BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer
yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:30). Bahasa meliputi dua bidang yaitu bunyi yang
dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus
bunyi. Oleh karena itu,
bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa pada
umumnya yaitu sebagai alat komunikasi atau alat perhubungan antar
anggota-anggota masyarakat. Bahasa sebagai alat komunikasi dapat digunakan
untuk bertukar pendapat, berdiskusi, atau membahas persoalan yang dihadapi.
Melalui bahasa juga dapat mewarisi budaya dan tradisi yang diturunkan oleh para
leluhur.
Alat
komunikasi sosial merupakan fungsi dari bahasa secara umum. Artinya didalam
masyarakat ada komunikasi atau saling hubungan antar masyarakat, yang dalam
keperluan itu membutuhkan suatu wahana berupa bahasa.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran
perumusan yang
mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan
pada masa depan. Bahasa-bahasa menunjukkan perbedaan antara
satu dengan yang lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok
penuturnya dalam satu kesatuan. Tanpa bahasa seseorang akan mengalami kesulitan
dalam pergaulan hidupnya.
Berdasarkan
saluran komunikasi bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas dua macam, yaitu
bahasa lisan dan bahasa tulisan. Karena setiap masyarakat bahasa memiliki
bahasa lisan, sedangkan bahasa tulisan baru muncul kemudian, maka soal yang
perlu ditelaah ialah bagaimana orang menuangkan ujarannya ke dalam bentuk
tulisan (Kusno, 1985: 01).
Bahasa
tulis dianggap sebagai objek sekunder. Ini tidak mengherankan karena dari sebuah
kalimat yang tertulis, terlalu sulit diterka apa yang tersirat dalam tulisan
itu. Bahasa tulis dapat melengkapi apa yang kita perolah dari bahasa lisan.
Oleh sebab itu, bahasa tulis merupakan bahasa yang digunakan dalam bentuk
tulisan, serta banyak dimanfaatkan dalam berbagai situasi komunikasi dan tujuan yang
berbeda.
Kelaziman
penggunaan bahasa Indonesia, baik wujud bahasa lisan maupun bahasa tulisan itu
mempunyai perbedaan dalam hal kesempurnaan, strukturnya. Dalam hal ini, karena
bahasa tulis itu merupakan tiruan bahasa lisan, maka dari kekurang sempurnaan struktur pada bahasa lisan memungkinkan terbawanya struktur
tersebut dalam wujud bahasa tertulis. Struktur yang dimaksud adalah
bentukan-bentukan kata dan penggunaan kalimat-kalimat.
Dalam
hal ini peneliti
juga harus memperhatikan pedoman untuk menjaga agar bahasa tetap santun dan efektif. Pedoman yang pertama adalah bahasa itu harus tepat,
hemat, cermat, padat, dan singkat. Kedua,
bahasa yang digunakan sesuai dengan suasana, baik suasana resmi atau tidak
resmi dan sebagainya. Ketiga, peranan
kata dalam kalimat harus diperhatikan. Keempat,
kalimat hendaknya bervariasi, baik variasi aktif-pasif, pilihan kata maupun
gaya bahasanya. Disamping itu penggunaan ejaan yang meliputi penulisan huruf,
penulisan kata, dan tanda baca juga harus diperhatikan dengan baik.
Gaya bahasa sesungguhnya terdapat pada seluruh ragam bahasa, baik ragam bahasa
lisan maupun ragam bahasa tulisan.
Struktur
sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Ada
kalimat yang bertsifat periodik, bila
bagian yang terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan ditempatkan pada
akhir kalimat. Ada kalimat yang bersifat kendur,
yaitu bila bagian kalimat yang mendapat penekanan ditempatkan pada awal
kalimat. Bagian-bagian yang kurang penting atau semakin kurang penting
dideretkan sesudah bagian yang dipentingkan tadi. Dan jenis yang ketiga adalah
kalimat berimbang, yaitu kalimat yang
mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau
sederajat.
Keraf
(2013: 23) mengungkapkan sebuah kata yang tepat untuk menyatakan maksud
tertentu pula diperhatikan kesesuaian dengan situasi yang dihadapi. Dalam hal
ini diperlukan gaya yang tepat digunakan dalam suatu situasi. Gaya bahasa
merupakan cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa merupakan sebagian dari diksi
pertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individu atau karakteristik, atau yang
memiliki nilai artistik yang tinggi.
Melalui gaya bahasa
memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang
mempergunakan bahasa itu. Diksi dan gaya bahasa itu juga dapat dimanfaatkan
dalam pemikiran strategi dan perencanaan naskah, salah satunya yakni naskah
opini. Opini merupakan Pendapat umum mengenai peristiwa yang dianggap
bom-bastis dan menjadi pembicaraan umum.
Keraf
(2013: 113) menyatakan bahwa gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam
retorika dengan istilah style. Gaya bahasa style menjadi masalah
atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau
klausa tertentu untuk menghadapi hierarki kebahasaan, pilihan kata secara
individu, frasa, klausa, dan kalimat bahkan mencankup pula sebuah wacana secara
keseluruhan. Style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan jiwa dan
kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Jiwa dan kepribadian yang dimaksud
adalah bagaimana seorang penulis menggambarkan seorang tokoh dengan bahasa yang
khas dan gaya penulisannya.
Sebelumnya
banyak penelitian yang membahas tentang gaya bahasa. Diantaranya penelitian
yang dilakukan oleh Ani Agustin dengan judul “Gaya Bahasa dalam Rubrik Opini
Lombok Pos Eddisi Juli 2013”. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa gaya
bahasa langsung tidaknya makna lebih dominan dipergunakan. Gaya bahasa
persamaan dan gaya bahasa metonimia tersebut nampaknya oleh penulis dimaksudkan
untuk memperindah dan untuk lebih menekankan makna, sedangkan gaya bahasa
berdasarkan struktur kalimat relatif sedikit digunakan, gaya bahasa tersebut
untuk menjelaskan ide atau inti, dari subjek yang dibicarakan.
Penelitian
tentang gaya bahasa yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Anik
Sujiati dengan judul “Analisis Gaya Bahasa dalam Cerpen-Cerpen Lombok Pos sebagai
Alternatif Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMA”. Penelitian ini membahas tentang
gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang terdiri atas klimaks,
antiklimaks, antitesis, dan repetisi, sedangkan gaya bahasa berdasarkan
langsung tidaknya makna meliputi gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan,
yang terdiri dari simile, metafora, personifikasi, sarkasme, dan inuendo. Dari
kedua gaya bahasa tersebut, gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
lebih dominan digunakan, sedangkan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
relatif sedikit digunakan. Dari penelitian di atas, jelas diungkapkan tentang gaya bahasa yang
didalamnya terdapat unsur-unsur gaya bahasa.
Untuk itu tujuan dari penelitian yang berjudul
Analisis Gaya Bahasa pada Rubrik Opini dalam Surat Kabar Harian Lombok Pos Edisi 2 November - 29 Novemberi 2013
ini berusaha untuk
mengungkap wujud gaya
bahasa berdasarkan struktur kalimat baik dari segi klimaks, antiklimaks,
paralisme, antitesis, maupun repetisi yang terdapat dalam koran harian Lombok Pos rubrik opini kemudian mendeskripsikan dan
menginterpretasi.
Adapun penelitian yang terdahulu lebih menekankan dari segi gaya bahasa
berdasarkan langsung tidaknya makna sedangkan penelitian ini lebih menekankan
pada gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat (klimaks, antiklimaks, paralisme,
antitesis, maupun repetisi).
Melalui
kegiatan analisis dalam penelitian ini, peneliti mengambil
kalimat-kalimat dalam rubrik “opini” edisi November 2013, didasarkan atas
kenyataan bahwa dalam rubrik tersebut terdapat gaya bahasa berdasarkan struktur
kalimat (klimaks, antiklimaks,paralelisme,antitesis,repetisi). Sehingga hasil dari penelitian ini dapat
digunakan sebegai acuan dalam penulisan sebuah gaya bahasa berdasarkan kalimat
dalam karangan termasuk opini, dan dapat
memberi manfaat bagi banyak kalangan, baik kalangan akademis atau umum. Serta
secara langsung diharapkan penelitian ini bermanfaat dalam menentukan
keberhasilan dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
1.2
Jangkauan Masalah
Gaya
bahasa adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
atau pemakai bahasa.
Dilihat
dari sudut bahasa atau
unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan
titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu:
1)
Gaya bahasa berdasarkan
pilihan kata
2)
Gaya bahasa berdasarkan
nada yang terkandung dalam wacana
3)
Gaya bahasa berdasarkan
struktur kalimat
4)
Gaya bahasa berdasarkan
langsung tidaknya makna
Dari
keempat
aspek tersebut dapat dibagi menjadi beberapa aspek. Gaya
bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang
paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat
tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam
masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan
kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.
Gaya
bahasa berdasarkan nada didasarkan pada
sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah
wacana. Sering kali segesti ini akan lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti
suara dari pembicara, bila sajian yang dihadapi adalah lisan.
Gaya
bahasa berdasarkan struktur kalimat adalah sebuah kalimat dapat dijadikan
landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat
disini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan
dalam kalimat tersebut.
Gaya
bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna diukur dari langsung tidaknya makna,
yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau
sudah ada penyimpangan. Bila acuan yang digunakan itu masih mempertahankan
makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos.
1.3
Batasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini peneliti membatasi
pada kajian penggunaan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat. Untuk mencapai tujuan yang jelas dalam suatu
penelitian perlu dilakukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah dalam
penelitian ini hanya menganalisis pada penggunaan gaya bahasa berdasarkan
struktur kalimat yang terdapat dalam surat kabar harian
Lombok Pos rubrik opini. Selain itu penelitian ini juga mengkaji pada segi
fungsi, fungsi yang dimaksud adalah fungsi informasi. Penelitian ini juga
mengkaji dari segi makna yang meliputi makna ideasional, afektif, konotatif,
dan denotatif. Gaya bahasa berdasarkan
struktur kalimat yang dikaji meliputi klimaks,
antiklimaks, paralelisme, antitesis, repetisi.
1.4
Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di
atas, peneliti
mengangkat tiga permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah wujud gaya bahasa yang digunakan dalam
opini-opini di surat kabar harian lombok Pos?
2. Bagaimanakah fungsi gaya bahasa yang digunakan dalam
opini-opini di surat kabar harian lombok Pos?
3. Bagaimanakah makna gaya bahasa yang digunakan dalam
opini-opini di surat kabar harian lombok Pos?
1.5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan wujud gaya bahasa yang
digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian lombok Pos.
2. Untuk mendeskripsikan fungsi gaya bahasa yang
digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian lombok Pos.
3. Untuk mendeskripsikan makna gaya bahasa yang
digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian lombok Pos.
1.6
Manfaat Penelitian
Setiap penelitian selalu memiliki
manfaat begitu juga dengan peneliti ini, adapun manfaatnya bagi masyarakat
adalah dapat mengurangi kesalahan dalam menulis terutama yang mengalami kesulitan
dalam berbahasa, terutama yang tidak mengenal tentang gaya bahasa berdasarka
struktur kalimat. Adapun manfaat bagi peneliti adalah dapat menjadi bekal dalam
melaksanakan tugasnya kelak sebagai pengajar khususnya dalam bidang kebahasaan (tentang
gaya bahasa).
1.7
Definisi Istilah
Ada beberapa istilah yang mempunyai arti
khusus yang digunakan dalam penelitian ini, istilah perlu ditegaskan supaya
tidak menimbulkan salah pengertian.
Istilah-istilah tersebut adalah:
1)
Analisis
Analisis
adalah penye lidikan
terhadap suatu peristiwa(karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab – musabab, duduk perkaranya, dsb).
2)
Gaya
bahasa
Gaya bahasa adalah cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
atau pemakai bahasa.
3)
Gaya
bahasa berdasarkan struktur kalimat
Sebuah unsur kalimat yang
dipentingkan dalam kalimat tersebut.
4)
Opini
Suatu pernyataan mengenai sesuatu
yang sifatnya bertentangan atau sebuah tulisan yang bersifat menjelaskan,
mengevaluasi atau mengklarifikasi sebuah persoalan.
5)
Wujud
Suatu
bentuk data yang mengandung gaya bahasa, dan dapat dianalisis sesuai dengan jenis dan maknanya.
6)
Fungsi
Kata
atau kalimat yang memiliki makna konotasi, dan bagaimana nuansa makna atau
keindahan kata atau kalimat tersebut.
7)
Makna
Bagian
yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa yang dituturkan,
atau suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas unsur-unsur
penting.
1.8
Penelitian Terdahulu
Penelitian
terdahulu bertujuan untuk mengetahui keaslian sebuah karya ilmiah. Pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari
awal, akan tetapii umumnya telah ada acuan yang mendasarinya. Hal ini bertujuan sebagai titik tolak untuk
mengadakan suatu penelitian. Oleh karena itu dirasakan perlu sekali meninjau
penelitian yang telah ada. Penelitian dengan judul Analisis Gaya Bahasa pada
Rubrik Opini dalam Surat Kabar Harian lombok Pos belum pernah dilakukan
oleh peneliti terdahulu. Akan tetapi jenis penelitian yang menganalisis karya sastra dengan
tinjauan diksi dan gaya bahasa sudah banyak dilakukan oleh peneliti yang
terdahulu, dengan demikian hasil penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan
sebagai tinjauan terhadap penelitian yang
sedang dilakukan ini.
