkk. 2004. Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa.
Furchar, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Keraf, Gorys. 1990. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 1989. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Garamedia Utama.
Kusno. 1985. Pengantar Tata Berbahasa Indonesia. Bandung: Rosda.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Lingustik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Moleong, Lexi J. 2010. Metodologi Penelitian kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsuddin, dkk. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiarti, Dra. 2001. Pengetahuan dan Kajian Prosa Fiksi. Malang: UMM Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Aangkasa.
Baca SelengkapnyaANALISIS GAYA BAHASA PADA RUBRIK OPINI DALAM SURAT KABAR HARIAN LOMBOK POS EDISI 2 NOVEMBER - 29 NOVEMBER 2013