Skripsi Ani Agustin dengan judul “Gaya
Bahasa dalam Rubrik Opini Lombok Pos Edisi November 2013”. Penelitian tersebut
berkesimpulan bahwa gaya bahasa langsung tidaknya makna lebih dominan
dipergunakan. Gaya bahasa persamaan dan gaya bahasa metonimia tersebut tampaknya
oleh penulis dimaksudkan untuk memperindah dan untuk lebih menekankan makna,
sedangkan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat relatif sedikit digunakan,
gaya bahasa tersebut untuk menjelaskan ide atau inti, dari subjek yang
dibicarakan.
Skripsi Anik Sujiati dengan judul
“Analisis Gaya Bahasa dalam Cerpen-Cerpen Lombok Pos Sebagai Alternatif Bahan
Ajar Apresiasi Sastra di SMA”. Penelitian ini membahas tentang gaya bahasa
berdasarkan struktur kalimat yang terdiri atas klimaks, antiklimaks, antitesis,
dan repetisi, sedangkan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
meliputi gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan, yang terdiri dari simile,
metafora, personifikasi, sarkasme, dan inuendo. Dari kedua gaya bahasa
tersebut, gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna lebih dominan
digunakan, sedangkan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat relatif sedikit
digunakan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Gaya Bahasa
Gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa,
tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Keraf (2013:113) mengungkapkan bahwa
gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yaitu kejujuran,
kesopanan, dan kemenarikan. Gaya bahasa adalah kemampuan dari seorang pemakaian
bahasa dalam mempergunakan ragam bahasa tertentu untuk menimbulkan efek
keindahan tertentu yang dimunculkan secara kreatif oleh seorang penulis atau
pemakai bahasa.
Setiap pengarang mempunyai gaya tersendiri dalam menggunakan gaya
bahasanya dalam karya sastra. Untuk mengetahui seberapa jauh nilai-nilai sastra
itu perlu mengetahui gaya bahasa. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang
digunakan untuk meningkatkan efek estetik dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hala lain yang
lebih umum (Tarigan, 1987:5).
Menurut Aminuddin gaya bahasa mengandung pengertian cara seorang
pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah
dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh
daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 2013:72). Jadi dalam kesustraan
antara istilah gaya dan bahasa tidak dapat dipisahkan, sehingga sering sekali
istilah gaya dimaksudkan sebagai penggunaan bahasa dalam karya sastra.
Gaya bahasa adalah alat tertentu yang digunakan untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaan pengarang sehingga penikmat atau pembaca dapat tertarik
atau terpakau setelah membaca karya sastra (Sugiarti, 2013:78). Dari hal
tersebut dapat diketahui, bahwa wujud gaya adalah bahasa berdasarkan struktur
kalimat. Oleh karena itu, dalam memberikan batasan “gaya” pun sering terjadi
dua pengertian. Yang pertama bahasa dipandang sebagai segi “bentuk” sedangkan
disisi lain bahasa dipandang sebagai isi. Dengan demikian dalam memberikan
batasan konsep gaya, ada yang cenderung memilih alat dari pada bahan atau
disisi lain cenderung memilih pengungkapan dari pada isi.
Dari pernyataan gaya bahasa yang dipaparkan oleh beberapa ahli tidak
tampak adanya perbedaan yang mendasar, bahkan pendapat itu dapat semakin
memperjelas konsep dari gaya bahasa itu. Maka dapat disimpulkan pengertian gaya
bahasa adalah cara pengarang mendayagunakan sumber-sumber kebahasaan yang
dipilih dan diatur untuk mengekspresikan ide, gagasan, dan pengalaman
pengarang.
2.2
Jenis-jenis Gaya Bahasa
Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandangan. Oleh
sebab itu sulit diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat
menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak.
Ada dua aliran mengenai gaya yang terkenal (1) aliran politik:
menganggap style sebagai kualitas
suatu ungkapan; menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak memiliki style/gaya, (2) Aliran Aistoteles: menganggap bahwa gaya adalah
suatu kualitas yang inheren, yang ada dalam tiap ungkapan (Keraf,1990:112).
Pandangan atau pendapat tentang gaya bahasa sejauh ini sekurang-kurangnya dapat
dibedakan, pertama dapat dilihat dari segi non bahasa, dan kedua dilihat dari
segi bahasanya sendiri (Keraf, 1990:115).
Dari segi nonbahasa gaya dibagi atas tujuh pokok, berdasarkan (1) pengarang:
penulis dalam sebuah karangan, (2) masa: kurun waktu, (3) medium: alat
komunikasi, (4) subjek, (5) tempat: lokasi atau geografis, (6) hadirin, (7)
tujuan: dimana pengarang ingin mencurahkan gejala emotifnya (Keraf, 1990:116).
Dari segi bahasa, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan unsur bahasa
yang dipergunakan, yaitu berdasarkan (a) pilihan kata yaitu, bahasa resmi dan
tidak resmi dan percakapan, (b) nada dikenal dengan adanya gaya sederhana, (c)
struktur kalimat, bersifat mundur, periodik dan seimbang, (d) langsung tidaknya
makna, dikenal dengan adanya kalimat polos dan kalimat yang memiliki gaya
(retoris dan kiasan). Jenis-jenis gaya bahasa sebagai berikut:
2.2.1 Gaya
Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan
gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat adalah tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat
tersersebut (Keraf, 2013:124). Ada kalimat yang bersifat periodik, bila bagian
yang terpenting atau gagsan yang mendapat penekanan ditempatkan pada akhir
kalimat. Ada kalimat yang bersifat kendur,
yaitu bila bagian kalimat yang mendapat penekanan ditempatkan pada awal
kalimat. Bagian-bagian yang kurang penting atau semakin kurang penting
dideretkan sesudah bagian yang dipentingkan tadi. Dan jenis yang ketiga adalah
kalimat berimbang, yaitu kalimat yang
mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau
sederajat.
Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat sebagai yang dikemukakan di
atas, maka dapat diperoleh gaya-gaya bahasa sebagai berikut:
1.
Klimaks
Gaya bahasa
klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam
gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin
meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.
Contoh:
1)
Kami mendoakan agar pada suatu waktu – kapan saja
waktunya – mereka dapat berdiri sendiri, bukan supaya mereka tidak bisa tunduk
dibawah pengaruh kita, mengabdi dan berbakti kepada kita tetapi karena justru inilah
keadilan sosial yang selama ini kita perjuangkan.
2)
Dalam dunia perguruan tinggi yang dicengkam rasa
takut dan rasa rendah diri, tidak dapat diharapkan pembaharuan, kebanggaan akan
hasil-hasil pemikiran yang obyektif atau keberanian untuk mengungkapkan
pendapat secera bebas.
3)
Di samping itu, sastrawan mempunyai waktu yang
cukup panjang untuk memilih, merenungkan bahkan menciptakan cara-cara baru dan
bentuk-bentuk tertentu dalam penyampaian maksudnya, mereka juga mempunyai
kebebasan yang luas untuk menyimpang dari tulisan biasa.
4)
Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran
pengalaman, dan pengalaman harapan.
Klimaks disebut juga gradasi.
Istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang sebenarnya merujuk kepada tingkat
atau gagasan tertinggi. Bila klimaks itu terbentuk dari beberapa gagasan yang
berturut-turut semakin tinggi kepentingannya, maka ia disebut anabasis.
2.
Antiklimaks
Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur
mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang
gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan
yang kurang penting. Antiklimaks sering kurang efektif karena gagasan yang
penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak
lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu.
Contoh:
1)
Kita hanya dapat merasakan betapa besarnya
perubahan dari bahasa melayu ke bahasa Indonesia, apabila kita mengikuti
pertukaran pikiran, polemik, dan pertentangan yang berlaku sekitar bahasa
Indonesia dalam empat puluh tahun ini antara pihak guru sekolah lama dengan
angkatan penulis baru sekitar tahun tiga puluhan, antara pihak guru dengan
pihak kaum jurnalis yang masih terdengar gemanya dalam Kongres Bahasa Indonesia
dalam tahun 1954.
2)
Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang
kaya, pendiam dan tidak terkenal namanya (mengandung ironi).
3)
Pembangunan lima tahun telah dilancarkan serentak
di Ibu kota negara, ibu kota – ibu kota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan
semua desa di seluruh Indonesia.
Antiklimaks
sebagai dinyatakan dalam klimaks terakhir masih efektif karena hanya mencakup
soal tata tingkat. Tata tingkat ini bisa terjadi karena hubungan organisatoris,
hubungan usia atau besar kecilnya suatu barang. Tetapi bila yang dikemukakan
adalah persoalan atau gagasan yang abstrak, sebaiknya jangan mempergunakan gaya
antiklimaks.
Seperti
halnya dengan gaya klimaks, antiklimaks dapat dipakai sebagai suatu istilah
umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut. Dekrementum adalah antiklimaks yang berwujud menambah ide yang
kurang penting pada suatu ide yang penting seperti pada contoh pertama di atas.
Dan bila antiklimaks itu mengurutkan sejumlah ide yang sangat penting, maka ia
disebut katabasis seperti
diperlihatkan pada contoh kedua dan ketiga. Sebaliknya, bila dari suatu ide
yang sangat penting tiba-tiba menukik ke suatu ide yang sama sekali tidak
penting, maka antiklimaks itu disebut
batos. Misalnya: Engkaulah raja yang
maha kuasa di daerah ini, seorang hamba yang pengecut dari tuanmu yang pemurah.
3.
Paralelisme
Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha
mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki
fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Kesejajaran tersebut dapat
pula berbentuk anak kalimat yang bergantung pada sebuah induk kalimat yang
sama. Gaya ini lahir dari struktur kalimat yang berimbang.
Contoh:
1)
Tidak pernah dikemukakan, usahakan dirasakan:
Bahwa
bahasa itu lain daripada alat lain dalam pergaulan, mempunyai makna yang yak
kurang, bahkan yang barangkali lebih penting pula, oleh karena dalam bahasa itu
manusia dapat mencurahkan suka dan dukanya, cita dan hasyrat jiwanya,
Bahwa
bahasa itu terkandung arti yang tiada terkira-kira besarnya, oleh karena segala
perasaan manusia dapat, malahan harus terbayang di dalamya.
2)
Sangatlah ironis kedengaran bahwa ia menderita
kelaparan dalam sebuah daerah yang subur dan kaya, serta mati terbunuh dalam
sebuah negeri yang sudah ratusan tahun hidup dalam ketentraman dan kedamaian.
3)
Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi
juga harus diberantas. (Tidak baik: Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk,
tetapi kita harus memberantasnya.)
4)
Baik golongan yang tinggi maupun golongan yang
rendah, harus diadili kalau bersalah. (Tidak baik: Baik golongan yang
tinggi maupun mereka yang rendah kedudukannya, harus diadili kalau bersalah.)
Perlu
kiranya diingatkan bahwa bentuk paralelisme adalah sebuah bentuk yang baik
untuk menonjolkan kata atau kelompok kata yang sama fungsinya. Namun bila
terlalu banyak digunakan, maka kalimat-kalimat akan menjadi kaku dan mati.
4.
Antitesis
Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung
gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok
kata yang berkawanan. Gaya ini timbul dari kalimat berimbang.
Contoh:
1)
Mereka sudah kehilangan banyak dari kata
bendanya, tetapi mereka juga banyak memperoleh keuntungan daripadanya.
2)
Kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil, semuanya
mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa dan negara.
3)
Hingga kini kusimpan engkau mesra dalam lubuk
hatiku, tetapi mulai kini engkau kuenyahkan jauh-jauh bagai musuh yang kejam.
4)
Ia sering menolah, tapi sekalipun tak pernah
melukai hati.
Sebagai
tampak contoh-contoh diatas, gaya bahasa antitesis ini mempergunakan juga
unsur-unsur paralelisme dan keseimbangan kalimat.
5.
Repetisi
Dalam
repetisi (pengulangan), seluruh kata (atau bentuk lain) diulang. Pengulangan
ini bisa berupa satu kata saja, dapat berupa satu frasa, satu klausa, bahkan
satu kalimat. Kata yang sama ini mengandung makna dan acuan yang sama pula, ini
berarti bahwa keseluruhan komponen makna antara bentuk pertama dan
pengulangannya sama. Adakalanya pengulangan ini menunjukkan kuantitas,
kadang-kadang penegasan merupakan gagasan (intensitas), atau mungkin pula demi
keindahan.
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau
bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai. Dalam bagian ini, hanya akan dibicarakan repetisi yang berbentuk
kata atau frase atau klausa. Karena nilainya dianggap tinggi, maka dalam
oratori timbullah bermacam-macam variasi repetisi. Repetisis, seperti halnya
dengan paralelisme dan antitesis, lahir dari kalimat yang berimbang.
Contoh:
1)
Anggota-anggota masyarakat dalam lingkungan suatu
kebudayaan tahu akan adat-istiadat,
kabiasaan dan undang-undang, tahu
bagaimana ia mesti berkelakuan dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan, dan
ia tahu juga menafsirkan kelakuan
sesamanya dalam masyarakat dan kebudayaan itu, sehingga ia dapat mereaksi
terhadapnya dengan cara yang selayaknya.
2)
Atau maukah kau pergi bersama serangga-serangga tanah, pergi bersama kecoak-kecoak, pergi
bersama mereka yang menyusupi tanah, menyusupi
alam?
Karena
nilainya dalam oratori dianggap tinggi, maka para orator menciptakan
bermacam-macam repetisi yang pada prinsipnya didasarkan pada tempat kata yang
diulang dalam baris, klausa, atau kalimat. Yang penting diantaranya adalah:
1)
Epistofa: adalah repetisi yang berwujud perulangan kata
atau frasa pada akhir baris atau kalimat berurutan. Misalnya:
a) Bumi yang
kau diami, laut yang kau layari adalah puisi
Udara yang kau hirupi, air yang kau teguki adalah puisi
Kebun yang kau tanami, bukit yang kau gunduli adalah puisi
Gubuk yang kau ratapi, gedung yang kau tinggali adalah puisi
2)
Simploke (symploche): simploke adalah repetisi pada awal atau akhir
beberapa baris atau kalimat berturut-turut. Misalnya:
a) Kamu bilang
hidup ini brengsek. Aku bilang biarin
Kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku ini nggak punya kepribadian. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku nggak punya pengertian. Aku bilang biarin
3)
Mesodiplosis: adalah repetisi di tengah baris-baris atau beberapa
kalimat berurutan. Misalnya:
a) Pegawai
kecil jangan mencuri kertas karbon.
Babu-babu jangan mencuri tulang-tulang ayam goreng.
Para pembesar jangan mencuri bensin.
Para gadis jangan mencuri perawannya sendiri.
4)
Epanalepsis: pengulangan yang berwujud kata terakhir dari
baris, klausa atau kalimat, mengulang kata pertama. Misalnya:
a) Kita
gunakan pikiran dan perasaan kita.
b) Kami cintai
perdamaian karena Tuhan kami.
c) Berceriteralah
padaku, ya malam, berceriteralah.
d)
Kuberikan setulusnya, apa yang harus kuberikan.
5)
Anadiplosis: kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau
kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa atau kalimat berikutnya.
Misalnya:
a) Dalam laut
ada tiram, dalam tiram ada mutiara
Dalam mutiara: ah tak ada apa
Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati
Dalam hati: ah tak apa jua yang ada
Dalam syair ada kata, dalam kata ada makna
Dalam makna: mudah-mudahan ada kau!
Istilah anadiplosis sering dipakai secara timbal
balik dengan istilah epanadiplosis
dan epanastrofa.
2.3
Fungsi Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam karya sastra mengandung pengertian cara seorang
pengarang dalam menyampaikan gagasan dengan menggunakan media bahasa yang indah
dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh
daya intelektual dan emosi pembacanya (Sugiarti, 2013:76).
Berbicara tentang masalah gaya, tidak lepas dari (1) masalah media
berupa kata dan kalimat, (2) masalah hubungan gaya tersendiri, baik dengan
kandungan makna dan suasana maupun keindahannya, serta (3) seluk beluk ekspresi
pengarangnya sendiri yang akan berhubungan erat dengan masalah individu kepengarangan
maupun konteks sosial masyarakat yang melatar belakangi (Aminuddin, 2013:72).
Penumbuhan sikap serius dalam membaca cipta sastra itu terjadi karena
sastra bagaimanapun lahir dari daya kontemplasi batin pengarang sehingga untuk
memahaminya juga membutuhkan pemilihan daya kontemplasi pembacanya. Opini
merupakan Pendapat umum mengenai peristiwa yang dianggap bom-bastis dan menjadi
pembicaraan umum. Dalam merumuskan fungsi gaya bahasa kita dapat lihat apakah
kata atau kalimat memiliki makna konotasi, dan bagaimana nuansa makna maupun
keindahan yang dihasilkan kata atau kalimat tersebut. Berangkat dari hal
tersebut, maka fungsi gaya bahasa adalah untuk meyakinkan atau mempengaruhi
penyimak dan pembaca (Tarigan, 1987:5).
Makna dalam bahasa dibedakan menjadi dua yaitu makna kognitif dan
makna nonkognitif. Makna kognitif terdapat pada wacana-wacana ilmiah. Sifat
dari karangan ilmiah setiap kalimat harus mengandung fungsi informasi yang
berarti kalimat tersebut memberi informasi pada pembaca. Adapun
macam-macam fungsi
tersebut, meliputi (1)
fungsi informasi (2) fungsi untuk menjelaskan, (3) fungsi untuk menghidupkan objek mati, (4) fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk
hiasan, dan (5) fungsi untuk penekanan atau memperkuat.
2.4
Makna dalam Gaya Bahasa
Gaya bahasa memang banyak dan biasanya dibicarakan di dalam bidang
sastra. Sebenarnya bukan masalah gaya bahasa yang dipentingkan, tetapi makna
kata atau kalimat yang menggunakan gaya bahasa tersebut yang perlu dibicarakan.
Makna gaya bahasa merupakan maksud pembicara; pengaruh suatu bahasa
dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia maupun kelompok manusia; makna
berarti hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan
alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkan
(Kridalaksana, 2013:132).
Makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk
makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam
bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistik. Ada tiga hal yang
dijelaskan oleh filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah
makna. Ketiga hal tersebut yakni, (i) menjelaskan makna kata secara ilmiah,
(ii) mendeskripsikan kalimat secara ilmiah, dan (iii) menjelaskan makna dalam
proses komunikasi, Kempson (dalam Pateda, 2013:79).
Secara leksikologis yang dimaksud dengan gaya bahasa yaitu, (i)
pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis,
(ii) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, (iii)
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra, (iv) cara khas dalam
menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan (Depdikbud
dalam Pateda, 2013:233).
Terdapat beberapa makna mengenai jenis makna menurut Palmer (dalam
Pateda, 2013:96) yaitu makna ideasional, makna denotasi, dan makna proposisi,
sedangkan menurut Shipley (dalam Pateda, 2013:96) berpendapat bahwa makna
mempunyai jenis makna emotif, makna kognitif, makna deskriptif, makna
referensial, makna piktorial, makna kamus, makna samping, dan makna inti.
Makna afektif menurut (Pateda, 2013:97) merupakan makna yang muncul
akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat.
Oleh karena makna afektif berhubungan dengan reaksi pendengar atau pembaca
dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula
dengan gaya bahasa. Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang
didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud diluar bahasa
yang diterapsi satuan bahasa itu apa adanya, sifatnya objektif.
Makna ideasional adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang
memiliki konsep. Dalam hubungannya dengan makna ideasional kata, ada baiknya
dibedakan antara konsep kata dan makna ideasional kata. Konsep kata merupakan
makna inti, sedangkan makna ideasional merupakan konsekuensi atau hal
diharapkan yang berlaku di dalam sebuah kata. Makna konotatif muncul sebagai
akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata
yang dibaca. Zgusta (dalam Pateda, 2013:112) berpendapat makna konotatif adalah
makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya
berfungsi menandai.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Strategi umum
yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab
persoalan yang dihadapi (Furchar, 1982:50). Mengenai hal tersebut, ahli lain
menyebutkan bahwa metode itu menyangkut masalah cara kerja; yaitu cara kerja
untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan
(Koentjaraningrat, 1989:7).
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pemilihan
metode ini berdasarkan pertimbangan untuk membuat penggambaran keadaan secara
objektif dari objek yang diteliti. Menurut bodgan dan Taylor (dalam moleong, 2013:3),
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar
bukan dalam bentuk angka-angka. Penelitian
ini yang dideskripsikan adalah gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang meliputi klimaks, antiklimaks,
paralelisme, antitesis, dan repetisi.
3.2
Data dan Sumber Data
Segala fakta dan
angka yang didapat dan dijadikan bahan untuk menyusun informasi (Arikunto, 1992:91).
Berkaitan dengan hal itu, data adalah hal-hal yang diketahui atau diakui; fakta,
informasi (Djojosubroto, 2004; 17). Ahli lain berpendapat bahwa sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lofland dalam Moleong, 2013:112).
Data dalam
penelitian ini yaitu gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang terdapat
dalam opini. Sumber data dari media koran Lombok Pos edisi November sebanyak
dua puluh lima opini yang terbit setiap hari, jadi penelitian dapat
mengumpulkan opini dari tanggal 2 Noveber sampai 29 November, jadi jumlah
keseluruhan opini yang terkumpul adalah dua puluh lima opini. Data penelitian
ini diambil dari koran harian jawa Lombok edisi Februari, tentang gaya bahasa berdasarkan
struktur kalimat di opini-opini Lombok pos. Adapun untuk memudahkan analisi
penelitian memanfaatkan tabel berikut ini.
Table 1
Sumber
Data
No
|
Judul
Opini
|
Kode
Data
|
1
|
2
|
3
|
|
|
|
|
|
|
3.3
Teknik Penelitian
Sesuai dengan
metode yang telah ditentukan maka digunakan sebuah teknik penelitian. Metode
penelitian adalah suatu cara atau strategi yang digunakan untuk mencapai hasil
yang diharapkan. Teknik dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
gambaran (deskripsi) tentang gaya bahasa dalam opini Lombok Pos edisi November.
Adapun teknik
dalam penelitian ini meliputi:
1)
Teknik pengumpulan data
2)
Teknik pengolahan data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi.
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dari sumber nonmanusia. Sumber
tersebut terdiri atas dokumen (Syamsuddin, 2013:108). Adapun sumber data yang
didokumentasikan dalam penelitian ini yaitu berupa teks opini-opini yang ada
pada koran Lombok Pos.. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengambil
data dari media harian koran Lombok Pos. Adapun langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut:
1)
Mengumpulkan
opini-opini Lombok Pos edisi bulan November (2 November – 29 November).
2)
Membaca opini. Dalam
rangka mengidentifikasi gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat.
3)
Mengklasifikasikan data
sesuai dengan rumusan masalah dalam tabel;
3.3.2 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara teknik analisis. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini mencakup langkah berikut ini.
1)
Pengkodean data yang
telah dikumpulakn dengan mengkodenya semacam, JO (Judul Opini), JGB (Jenis Gaya
Bahasa), P (Nomor Paragraf), K (Kalimat). Menganalisis data tersebut dari
bentuk gaya bahasa.
2)
Mengidentifikasi
jenis-jenis gaya bahasa yang diteliti melalui tabulasi sesuai dengan kategori.
3)
Mendeskripsikan dan
menginterpretasikan data untuk mendapatkan rumusan hasil yang sesuai dengan
tujuan penelitian. Adapun untuk memudahkan analisis penelitian memanfaatkan
tabel berikut ini.
Tabel
2
Tabel Pengolahan Data
No
|
Data
|
Kode
|
Gaya Bahasa
|
Deskripsi
|
Interpretasi
|
||
Wujud
|
Fungsi
|
Makna
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.4
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian
pada dasarnya merupakan langkah-langkah/ tahap-tahap penelitian yang terencana
dan sistematis mulai dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian ini
secara prosedural meliputi tiga tahap kegiatan yaitu (1) persiapan (2) tahap
pelaksanaan (3) tahap penyelesaian.
3.4.1 Tahap Persiapan
Kegiatan yang
dilakukan pada tahap persiapan meliputi (1) masalah dan judul penelitian, (2)
konsultasi masalah dan judul penelitian, (3) mencari acuan-acuan yang menunjang
dengan judul penelitian dan (4) penyusunan rancangan penelitian.
3.4.2 Tahap Pelaksanaan
Kagiatan yang
digunakan peneliti pada tahap pelaksanaan meliputi:
1)
Menentukan dan menyusun
data berdasarkan aspek yang diteliti
2)
Mengumpulkan data dan
menyeleksi data
3)
Menganalisis data
4)
Menentukan hasil
penelitian, dan
5)
Menarik kesimpulan
3.4.3 Tahap Penyelesaian
Kegiatan yang
dilakukan peneliti pada tahap penyelesaian adalah berbentuk laporan baik
mengenai (1) penyusunan atau penulisan konsep laporan, (2) konsultasi dan
merevisi konsep laporan, (3) menetapkan konsep laporan, dan (4) menggandakan
hasil laporan.
BAB
IV
HASIL
ANALISIS
4.1
Pengantar
Pada bab IV akan
diuraikan analisis data gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat pada kolom
opini surat kabar harian Jawa Pos edisi Februari 2012. Analisis merupakan
bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah, data
tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah
penelitian. Analisis data adalah proses pengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar Patton
(dalam Moleong, 2010:103).
Penelitian
dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisis pada penyimpulan
deduktif terhadap dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Secara umum,
analisis data dalam penelitian kualitatif bergerak secara induktif, yaitu dari
data/fakta menuju ketingkat abstraksi yang lebih tinggi, termasuk juga melakukan
sintesis dan mengembangkan. Untuk itu, dalam bab ini membahas masalah
penelitian mengenai gaya bahasa dalam opini-opini Jawa Pos edisi 2 Februari –
29 Februari.
4.2 Wujud Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Struktur sebuah
kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Struktur
kalimat yang dimaksud adalah tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan
dalam kalimat tersebut. dalam rubrik opini ditemukan 5 penggunaan gaya bahasa
berdasarkan struktur kalimat, yaitu 1) klimaks yaitu gaya bahasa yang
mengandung urutan-urutan yang semakin meningkat kepentingannya dari gagasan
sebelumnya, 2) antiklimaks yaitu gaya bahasa yang gagasannya diurutkan dari
yang terpenting berturut-turut kegagasan yang kurang penting, 3) paralelisme
yaitu gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata
atau frasa-frasa dalam bentuk gramatikal yang sama, 4) antitesis yaitu gaya
bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dan 5) repetisi yaitu
perulangan bunyi, suku kata, frase, atau klausa. Penggunaan kelima gaya bahasa
di atas akan disajikan sebagai berikut:
4.2.1 Klimaks
Klimaks adalah
gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin
meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Istilah umum yang
sebenarnya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi, bila klimaks itu
terbentuk dari beberapa gagasan yang berurut-urut semakin tinggi
kepentingannya.
Berdasarkan
uraian di atas, maka data dalam opini-opini Jawa Pos edisi Februari yang
diperoleh peneliti antara lain:
Politik Akuisasi Partai
Terlepas dari kontroversi etik dan tidaknya
lagkah politik Nasrep, fakta hukum dan landasan yuridis memungkinkan hal itu
terjadi dan sah. Toh perjuangan Nasrep untuk menjadi porpol peserta pemilu
masih cukup panjang. Nasrep harus
memenuhi ketentuan-ketentuan yang cukup berat dalam RUU perubahan UU
pemilu(O1/P12/KLMS).
Data (O1/P12/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur
kalimatnya mengalami peningkatan mulai dari awal sampai akhir kalimat. Gaya
bahasa klimaks yang ditemukan dalam kalimat tersebut ditunjukkan bahwa pada
hukum dan landasan yuridis yang mendorong Nasrep harus menjadi porpol pemilu
dan memenuhi ketentuan-ketentuan Undang-Undang. Gagasan yang semakin meningkat
kepentingannya adalah kalimat ketiga dari kutipan tersebut.
Problem Etik Media Siber
Kemajuan
teknologi informasi memang memberikan kemudahan bagi jurnalis untuk mengejar
informasi, mengembangkan liputan, dan mentransmisikan pesan. Namun, kemajuan teknologi itu tidak mengubah hukum besi dalam
jurnalisme: disiplin vertikal dan kewajiban konfirmasi (O3/P9/KLMS).
Data (O3/P9/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur
kalimatnya mengalami peningkatan mulai awal sampai akhir kalimat. Hal tersebut
ditunjukkan pada kata-katanya yang mempunyai maksud kemajuan teknologi
informasi bagi jurnalis untuk mengembangkan kemampuannya dalam mencari informasi.
Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah
kalimat ke dua.
Ironi Bisnis Transportasi
Apa pun
alasannya, kecelakaan dalam bisnis transportasi merupakan tanggung jawab
pemerintah. Sebagai pengawas, pengatur,
dan penyedia sarana infastruktur transportasi selaku penyedia jasa yang aman
dan nyaman (O7/P3/KLMS).
Data (O7/P3/KLMS) termasuk gaya bahasa klimkas, sebab struktur
kalimatnya mengalami peningkatan mulai dari awal sampai akhir kalimat. Seperti
pada data tersebut bahwa kecelakaan dalam bisnis transportasi merupakan
tanggung jawab pemerintah sebagai peneyedia jasa yang aman. Gagasan yang
semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah pengawas,
pengatur, dan penyedia jasa yang aman dan nyaman.
Kompetensi Wartawan Bukan Momok
Meskipun
Dewan Pers telah belasan kali melakukan sosialisasi SKW/UKW. Tetap saja pada
hari pelaksanaan UKW itu sendiri rasa
takut, gamang, dan ngeri umumnya tetap menyelimuti para peserta UKW
(O8/P11/KLMS).
Data (O8/P11/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, karena struktur
kalimatnya mengalami peningkatan dari gagasan sebelumnya. Hal tersebut
ditunjukkan pada kalimat peserta Dewan Pers yang diasaat pelaksanaan UKW merasa
gelisah. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di
atas adalah rasa takut, gamang, dan ngeri, umumnya tetap menyelimuti para
peserta UKW.
Red Alert Pembatasan BBM
Pertumbuhan
ekonomi Jatim 2011 (7,2 persen) merupakan capaian yang sangat bagus (diatas
pertumbuhan ekonomi nasional yang 6,5 persen). Tentunya menjadi catatan penting betapa pentingnya dampak kebijakan
soal BBM itu terhadap perekonomian daerah (O11/P6KLMS).
Data (O11/P6KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur
kalimatnya mengalami peningkatan dari gagasan-gagasan sebelumnya. Hal tersebut
ditunjukkan pada gagasan yaitu pada kalimat peningkatan pertumbuhan ekonomi
nasional yang semakin meningkat. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya
pada kutipan data di atas adalah tentunya menjadi catatan penting betapa pentingnya
dampak kebijakan soal BBM itu terhadap perekonomian daerah.
Dasar Bubarkan Ormas Anarkistis
Dari segi
kebangsaan, cara-cara anarkistis yang kerap dilakukan ormas keagamaan (termasuk
FPI) dalam menghadapi kesalahan tertentu merupakan ancaman serius bagi
kerukunan. Terutama dalam menghadapi
perbedaan yang bersifat keyakinan dan keagamaan (O13/P3/KLMS).
Data (O13/P3/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur
kalimatnya mengalami peningkatan dari gagasan-gagasan sebelumnya. Hal tersebut ditunjukkan
pada kalimat yang menyatakan pembubaran ormas anarkis. Gagasan yang semakin
meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat terutama
dalam menghadapi perbedaan yang bersifat keyakinan dan keagamaan.
Mencegah Pelapukan Ekonomi
Pemerintah
melalui BI harus mengintervensi sektor perbankan, agar menurunkan tingkat suku bunga, membatasi margin
keuntungan perbankan berdasar kelompok bisnis, dan memudahkan akses permodalan
bagi para petani (O15/P12/KLMS).
Data (O15/P12/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur
kalimatnya mengalami peningkatan mulai dari awal sampai akhir. Hal tersebut
ditunjukkan pada faktor pemerintahan yang harus ditegaskan dalam hal intervensi
sektor perbankan dari kalangan atas sampai kalangan menengah ke bawah. Gagasan
yang semakin meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat tingkat
suku bunga, membatasi margin keuntungan perbankan berdasar kelompok bisnis.
Mencegah Pelapukan Ekonomi
Mempercepat
pembangunan KTI demi memperkuat integrasi bangsa. Pembangunan
sarana-prasarana infrastruktur, peningkatan kualitas SDM, dan penciptaan
suasana yang aman kondusif merupakan tiga pilar utama yang harus diwujudkan
demi menarik investor untuk menanamkan modalnya di KTI (O15/P14/KLMS).
Data (O15/P14/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur
kalimatnya mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan pada kalimat yang
menyatakan ketegasan dalam pembangunan masyarakat yakni dengan mewujudkan
investor untuk menanamkan modalnya di KTI. Gagasan yang semakin meningkat
kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat memperkuat integrasi
bangsa. Pembangunan sarana-prasarana infrastruktur, peningkatan kualitas SDM,
dan penciptaan suasana yang aman kondusif.
Advokat dan Keprihatinan Hukum
Advokat,
penegak hukum yang tak dibayar Negara, memang berhak atas imbalan dari klien. Tidak sekedar mempunyai keterampilan hukum
secara semata, advokat juga dihadapkan pada problematika tentang keberpihakan
(O16/P6/KLMS).
Data (O16/P6/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur
kalimatnya mengalami peningkatan mulai dari awal sampai akhir. Seperti pada
data tersebut bahwa tetap juga harus berani mengungkap kebenaran meski kadang
kejujuran klien dipertaruhkan. Gagasan yang semakin meningkat kepentingannya
pada kutipan data di atas adalah kalimat ke dua dari data.
Galau Presiden Jerman di Jakarta
Jerman
dianggap sebagai negara yang sangat menghidupkan
dunia memengaruhi keadaan perekonomian dan bursa saham dunia (O17/P11/KLMS).
Data (O17/P11/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur
kalimatnya mengalami peningkatan gagasan dari awal sampai akhir. Hal tersebut
dapat ditunjukkan pada kalimat yang menyatakan suatu peningkatan yang berpihak dalam
berbagai bidang pada salah satu Negara maju. Gagasan yang semakin meningkat
kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat menghidupkan dunia
memengaruhi keadaan perekonomian dan bursa saham dunia.
Menegur Sinetron Kita
Sinetron,
sebagai bagian dari produk budaya popular, seperti dikatakan gamble, akan
mendominasi pengertian penontonnya tentang
realitas dan cara penonton mendefinisikan diri mereka sendiri dan dunia
sekitarnya (O21/P10/KLMS).
Data (O21/P10/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur
kalimatnya mengalami peningkatan mulai awal sampai akhir kalimat. Hal tersebut
dapat ditunjukkan bahwa kata-katanya yang mempunyai maksud sinetron yang
merupakan produk budaya popular sangat miris bila ditayangkan sinetron dengan
yang berbau negatif, karena dapat merusak moral anak. Gagasan yang semakin
meningkat kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat tentang
realitas dan cara penonton mendefinisikan diri mereka sendiri dan dunia
sekitarnya.
Mendidik Melalui Berita Kecelakaan
Dampak
kecelakaan yang sangat mengerikan berupa kerugian materi dan nyawa bisa menjadi shok therapy. Bahwa kecerobohan, ugal-ugalan, dan tidak taat aturan sangat
mencelakakan (O24/P6/KLMS).
Data (O24/P6/KLMS) termasuk gaya bahasa klimaks, sebab struktur
kalimatnya mengalami peningkatan mulai dari awal sampai akhir kalimat. Hal
tersebut dapat ditunjukkan bahwa suatu dampak kecelakaan dapat merugikan dari
banyak sisi karena tidak mentaati peraturan. Gagasan yang semakin meningkat
kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kalimat bisa bahwa kecerobohan,
ugal-ugalan, dan tidak taat aturan sangat mencelakakan.
Menegur Sinetron Kita
Sangat
memiriskan bila tindak kriminalitas seperti pemerkosaan,
pembunuhan, dan “tren” hamil diluar nikah menjadi hal yang berkembang dari
tidak biasa dan normal, menjadi hal yang biasa dan lumrah bagi masyarakat
(O21/P10/KLMS).
Data (O21/P10/KLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur
kalimatnya meningkat. Maksud dari data tersebut yaitu suatu tindak
kriminalisasi yang sangat memiriskan yang berkembang saat ini, kebanyakan
masyarakat menilai hal terebut sangat wajar. Gagasan yang semakin menurun
kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kata pemerkosaan, pembunuhan,
dan “tren” hamil diluar nikah.
Berdasarkan
data yang diperoleh peneliti dalam rubrik opini harian Jawa Pos edisi Februari
di atas dan setelah peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah
diperoleh, peneliti dapat menyimpulkan bahwa data di atas menunjukkan adanya
wujud gaya bahasa klimaks, karena dalam data tersebut terjadi peningkatan
gagasan dalam topik yang dibicarakan atau dibahas.
4.2.2 Antiklimaks
Antiklimaks adalah gaya bahasa yang merupakan
suatu acuan yang gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut
kegagasan yang kurang penting, antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang
berstruktur mengendur karena sering kurang efektif, karena gagasan yang penting
ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca tidak lagi memberi perhatian
pada bagian-bagian berikutnya.
Berdasarkan
uraian di atas, maka data dalam opini-opini Jawa Pos edisi Februari adalah:
Perihal Standar Kompetensi Wartawan
Ketua Dewan Pers Bagir Manan menyatakan,
kompetensi wartawan merupakan sebuah kehormatan bagi wartawan dalam menjalankan
tugasnya yang dilandasi prinsip-prinsip
hukum, demokrasi, kemanusiaan, disiplin keilmuan, dan kode etik
(O2/P3/AKLMS).
Data (O2/P3/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur
kalimatnya merupakan gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting pada
gagasan yang kurang penting. Kalimat tersebut merupakan antiklimaks katabasis
yaitu kalimat tersebut mengurutkan ide yang kurang penting pada suatu ide yang
penting. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada kutipan data di atas
adalah kalimat prinsip-prinsip hukum, demokrasi, kemanusiaan, disiplin
keilmuan, dan kode etik.
Problem Etik Media Siber
Elitism
pemilihan sumber berita bersisian dengan elitisme pemilihan objek berita.
Sebagai contoh, jika media memberitakan
masalah korupsi, hampir selalu korupsi dengan jumlah uang yang besar,
melibatkan nama-nama besar, dan terjadi di pusat-pusat kekuasaan. Korupsi
yang sehari-hari dihadapi rakyat kecil dalam pengurusan KTP, SIM, izin usaha, akta kelahiran, dan lain-lain selalu
terpinggirkan dalam diskursus media tentang korupsi(O3/P3/AKLMS).
Data (O3/P3/AKLMS) Termasuk gaya bahasa antiklimaks,
sebab struktur kalimatnya merupakan gaya bahasa antiklimaks yang berwujud
menambahkan ide yang kurang penting pada suatu ide yang penting. Seperti pada
kalimatnya yang memberikan gagasan yakni media akan memebritakan masalah
korupsi dengan melibatkan uang yang besar dan nama serta kekuasaan yang paling
besar atau paling tinggi. Ada pula gaya bahasa antiklimaks yang mengurutkan
sejumlah ide yang semakin kurang penting yang disebut dengan katabasis yakni
terdapat pada kalimat kedua. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada
kutipan data di atas adalah kalimat ke dua dari data tersebut.
Turki, Inspirasi Arab Baru
Belakangan,
turki bahkan sibuk membangun zona perdagangan bebas (free trade zone) dengan Syariah, Lebanon, dan Jordania.
Perusahaan-perusahan Turki membangun bandara,
pusat perbelanjaan, dan gedung pencakar langit di kawasan, mulai Kairo
hingga Dubai (O6/P4/AKLMS).
Data (O6/P4/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur
kalimatnya mengendur. Maksud dari kalimat tersebut menunjukkan pada sebuah
Negara yang membangun zona perdagangan dengan Negara lain. Data di atas dapat
juga disebut antiklimaks katabasis karena kalimatnya mengurutkan sejumlah ide
yang semakin kurang penting. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada
kutipan data di atas adalah kalimat Syariah, Lebanon, dan Jordania.
Ironi Bisnis Transportasi
Bisnis
transportasi kita sudah terlalu sering mengalami kecelakaan, baik bus, kapal laut, kereta api, maupun
pesawat udara (O7/P2/ALKMS).
Data (O7/P2/ALKMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks katabasis, sebab
struktur kalimatnya mengurutkan dari gagasan-gagasan yang terpenting
berturut-turut ke gagsan yang kurang penting. Maksud dari kalimat tersebut
menunjukkan bahwa sebuah bisnis yang sering mengalami kecelakaan dalam hal
transportasi. Gagasan yang semakin menurun kepentingannya pada kutipan data di
atas adalah kata baik bus, kapal laut, kereta api, maupun pesawat udara.
Melawan Entropi Budaya
Ketika
gangguan dalam organisasi meningkat, misalnya karena birokrasi hierarki, kompetisi internal, ketidakjujuran, saling
menyalahkan, atau komunikasi tertutup, energi karyawan untuk melakukan
pekerjaan harus meningkat (O10/P8/AKLMS).
Data (O10/P8/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur
kalimatnya mengendur. Maksud dari kalimat tersebut menunjukkan bahwa besarnya
biaya dan energi karyawan yang dapat berkontribusi ke perusahaan akan
bergantung pada tinggi rendahnya peningkatan organisasi. Gagasan yang semakin
menurun kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kata kompetisi
internal, ketidakjujuran, saling menyalahkan, atau komunikasi tertutup.
Red Alert Pembatasan BBM
Di Jawa
Timur, konsumsi BBM cukup tinggi, bahkan merupakan salah satu lima propinsi
penyedot terbanyak kuota BBM nasional setelah DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Pengurangan penyediaan
BBM bersubsidi akan berpengaruh terhadap kenerja sektor utama perekonomian
jatim seperti sektor perdagangan, hotel,
dan restoran, industri, serta jasa (O11/P6/AKLMS).
Data (O11/P6/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur
kalimatnya mengendur yaitu gagasan-gagasan pada kalimat tersebut diurutkan dari
yang terpenting berturut-turut menuju gagasan yang kurang penting. Maksud dari
kalalimat tersebut ditunjukkan bahwa meningkatnya kuota BBM di Jawa Timur akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Gagasan yang semakin menurun
kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kata DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Perdagangan, hotel, dan
restoran, industri, serta jasa.
Mencegah Pelapukan Ekonomi
Kontribusi
pertanian dan industri pengolahan sebagai penyangga ekonomi menurun. Kontribusi
sektor pertanian, peternakan, kehutanan,
dan perikanan hanya berkontribusi 14,7 persen terhadap PDB, turun daripada
tahun lalu sebesar 15,3 persen (O15/P3/AKLMS).
Data (O15/P3/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur
kalimatnya mengendur. Maksud dari kalimat tersebut menunjukkan pada kontribusi
pertanian yang menurun sehingga masalah kemiskinan dan pengangguran sulit
diatasi. Kalimat tersebut gagasan-gagsannya diurutkan dari yang penting
berturut-turut kegagasan yang kurang penting. Gagasan yang semakin menurun
kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kata pertanian, peternakan,
kehutanan, dan perikanan.
Menegur Sinetron Kita
Kita juga
perlu menyorot karakter yang dibangun dalam cerita-cerita sinetron di
Indonesia. Sebagai orang awam, kita tentu dapat mengategorisasikan pemain, protagonis, antagonis, dan netral
(O21/P6/AKLMS).
Data (O21/P6/AKLMS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur
kalimatnya mengendur. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada kalimat tersebut
bahwa sebuah sinetron di Indonesia dapat diseleksi dengan baik dan sinetron
yang pantas ditayangkan di televisi, dengan pengkategorian pemain protagonis
dan antagonisnya. Kalimat tersebut gagasan-gagsannya diurutkan dari yang
penting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Gagasan yang semakin
menurun kepentingannya pada kutipan data di atas adalah kata protagonis,
antagonis, dan netral.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan kemudian dianalisis oleh
peneliti. Peneliti menyimpulkan bahwa data yang terdapat pada rubrik opini
dalam koran Jawa Pos edisi Februari 2012 dapat dikategorikan sebagai gaya
bahasa antiklimaks jika data tersebut mengalami pengenduran dalam hal gagasan
yang dibicarakan, yaitu pengenduran dari gagasan yang terpenting menuju gagasan
yang kurang penting. Dapat pula dikatakan bahwa gaya bahasa ini merupakan kebalikan
dari gaya bahasa klimaks dimana data mengalami peningkatan dari gagasan yang
kurang penting ke gagasan yang penting.
4.2.3 Paralelisme
Paralelisme adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran
dalam pemakaian kata-kata, atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama
dalam bentuk gramatikal yang sama. Berdasarkan uraian di atas, maka data dalam
opini-opini Jawa Pos edisi Februari adalah:
Problem Etik Media Siber
Bagi
Thomson, yang difasilitasi media massa modern sesungguhnya bukan kegiatan
komunikasi, melainkan sekedar
transmisi pesan satu arah dari kalangan elite kepada sejumlah besar orang yang
tidak memiliki akses atau privilege untuk menyampaikan respond yang terlibat
dalam perbincangan publik (O3/P1/PRLS).
Data (O3/P1/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur
kalimatnya merupakan gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam
pemakaian kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya. Hal tersebut ditunjukkan
bahwa pada kesejajaran antara yang bukan kegiatan komunikasi melainkan sekedar
transmisi. Gaya bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa
pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian kata-katanya.
Politics Is Never Fair
Koruptor tidak bisa membedakan antara berbagai alternatif, proses
normatif, dan proses penyimpangan demi mencapai kekayaan, kemuliaan, dan
kesenangan norma dianggap sebagai ketololan yang tak perlu diikuti
(O4/P8/PRLS).
Data (O4/P8/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab kalimat
tersebut merupakan kesejajaran dalam pemakaian kata. Seperti pada data tersebut
bahawa para koruptor tidak bisa membedakan antara berbagai alternatif dengan
penyimpangan proses. Bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut
berupa pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasanya,
kata yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian frasanya adalah antara.
Menghentikan Kriminalisasi Pers
Sejatinya
istilah delik pers (pers delict) itu bukan terminologi hukum, tetapi istilah sosial yang kemudian
digunakan untuk menyebut pelanggaran kinerja wartawan atau insan pers
(O9/P4/PRLS).
Data (O9/P4/PRLS) merupakan gaya bahasa paralelisme, sebab struktur
kalimatnya mengalami kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa
yang menduduki fungsi yang sama dalam gramatikal yang sama. Hal tersebut
ditunjukkan pada kata istilah delik pers bukan terminologi hukum melainkan
istilah sosial yang digunakan untuk menyebut pelanggaran kerja. Bahasa
paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang
menduduki kesejajaran dalam pemakaian kata-katanyaadalah tetapi.
Melawan Entropi Budaya
Yang
dimaksud budaya dalam hal ini bukanlah kesenian, tapi kumpulan karakter sebuah organisasi, lembaga, perusahaan, atau
bahkan bangsa. Apa yang dimaksud entropi? Dalam ilmu fisika diketahui bahwa
jumlah energi yang dihasilkan sebuah mesin adalah sama dengan jumlah energi
yang dimasukkan kedalamnya. Namun,
jika ada kerusakan komponen mesin, sebagaian energi akan digunakan untuk
mengatasi kerusakan tersebut. Energi itu dinamakan entropi (O10/P5/PRLS).
Data (O10/P5/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur
kalimatnya mengalami kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase
yang menduduki fungsi yang sama dalam gramatikal yang sama. Hal tersebut
ditunjukkan pada data yang merupakan kesejajaran kalimat pada gagasan utama
yaitu budaya bukanlah kesenian tetapi sebuah karakter. Sama halnya dengan
entropi yang merupakan jumlah energi yang dihasilkan sebuah mesin sama dengan
jumlah energi yang dimasukkan kedalamnya. bahasa paralelisme yang ditemukan
dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang menduduki kesejajaran dalam
pemakaian kata-katanya yaitu kata tapi dan namun.
Red Alert Pembatasan BBM
Dengan
demikian, kebijakan BBM serta kebijakan pencegahan dampaknya, merupakan “paket
kebijakan” yang harus didesain lebih awal. Koordinasi antarinstitusi, baik dilingkungan kementrian maupun lembaga
dipusat, serta kerjasama dengan daerah perlu terus diupayakan, mengingat
anggaran yang terbatas dan tuntutan masyarakat akan kesejahteraan yang tidak
bisa ditunda (O11/P11/PRLS).
Data (O11/P11/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur
kalimatnya berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-katanya. Hal
tersebut dapat ditunjukkan pada kalimat yang mengandung kesejajaran antara
kalimat pertama dengan kalimat berikutnya yaitu kebijakan BBM harus
ditingkatkan di seluruh masyarakat, baik di lembaga maupun daerah. Bahasa
paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang
menduduki kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasanya, kata tersebut yaitu baik
dilingkungan kementrian maupun lembaga dipusat.
Boros, Perselingkuhan “Ekselatif”
Besarnya uang saku, uang makan, dan uang
transport lokal itu bisa menjadi salah
satu pendorong sangat penafsunya wakil rakyat untuk berkunker-ria, walau rakyat tidak henti-hentinya mengkritik
dan memprotes mereka (O12/P9/PRLS).
Data (O12/P9/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur
kalimatnya merupakan kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang menduduki
fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Hal tersebut ditunjukkan
pada kesejajaran kata uang menduduki fungsi yang sama dengan kata berikutnya.
Bahasa paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata
yang menduduki kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasanya. Kata tersebut yaitu
besarnya uang saku, uang makan, dan uang transport lokal.
Gaji Naik, Kok Masih Pungli
Kebijakan
kenaikan itu berlaku secara umum, baik
untuk mereka yang mempunyai catatan prestasi kerja atau tidak. Yang rajin dan malas sama-sama naik (O18/P2/PRLS).
Data (O18/P2/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur
kalimatnya mempunyai kesejajaran dalam pemakaian kata-katanya yang menduduki
fungsi sama dalam gramatikalanya. Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa
kesejajaran kalimat yang mempunyai makna dalam hal kenaikan kebijakan. Bahasa
paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang
menduduki kesejajaran dalam pemakaian kata-katanya. Kata tersebut yaitu baik,
dan.
Misteri Rekaman CCTV
Dengan
kepribadian sedemikan rupa, publik dapat menilai bahwa pembunuhan terhadap
pengusaha di kamar hotel itu, baik dengan
tangan dia ataupun lewat tangan anak buahnya, merupakan buah watak si
gemblong yang sangat eksplosif (O20/P4/ATIS).
Data (O20/P4/ATIS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur
kalimatanya berusaha mencapai kesejajaran dalam dalam pemakaian kata-kata atau
frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
Dalam kalimat tersebut dinyatakan bahwa kalimat yang menyatakan pembunuhan yang
dilakukan oleh beberapa orang tersebut merupakan ide dari tersangka. Bahasa
paralelisme yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang
menduduki kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasanya. Frasa yang sejajar yaitu baik
dengan tangan dia ataupun lewat tangan anak buahnya.
Mendidik Melalui Berita Kecelakaan
Meskipun
membawa pesan yang tajam kepada khalayak media, sebagian besar koran mempunyai kebijakan
tidak memuat foto korban kecelakaan baik
yang luka-luka maupun yang meninggal
dunia berdarah-darah (O24/P7/PRLS).
Data (O24/P7/PRLS) termasuk gaya bahasa paralelisme, sebab struktur
kalimatnya berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata, atau
frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa kalimat tersebut berusaha mencapai
kesejajaran antara kecelakaan yang meninggal dunia atau terluka. bahasa paralelisme
yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa pemakaian kata yang menduduki
kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasanya. Pemakaian kata yang menduduki
kesejajaran yaitu kata baik dan maupun.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dianalisis oleh peneliti,
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa data yang terdapat dalam rubrik opini
dalam Koran Jawa Pos edisi Februari 2012 dapat dikategorikan ke dalam gaya
bahasa paralelisme jika data tersebut mengalami kesejajaran dalam pemakaian
kata-kata dan frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk
gramatikal yang sama. Dalam rubrik opini Koran Jawa Pos edisi Februari 2012 ini
data berupa gaya bahasa paralelisme yang banyak ditemukan oleh peneliti yaitu
data yang mengalami kesejajaran dalam pemakaian frasa-frasa yang menduduki
fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
4.2.4 Antitesis
Antitesis adalah
gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan
mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Berdasarkan uraian
tersebut, maka data dalam opini-opini dalam Jawa Pos edisi Februari adalah:
Yang Terhormat Pakde Karwo
Dibanding
pengelola pemerintahan, tentu dalam partai politik permasalahan jauh lebih kompleks
daripada berbagaia hal yang boleh jadi tidak ditemukan di dalam pemerintahan.
Lebih banyak jalan terjal atau berlubang dalam partai politik daripada jalan mulus di dalam
pemerintahan (O5/P6/ATIS).
Data (O5/P6/ATIS) merupakan gaya bahasa antitesis, sebab struktur
kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat
tersebut menyatakan bahwa di dalam pemerintahan lebih banyak hal-hal yang sulit
dilewati daripada hal-hal yang mudah dilewati. Gaya bahasa antitesis yang
ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang
mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata daripada.
Boros, Perselingkuhan “Ekselatif”
Kota
Surabaya yang APBD-nya mencapai Rp 5 Triliun mungkin tidak terlalu berat meski
harus menganggarkan Rp 45 miliar hanya untuk ngelencerno wakil rakyatnya. Tetapi
bagi daerah-daerah yang kekuatan APBD-nya baru berkisar 1 triliun, tentu terasa
tidak adil jika wakil rakyatnya harus dimanjakan dengan anggaran kunker yang
sedemikian besar (O12/P8/ATIS).
Data (O12/P8/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur
kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut
menyatakan bahwa pendapatan daerah yang lebih tinggi tidak seimbang dengan
pendapatan daerahnya yang lebih rendah pendapatanya. Gaya bahasa antitesis yang
ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang
mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Advokat dan Keprihatinan Hukum
Advokat tak
hidup di dunia hampa yang nonmateri. Tapi,
tetap relevan diingatkan bahwa keluhuran profesi itu akan terjaga kalau
kebenaran dan penegakan hukum lebih diutamakan (O16/6/ATIS).
Data (O16/6/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur kalimatnya
menunjukkan gagasan yang bertentangan. Dalam kalimat tersebut menyatakan bahwa
suatu jabatan akan luhur jika suatu kebenaran ditegakkan. Gaya bahasa antitesis
yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata
yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tapi.
Advokat dan Keprihatinan Hukum
Langit
mungkin masih lama akan runtuh. Tapi,
sangat mengkhianati kemuliaan profesi bila advokat tak berbuat ketika hukum
akan runtuh atau bahkan akan meruntuhkan hukum (O16/P12/ATIS).
Data (O16/P12/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur
kalimanya mengalami perulangan bunyi, suku kata dari bagian kalimat yang
dianggap penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata akan runtuh untuk memberi
tekanan yang lebih kuat. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat
tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam
kalimat tersebut yaitu kata tapi.
Galau Presiden Jerman di Jakarta
Pertanyaan
Wulff itu bukan semata dalam konteks pertanyaan perbandingan gerakan
demokratisasi di Mesir yang menggunakan facebook dan twitter untuk menggalang
massa. Tetapi, bisa jadi bentuk
kegelisahan akan nasibnya (O17/P3/ATIS).
Data (O17/P3/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab kalimatnya
menunjukkan gagasan yang bertentangan dengan menggunakan kelompok kata yang
berlawanan. Dalam kalimat tersebut menyatakan bahwa perbandingan antara demokrasi
suatu Negara dengan nasib akan pimpinannya. Gaya bahasa antitesis yang
ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang
mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Gaji Naik, Kok Masih Pungli
Karena itu,
berita kenaikan gaji pegawai disikapi beragam. Bagi pegawai, berita kenaikan
ini tentu satu hal positif. Tetapi,
belum tentu bagi masyarakat umum. Apalagi bagi buruh yang sering nasibnya
terabaikan (O18/P3/ATIS).
Data (O18/P3/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur
kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut
menyatakan bahwa perbedaan gaji pekerja antara pegawai dengan buruh yang
kenaikannya lebih dominan atau lebih menyikapi pada kenaikan gaji pegawai. Gaya
bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang
bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata
tetapi.
Gaji Naik, Kok Masih Pungli
Praktik itu
tidak saja terjadi di kantor kecamatan, tetapi
di banyak kantor lain (O18/P10/ATIS).
Data (O18/P10/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur
kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut
menyatakan suatu praktikan bisa jadi terjadi di luar kantor. Gaya bahasa
antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang
bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata
tetapi.
Orang Kampus, Menulislah
Penulis
memandang, Dirjen Dikti jelas memiliki niat yang luhur, sementara para
pengkritik juga tidak berniat buruk. Tetapi,
alangkah membanggakan kalau SE Dirjen Dikti itu dapat mendorong karya akademik
lebih berkualitas hingga menembus level lebih tinggi (O19/P3/ATIS).
Data (O19/P3/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur
kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut
menyatakan bahwa perbedaan pada data tersebut dinyatakan bahwa antara Dirjen
Dikti dengan para pengkritik yang menyangkal adanya edaran yang isinya pada intinya
karya mahasiswa harus dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Gaya bahasa antitesis
yang ditemukan dalam kalimat tersebut yaitu gagasan yang bertentangan.. Kata
yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Menegur Sinetron Kita
Jelas,
sudah sinetron Indonesia harus bersih-bersih dan berbenah. Sinetron mestinya
harus bisa membangun karakter bangsa, tak sekadar mesin pencetak keuntungan, tapi mengahancurkan moralitas. Sementara
KPI teruslah menindak stasiun televisi yang nakal (O21/13/ATIS).
Data (O21/13/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur
kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut
menyatakan bahwa sebuah sinetron yang diharapkan bisa membangun moral bangsa,
bukan malah merusak moral bangsa. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam
kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami
antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tapi.
Politikus Makin Autis
Perlu ada
penelitian tentang notulensi sidang di parlemen, apakah dalam rapat para
pemimpin politik kita lebih banyak mendiskusikan nasib bangsa atau nasib mereka
sendiri. Tapi, dari perilaku yang
dipotret media, mereka cenderung banyak memikirkan kebutuhan sendiri
(O22/P4/ATIS).
Data (O22/P4/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur
kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut
menyatakan bahwa pada suatu sidang parlemen kebanyakan mendiskusikan nasib
bangsa, berbeda dengan perilaku yang dipotret oleh media yang bertolak
belakang, yang menunjukkan mereka banyak yang memikirkan kebutuhannya sendiri.
Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang
bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata
tapi.
Politikus Makin Autis
Mereka
tidak memberikan solusi problem rakyat. Tapi,
mereka malah ramai-ramai menjadi problem (O22/P4/ATIS).
Data (O22/P4/ATIS) termasuk gaya hasa antitesis, sebab struktur
kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut
menyatakan para politikus yang banyak membuat masalah daripada memberikan
solusi atas masalah yang dihadapi oleh rakyat. Gaya bahasa antitesis yang
ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami
antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tapi.
BBM dan Perampokan SDA
Pemerintah
tidak dapat mengisolasi secara meyakinkan perembetan kenaikan harga BBM
terhadap komoditas-komoditas lain, entah
makanan, transportasi, pendidikan, pakaian, dan lain-lain (O23/P4/ATIS).
Data (O23/P4/ATIS) termasuk gaya bahasa antiklimaks, sebab struktur
kalimatnya mengurutkan sejumlah ide yang semakin kurang penting. Hal tersebut
dapat ditunjukkan bahwa suatu pemerintahan yang tidak bisa memberi keyakinan
atas perembetan kenaikan BBM, terhadap komoditas lain. Gaya bahasa antitesis
yang ditemukan dalam kalimat tersebut yaitu gagasan yang bertentangan. Kata
yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata entah.
BBM dan Perampokan SDA
Sebab,
harga minyak Internasional melambung dan subsisdi membengkak jika tidak
ditempuh opsi kenaikan harga BBM. Tapi,
dibalik itu sebetulnya ada perkara etis yang telah menumpuk (O23/P10/ATIS).
Data (O23/P10/ATIS) termasuk gaya bahasa
antitesis, sebab struktur kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan. Hal
tersebut dapat ditunjukkan pada kalimat yang menyatakan kenaikan BBM yang
bertentangan dengan perkara etis yakni perampokan sumber daya alam. Gaya bahasa
antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa gagasan yang
bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata
tapi.
Mendidik Melalui Berita Kecelakaan
Sebuah
cerita ditampilkan memang bukan semata-mata pertimbangan ekonomis meskipun
kecenderungan itu semakin kuat. Tetapi,
bisa jadi, ada pertimbangan jurnalisme yang lebih luhur (O24/P5/ATIS).
Data (O24/P5/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur
kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan, dalam kalimat tersebut
menyatakan bahwa suatu pertimbangan ekoniomis bisa jadi lebih luhur
pertimbangan jurnalisme. Gaya bahasa antitesis yang ditemukan dalam kalimat
tersebut yaitu gagasan yang bertentangan. Kata yang mengalami antitesis dalam
kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Mendidik Melalui Berita Kecelakaan
Rekayasa
dan kecurangan untuk jangka pendek bisa menjadi sesuatu yang menggiurkan, tetapi dalam jangka panjang bisa
menghancurkan kepercayaan (O24/P10/ATIS).
Data (O24/P10/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur
kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan. Hal tersebut dapat
ditunjukkan bahwa perbedaan antara rekayasa berita dengan kepercayaan yang
dimiliki pemirsa bisa jadi akan hilang dalam jangka panjang. Gaya bahasa
antitesis yang ditemukan dalam kalimat tersebut yaitu gagasan yang bertentangan.
Kata yang mengalami antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Makna Oskar Bagi si Bisu
Ada yang
mengistilahkan, ini adalah zaman ettention economi. Inilah era ketika konsumen
harus dibujuk, bahkan dibayar dulu, agar sejenak mau memperhatikan sesuatu. Tapi, kehidupan yang serba connected
secara digital mengakibatkan opsi pilihan pun tersedia tanpa batas
(O25/P9/ATIS).
Data (O25/P9/ATIS) termasuk gaya bahasa antitesis, sebab struktur
kalimatnya menunjukkan gagasan yang bertentangan. Hal tersebut dapat
ditunjukkan bahwa pada kalimat tersebut mengalami pertentangan antara zaman
ekonomi dengan kehidupan yang serba teknologi. Gaya bahasa antitesis yang
ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan kata. Kata yang mengalami
antitesis dalam kalimat tersebut yaitu kata tetapi.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dalam rubrik opini harian
Jawa Pos edisi Februari di atas dan setelah peneliti melakukan analisis, dapat
dikategorikan ke dalam gaya bahasa antitesis jika data tersebut mengandung
gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok
kata yang berkawanan. Gaya bahasa antitesis yang banyak ditemukan yaitu berupa
kata. Gaya bahasa antitesis yang berupa kata yang ditemukan antara lain; tapi,
tetapi, antaralain,dan entah.
4.2.5 Repetisi
Repetisi adalah
perulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk
memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam bagian ini, hanya akan
dibicarakan repetisi yang berbentuk kata, atau frasa, atau klausa, karena
nilainya dianggap tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka data dalam opini
Jawa Pos edisi Februari yang termasuk dalam gaya bahasa repetisi antara lain:
1.
Gaya bahasa repatisi
yang berupa perulangan kata.
Kompetensi Wartawan Bukan Momok
Sebetulnya UKW
bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan. Prosedur atau tata cara melaksanakan UKW, bahkan materi UKW sebelumnya bisa dibaca sendiri dalam buku panduan UKW yang diterbitkan LPDS (O8/P12/RPTS).
Data (O2/P2/RPTS) termasuk gaya bahasa
repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami perulangan kata penting yang
memberi tekanan dalam sebuah konteks kalimat. Dari data tersebut merupakan gaya
bahasa repetisi anafora yaitu pada kalimat tersebut repetisi yang berwujud
perulangan kata pertama pada kata berikutnya. Gaya bahasa repetisi yang
ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan kata. Kata yang mengalami
repetisi dalam kalimat tersebut yaitu kata UKW.
Menghentikan Kriminalisasi Pers
Ada konstruksi hukum yang bersifat asasi bahwa
polri tidak boleh menolak sebuah laporan dan atau pengaduan dari masyarakat.
Dalam hal aduan yang berhubungan dengan pers,
sudah seharusnya berkonfirmasi dengan Dewan pers,
untuk memastikan apakah cukup bukti dan atau argumentasi hukum tentang ada atau
tidaknya delik pers (O9/P9/RPTS).
Data
(O9/P9/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami
perulangan bunyi, suku kata, dari bagian kalimat yang dianggap penting. Hal
tersebut ditunjukkan pada kata dan atau yang menyatakan perulangan dengan
maksud yaitu membedakan antara kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya yang
memberi tekanan kalimat yang lebih kuat. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan
dalam kalimat tersebut berupa perulangan kata. Kata yang mengalami repetisi
dalam kalimat tersebut yaitu kata pers.
Basic
Instinct Ala Angie
Terlebih, dalam kasus Angie, pihak-pihak yang terkait
adalah tokoh-tokoh sentral di pucuk pimpinan partai berkuasa, partai Demokrat.
Akan sangat sulit kasus semacam itu terbongkar secara telanjang dan kasat mata,
terlebih ditanyakan secara langsung
di layar televisi (O14/P4/RPTS).
Data
(O14/P4/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya
mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian kalimat yang dianggap
penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata terlebih yang menyatakan semakin
untuk memberi tekanan yang lebih kuat.
Gaji Naik, Kok Masih Pungli
Bandingkan dengan data orang miskin yang dimiliki pemerintah. Jangankan nama dan alamat warga miskin, tentang jumlah dan kriterianya
saja masih simpang siur. Sebuah instansi mengatakan A miskin, instansi yang lain mengatakan tidak (O18/P5/RPTS)
Data
(O18/P5/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya
mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian yang dianggap penting. Hal
tersebut ditunjukkan pada kata instansi yaitu kalimat tersebut memberikan
tekanan yang lebih kuat. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat
tersebut berupa perulangan kata. Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat
tersebut yaitu kata miskin.
Red Alert Pembatasan BBM
Upaya-upaya meredam inflasi perlu terus dilakukan
sekaligus perlu dicari alternatif kebijakan
BBM itu. Misalnya meningkatkan harga premium dengan diikuti kebijakan pengontrolan efek inflatoir
dari kebijakan yang dibuat (O11/P12/RPTS).
Data
(O11/P12/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya
merupakan perulangan bunyi, suku kata, dari kalimat yang dianggap penting. Hal
tersebut ditunjukkan pada kata kebijakan yang menyatakan perulangan dengan
maksud yaitu kalimat kebijakan mengibaratkan suatu peluang dalam pembatasan
BBM.
Orang Kampus, Menulislah
Penelitian Tooley dan Darby (1998), misalnya,
menunjukkan, banyak hasil riset dalam pendidikan tidak relevan dengan para praktisi dan para pembuat kebijakan, tidak dibangun di atas literature atau
pengetahuan yang telah ada (O19/P9/RPTS).
Data
(O19/P9/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab dalam struktur kalimatnya
mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian kalimat yang dianggap
penting. Dari data tersebut dapat ditunjukkan bahwa kata tidak yang menyatakan
perulangan dengan maksud kata tidak memberikan tekanan yang lebih kuat.
Misteri Rekaman CCTV
Khusus mengenai risiko, si (calon) pelaku harus dapat meyakinkan dirinya bahwa risiko memang ada dan dapat
dikendalikan. Semakin kuat perhitungan bahwa
risiko dapat diatasi, semakin tinggi pula kemungkinan dia merealisasikan
rencananya (O20/P6/RPTS).
Data
(O20/P6/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya
mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian kalimat yang dianggap
penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata risiko yang menyatakan perulangan
dengan maksud yaitu kalimat risiko merupakan risiko atau akibat untuk
memberikan tekanan yang lebih kuat.
2.
Gaya bahasa repetisi
yang berupa perulangan frase.
Perihal Standar Kompetensi Wartawan
Setelah penyusunan standar itu, dilanjutkan
kegiatan dalam tataran praktis dengan melakukan uji kompetensi wartawan diseluruh Indonesia. Kompetensi wartawan dibagi menjadi tiga jenjang, yakni wartawan
utama, wartawan madya, dan wartawan muda. Uji kompetensi ini dilaksanakan Dewan
Pers bersama organisasi profesi wartawan, perusahaan Pers, serta perguruan
tinggi (O1/P2/RPTS).
Data
(O16/P2/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya
mengalami perulangan bunyi, suku kata, dan bagian kalimat yang dianggap
penting. Hal tersebut ditunjukkan pada kata kompetensi wartawan yang menyatakan
perulangan dengan maksud yaitu kata kompetensi wartawan memberi tekanan yang
lebih kuat. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa
perulangan frase. Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat tersebut yaitu
kata kompetensi wartawan.
Yang Terhormat Pakde Karwo
Sebaliknya, sudah bukan rahasia, partai politik adalah gudang pertikaian,
ketegangan, dan konflik. Kepemimpinan itu menjadi taruhan manakala keinginan
untuk meraih jabatan lebih tinggi dipartai
politik justru lebih mengedepankan. Kepemimpinan yang pasrah karena
diperintah atau diiming-iming jabatan lebih tinggi tentu merupakan kepemimpinan
semu minus keteladanan (O5/P8/RPT).
Data
(O5/P8/RPT) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya mengalami
perulangan bunyi, suku kata, dari bagian kalimat yang dianggap penting. Hal
tersebut ditunjukkan pada kata lebih yang menyatakan perulangan dengan maksud
yaitu kalimat lebih merupakan perbedaan antara kalimat yang dipentingkan. Gaya
bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan frase.
Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat tersebut yaitu kata partai politik.
Advokat dan Keprihatinan Hukum
Sebagai sarana menjaga kehormatan itu, sudah ada
Kode Etik Advokad Indonesia. Salah satunya adalah menjaga kerahasiaan klien. Menjaga
kerahasiaan itu berlaku seumur hidup (O16/P2/RPTS).
Data
(O16/P11/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya
mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian yang dipentingkan. Hal
tersebut ditunjukkan pada kata menjaga kerahasiaan memberi tekanan yang lebih
kuat. Gaya bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa
perulangan frase. Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat tersebut yaitu
kata menjaga kerahasiaan.
Advokat dan Keprihatinan Hukum
Semoga tak terjebak hanya memilih ketua dewan pimpinan cabang, ketua dewan penasihat cabang, dan ketua dewan kehormatan cabang periode
2012-2016 (O16/P11/RPTS).
Data
(O16/P11/RPTS) termasuk gaya bahasa repetisi, sebab struktur kalimatnya
mengalami perulangan bunyi, suku kata, dari bagian yang dipentingkan. Hal
tersebut ditunjukkan pada kata Ketua Dewan memberi tekanan yang lebih kuat.
Gaya bahasa repetisi yang ditemukan dalam kalimat tersebut berupa perulangan
frase. Kata yang mengalami repetisi dalam kalimat tersebut yaitu kata ketua
dewan.
Berdasarkan
data yang diperoleh peneliti dalam rubrik opini harian Jawa Pos edisi Februari
di atas dan setelah peneliti melakukan analisis, gaya bahasa repetisi yang
banyak ditemukan yaitu berupa kata dan frase. Gaya bahasa repetisi yang berupa
kata yang ditemukan antara lain; UKW, pers, kebijakan, terlebih, miskin, para,
dan risiko. Sedangkan gaya bahasa yang berupa frase yang ditemukan antara lain;
kompetensi wartawan, partai politik, menjaga kerahasiaan, dan ketua dewan.
4.3 Fungsi
Gaya Bahasa yang Digunakan dalam Opini di Surat Kabar Harian Jawa Pos
Dalam penelitian ini, fungsi gaya bahasa yang digunakan untuk
menganalisis data terdapat empat fungsi yang ditemukan, fungsi tersebut meliputi (1) fungsi informasi (2) fungsi untuk menjelaskan, (3) fungsi untuk menghidupkan objek mati, (4) fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk
hiasan, dan (5) fungsi untuk penekanan atau memperkuat. Fungsi gaya bahasa pada struktur kalimat dalam
opini-opini dari objek yang diteliti seperti pada data di bawah ini:
Fungsi gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Politikus Makin Autis. Opini tersebut mengandung
fungsi menjelaskan, yakni menjelaskan tentang adanya para wakil rakyat di senayan kini makin
transparan yakni perilaku mereka sangat gampang diketahui para pemilihnya.
Mereka akan terlihat ketika berbuat baik, saat berlaku menyimpang pun sangat
mudah diketahui. Dari perilaku yang dipotret media mereka cenderung banyak
memikirkan kebutuhan sendiri.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Perihal Standar Kompetensi Wartawan. Opini tersebut mengandung
funsi informasi, karena dalam opini tersebut telajh menginformasikan bahwa
protes wartawan akhir-akhir ini membuat suatu standart yang dapat dijadikan
acuan bahwa pers merupakan profesi yang menjanjikan. Karena wartawan ini
merupakan seseorang yang mendedikasikan suatu pekerjaan yang tidak memandang
tempat, peristiwa, waktu yang terjadi setelah melalui perdebatan panjang
akhirnya dibuatlah standart kompetens wartawan (SKW), dan SKW ini bertujuan
agar kualitas suatu media pers dapat meningkatkan kualitas yang professional.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Problem Etika Media Siber. Opini tersebut mengandung fungsi untuk
menghidupkan objek mati, yakni menjelaskan tentang media siber merupakan media
yang dijadikan acuan untuk setiap orang dapat berpendapat secara langsung
bahkan dapat menentukan tema yang perlu didiskusikan di ruang publik dunia
maya. Selain itu media siber juga mempunyai keunggulan komparatif dalam
penyampaiaannya. Kemajuan teknologi di era modern ini memberikan leluasa bagi
jurnalis untuk mengejar informasi yang begitu cepat terjadi, sehingga media
siber ini segera disahkan oleh dewan pers.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Politics Is Never Fair. Opini tersebut merupakan fungsi
menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan bahwa para koruptor yang sudah ketahuan akan
kelakuan koruptor yang dilakukannya kebanyakan akan melarikan diri. Seperti
halnya Nazruddin yang tertangkap di Kolombia akhir-akhir ini terjadi perang
mulut yang dilakukan oleh Angelina Sobdakh dengan sahabatnya yakni Nazaruddin,
atas keterlibatan korupsi yang terjadi si di Atlet Wisma. Dan KPK sudah
menetapkan Agie sebagai tersangka atas Atlet Wisma.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Yang Terhormat Pakde Karwo. Opini tersebut mengandung fungsi
menjelaskan karena opini tersebut ditulis untuk mengkritik Pakde Karwo. Selaku
Gubernur Jawa Timur Pakde Karwo seharusnya fokus kepada rakyat yang telah
memilihnya. Jangan terburu-buru untuk mengejar posisi PD umum di Jakarta,
karena hal itu akan menyerap energi dan perhatian yang akan berakibat pada
program dan kebijakan provinsi untuk rakyat Jawa Timur.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Ironi Bisnis Transportasi. Opini tersebut mengandung fungsi untuk
menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan tentang kecelakaan transportasi
yang akhir-akhir ini sering terjadi. Banyak pihak yang harus bertanggung jawab
dalam permasalahan transportasi ini. Sebenarnya, keuntungan terbesar yang
hendak diraih pemerintah maupun pengusaha transportasi tanpa memperhatikan
kesejahteraan buruhnya merupakan kemanfaatan yang menindas sekaligus
membahayakan konsumen. Padahal buruh merupakan elemen penting dari kenyamanan
dan keselamatan para penumpang. Karena itu, demi keselamatan penumpang,
pemerintah dan pengusaha wajib menjamin hak-hak dan kualitas hidup para buruh
transportasi.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Kompetensi Wartawan Bukan Momok. Opini tersebut merupakan fungsi untuk penekanan atau memperkuat, yakni opini tersebut menegaskan bahwa standart kompetensi wartawan dan
uji kompetensi wartawan (SKW/UKW) mulai berlaku sejak 9 Februari 2010 dan
menjadi trend-issue bagi komunitas wartawan atau media. Pada awalnya SKW/UKW
dianggap sebagai “momok” bagi para wartawan. Tetapi sekarang peserta UKW mulai
memahami makna dan tata cara serta dapat mengikuti UKW sesuai dengan panduan.
Pemenuhan standart kompetensi wartawan (SKW) sudah dianggap sebagai syarat
mutlak bagi seorang wartawan.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Menghentikan Kriminalisasi Pers. Opini tersebut merupakan fungsi
menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan tentang dunia pers yang mulai
berkembang pada saaat ini, dengan mendatangkan MOU atau nota kesepahaman antara
polri dan pers. Hal ini digunakan untuk mempermudah polri terkait dengan
pengaduan masyarakat, meski dipercaya pemerintah bisa menimbulkan beban
tertentu bagi pihak yang merasa dirugikan. Ketika ada aduan terkait dengan
kinerja wartawan polri berhak memastikan hal tersebut termasuk mal-jurnalism
atau bukan dengan cara mengkonfirmasi ke dewan pers. Makna MOU itu sendiri bagi
wartawan adalah agar insan pers tidak perlu takut sepanjang kinerjanya sesuai
dengan Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia (KEWI).
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Melawan Entropi Budaya. Opini tersebut mengandung fungsi untuk penekanan atau memperkuat, yakni opini tersebut memaparkan bahwa entropi merupakan energi
tambahan. Misalnya, jumlah energi yang dimasukkan ke dalamnya, ketika gangguan
dalam organisasi meningkat, energi karyawan untuk melakukan pekerjaan harus
meningkat, energi tambahan itu disebut “entropi budaya”. Sesuai dengan
penelitian yang sudah pernah ada, bahwa jika entropi budaya disuatu Negara itu
tinggi maka Negara tersebut akan rusak. Misalnya, terjadi kebangkrutan atau
huru-hara. Untuk itu perlu melawan entropi budaya dengan cara memperhatikan
tiga faktor entropi budaya itu sendiri.
Fungsi gaya bahasa dalam opini jawa pos dengan judul Red Alert Pembatasan BBM. Opini tersebut
mengandung makna untuk penekanan atau memperkuat, yakni opini yang menegaskan struktur kalimat yang
menggunakan gaya antiklimaks, bahwa kebijakan pembatasan BBM itu rencananya
mulai 1 April 2012, kebijakan BBM juga harus melibatkan kerja sama dengan
lingkungan kementrian, maupun lembaga dipusat, serta kerjasama dengan daerah,
mengingat anggaran yang terbatas dan tuntutan masyarakat akan kesejahteraan
yang tidak bisa ditunda.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Boros, Perselingkuhan “Ekselatif”. Opini tersebut mengandung fungsi
menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan bahwa penghasilan tetap anggota
DPR perbulan makin besar, serta penunjang lainnya yang semua difasilitasi oleh
Negara, tetapi bagi daerah-daerah yang kekuatan APBDnya baru berkisar 1
triliun, tentu terasa tidak adil jika wakil rakyatnya harus memanjakan dengan
anggaran kunker yang sedemikian besar.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Dasar Bubarkan Ormas Anarkistis. Opini tersebut mengandung fungsi untuk penekanan atau memperkuat, yakni opini tersebut mempertegas adanya ketegasan masyarakat
Kalimantan Tengah dalam menolak kehadiran Front pembela Islam FPI menunjukkan
bahwa masyarakat Indonesia masih menyadari pentingnya melestarikan kerukunan
bangsa yang majemuk.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Basic Instinct ala Angie. Opini tersebut mengandung fungsi
menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan tentang masalah Angie membantah
habis-babisan perihal tuduhan percakapannya dengan Mindo Rosalina Manulang via
BBM mengenai tindakan kejahatan yang telah diperbuatnya. Kejujuran yang sangat
sulit terbongkar dari sosoknya sebagai mantan putri Indonesia tersebut.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Mencegah Pelapukan Ekonomi. Opinit ersebut merupakan fungsi
informasi, yakni menginformasikan bahwa langkah dalam pelapukan ekonomi, solusi
yang harus dijalankan oleh pemerintah yaitu harus mengintervensi sektor
perbankan, memperbaiki infrastruktur kelembagaan pertanian dan pangan, dan
mempercepat pembangunan KTI demi memperkuat integrasi Negara.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Advokat dan Kprihatinan Hukum. Opini tersebut mengandung fungsi
menjelaskan, yakni opini tersebut menjelaskan tentang kasus Gayus yang
mendapatkan pembelaan dari Buyung Nasution, yakni mengenai Advokat yang bisa
mengungkap kebenaran dan, sesuai UU Advokat, menegakkan fungsi penegak hukum
yang mendorong Gayus untuk membongkar semua yang terlibat dalam kasus korupsi
agar tuntas sampai ke akarnya.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Galau Presiden Jeman di
Jakarta. Opini tersebut mengandung fungsi keindahan, yakni opini tersebut
dapat menimbulkan gelak tawa atau keindahan yang menyatakan bahwa adanya
kunjungan Wulff ke Indonesia yang menanyakan kepada ketua MPR tentang jejaring
soial seperti Facebook dan Twitter tersebut apakah banyak digunakan oleh kalangan
politikus Indonesia saat ini, dan tanggapan oleh ketua MPR mengenai hal
tersebut yaitu penggunaan jejaring sosial di Indonesia sekuitar 60 juta, setara
dengan penduduk Jerman, tetapi politikus Indonesia belum merasa terganggu
dengan adanya Facebook dan Twitter.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Orang Kampus, Menulislah. Opini tersebut mengandung fungsi
informasi, yakni opini tersebut menginformasikan atau menggambarkan bahwa
menulis terutama menulis karya ilmiah merupakan suatu hal yang baru dilakukan
di setiap PT. tujuan dari penulisan jurnal ilmiah adalah tulisan yang dibuat
oleh mahasiswa dapat mempunyai kualitas hingga level tinggi.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Gaji Naik, kok Masih Pungli. Opini tersebut mengandung fungsi
informasi, sebab opini tersebut menginformasikan tentang kenaikan gaji abdi
Negara sebesar sepuluh persen mulai pada bulan Maret. Kebijakan kenaikan gaji
tersebut berlaku secara umum, baik untuk mereka yang mempunyai prestasi kerja
atau tidak. Kenaikan gaji pegawai disikapi beragam, bagi pegawai berita
kenaikan tersebut tentu satu hal positif, tapi belum tentu bagi masyarakat umum
apalagi bagi buruh yang nasibnya sering terabaikan.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Misteri Rekaman CCTV. Opini tersebut mengandung fungsi menjelaskan,
yakni opini tersebut memaparkan adanya rekaman CCTV yang ditayangkan berbagai
media visual elektronik, menyajikan cuplikan-cuplikan mendebarkan, hingga
menjelang dan setelah pembunuhan di kamar hotel tersebut berlangsung. Tetapi
hotel yang dibuat pembunuhan tersebut memiliki sekian banyak instrument
pengintai yang merekam keberadaan sang pembunuh sehingga mudah dilacak siapa
pelakunya.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Menegur Sinetron Kita. Opini tersebut mengandung fungsi
menjelaskan, yakni memaparkan tentang program televisi yang paling banyak
mendapat teguran dari masyarakat. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor yang
memunculkan nilai-nilai negatif bagi anak di bawah umur, muatan pendidikan bagi
remaja nyaris tidak ada, dan karakter jahat yang diperankan dalam sinetron. Seharusnya
sinetron bisa membangun karakter bangsa.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Politikus Makin Autis, opini tersebut merupakan fungsi menjelaskan,
yakni menjelaskan adanya para wakil rakyat di senayan kini makin transparan
yakni perilaku mereka sangat gampang diketahui para pemilihnya. Mereka akan
terlihat ketika berbuat baik, saat berlaku menyimpang pun sangat mudah
diketahui. Dari perilaku yang dipotret media mereka cenderung banyak memikirkan
kebutuhan sendiri.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul BBM dan Perampokan SDA. Opini tersebut mengandung fungsi
menjelaskan, yakni menjelaskan tentang kenaikan harga BBM di Indonesia. Untuk
menghindari lonjakan jumlah orang miskin, disiapkan skema dana kompetensi.
Kenaikan harga BBM demi anggaran fiskal yang sehat dan mengurangi subsidi
kepada orang kaya harus cepat didapat. Kontrak seperti itu yang harus
disosdorkan kepada pemerintah untuk ditandatangani, bila tidak bersedia
lonjakan BBM sudah sepantasnya ditolak.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Mendidik Melalui Berita Kecelakaan. Opini tersebut mengandung
fungsi menjelaskan, yakni menjelaskan tentang survei serikat penerbitan Surat
Kabar menempatkan berita bencana alam dan kecelakaan lalu lintas sebagai berita
favorit pembaca. Bagaimanapun menampilkannya, misi menyiarkan berita itu
dilandasi sikap jujur dan professional dengan pertimbangan bahwa sebuah
peraturan dibuat untuk kepentingan publik.
Gaya bahasa dalam opini Jawa Pos dengan judul Makna Oskar bagi si Bisu. Opini tersebut mengandung fungsi
memperindah, yakni opini tersebut memaparkan makna suatu film The Artist yang
bisa memborong lima piala Oskar untuk kategori desain kostum terbaik, dan
original score, juga penghargaan tertinggi oskar sebagai film terbaik tahun
ini. Tapi the artist menyadarkan kita bahwa ditengah zaman yang serba tergesah,
ditingkah suara berisik, hiruk pikuk, kita seakan semakin kehilangan makna,
ternyata pesan yang sunyi justru bisa lebih berarti.
Dari kedua puluh lima opini, peneliti memperoleh 5 fungsi meliputi (1) fungsi informasi, (2) fungsi untuk menjelaskan, (3) fungsi untuk menghidupkan objek mati, (4) fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk
hiasan, dan (5) fungsi untuk penekanan atau memperkuat. Fungsi yang paling dominan digunakan
yaitu fungsi menjelaskan. Ada beberapa dari kedua puluh lima opini pada data yang sudah
terkumpul yang kurang sesuai sebagai bacaan karena isi dari opini tersebut
tidak layak untuk pembaca, tetapi bacaan opini tersebut dapat diambil hikmahnya
bahwa dalam sebuah cerita pembaca mampu menemukan kemenarikan dari isi cerita
tersebut dan menemukan apa yang menonjol dari cerita, sehingga penemuan
tersebut dapat dipetik dan dapat dijadikan sebagai pembelajaran. Tetapi
sebagian besar dari opini tersebut sangat layak dijadikan sebagai pembelajaran,
kareana sesuai dengan jalan ceritanya yang mudah dipahami dan dimengerti.
4.4 Makna Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
dalam opini-opini Jawa Pos
Makna sebuah
kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Struktur
kalimat yang dimaksud adalah tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan
dalam kalimat tersebut. Dalam rubrik opini ditemukan 5 penggunaan gaya bahasa
berdasarkan struktur kalimat, yaitu (1)gaya bahasa klimaks, (2) gaya bahasa
antiklimaks (3) gaya bahasa repetisi (4) gaya bahasa paralelisme dan (5) gaya
bahasa antitesis.
Untuk mengetahui makna berdasarkan struktur kalimat dalam rubrik opini
Jawa Pos pada objek yang diteliti adalah:
4.4.1 Makna
Ideasional
Dalam rubrik opini ditemukan makna
ideasional. Makna ideasional adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata
yang memiliki konsep. Makna tersebut dapat dilihat pada data berikut ini:
Politik
Akuisisi Partai
Terlepas dari kontroversi etik dan tidaknya
lagkah politik Nasrep, fakta hukum dan landasan yuridis memungkinkan hal itu
terjadi dan sah. Toh perjuangan Nasrep untuk
menjadi porpol peserta pemilu masih cukup panjang. Nasrep harus memenuhi
ketentuan-ketentuan yang cukup berat dalam RUU
perubahan UU pemilu(O1/P12/KLMS).
Data (O1/P12/KLMS) mengandung makna ideasional, yaitu
penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memiliki konsep dari data di
atas adalah kata partai Nasrep, yang mempunyai arti bahwa partai Nasrep
mempunyai keyakinan partainya akan lolos menjadi peserta pemilu.
Politikus Makin Autis
Dengan demikian, semua kebijakan dibuat atas
dasar kepentingan masyarakat banyak. Kebijakan yang mengantarkan bangsa ini
semakin maju dan kompetetif dengan
bangsa lainnya. Menjadikan bangsa dengan peradaban tinggi, infrastruktur memadai, dan kehidupan masyarakat yang sejahtera
(O22/P10/KLMS).
Data (O22/P10/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan
makna ideasional yaitu makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki
konsep. Kata yang memikiki konsep yaitu kata kompetetif dan infrastruktur. Data
di atas menjelaskan suatu keputusan pemerintah yang diharapkan mempunyai
kwalitas baik dan bertanggung jawab dalam memimpin Negara.
Ironi Bisnis Transportasi
Apa pun alasannya, kecelakaan dalam bisnis
transportasi merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai pengawas, pengatur,
dan penyedia sarana infrastruktur
transportasi selaku penyedia jasa yang aman dan nyaman (O7/P3/KLMS).
Data (O7/P3/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan
makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata
yang memikiki makna konsep yaitu kata infrastruktur. Data di atas tersirat
makna bahwa kecelakaan yang terjadi merupakan tanggung jawab pemerintah untuk
menaggulanginya.
Dasar Bubarkan Ormas Anarkistis
Dari segi
kebangsaan, cara-cara anarkistis yang
kerap dilakukan ormas keagamaan (termasuk FPI) dalam menghadapi kesalahan
tertentu merupakan ancaman serius bagi kerukunan. Terutama dalam menghadapi
perbedaan yang bersifat keyakinan dan keagamaan (O13/P3/KLMS).
Data (O13/P3/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan
makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata
yang memikiki makna konsep yaitu anarkistis. Data di atas menjelaskan bahwa
dalam berkebangsaan, menganut suatu agama yang sering kali terlibat dalam
kekerasan.
Perihal Standar Kompetensi Wartawan
Ketua Dewan
Pers Bagir Manan menyatakan, kompetensi wartawan merupakan sebuah kehormatan
bagi wartawan dalam menjalankan tugasnya yang dilandasi prinsip-prinsip hukum, demokrasi, kemanusiaan, disiplin
keilmuan, dan kode etik (O2/P3/AKLMS).
Data (O2/P3/AKLMS) tersirat makna ideasional,
yaitu penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata yang memiliki konsep dari data
di atas adalah demokrasi, yang memliki arti bahwa suatu kelebihan yang dimiliki
oleh seorang jurnalis yang mempunyai jabatan adalah suatu kehormatan
tersendiri.
Perihal Standar Kompetensi Wartawan
Ketua Dewan
Pers Bagir Manan menyatakan, kompetensi wartawan merupakan sebuah kehormatan
bagi wartawan dalam menjalankan tugasnya yang dilandasi prinsip-prinsip hukum, demokrasi, kemanusiaan, disiplin
keilmuan, dan kode etik (O2/P3/AKLMS).
Data (O2/P3/AKLMS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan
makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata
yang memikiki makna konsep yaitu kata demokrasi. makna yang tersirat dari data
di atas bahwa sebuah dewan dalam mempunyai prinsip dalam menjalankan tugasnya
sebagai wakil rakyat.
Problem Etik Media Siber
Elitism
pemilihan sumber berita bersisian dengan elitisme pemilihan objek berita.
Sebagai contoh, jika media memberitakan masalah korupsi, hampir selalu korupsi
dengan jumlah uang yang besar, melibatkan nama-nama besar, dan terjadi di
pusat-pusat kekuasaan. Korupsi yang sehari-hari dihadapi rakyat kecil dalam
pengurusan KTP, SIM, izin usaha, akta kelahiran, dan lain-lain selalu
terpinggirkan dalam diskursus media
tentang korupsi(O3/P3/AKLMS).
Data (O3/P3/AKLMS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan
makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata
yang memikiki makna konsep yaitu kata diskursus. Data tersebut tersirat makna
bahwa pada data di atas mengandung suatau problem dalam pemilihan objek berita
korupsi yang akan ditayangkan pada media harus yang memiliki kwalitas tinggi.
Politics Is Never Fair
Koruptor tidak
bisa membedakan antara berbagai alternatife,
proses normatife, dan proses penyimpangan demi mencapai kekayaan,
kemuliaan, dan kesenangan norma dianggap sebagai ketololan yang tak perlu
diikuti (O4/P8/PRLS).
Data (O4/P8/PRLS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan
makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata
yang memikiki makna konsep yaitu kata alternatife, dan normatife. Pada data di
atas menggambarkan seorang koruptor yang tidak pernah berpikir panjang dalam
menjalankan berbagai alternatif.
Makna Oskar Bagi si Bisu
Ada yang
mengistilahkan, ini adalah zaman ettention
economi. Inilah era ketika konsumen harus dibujuk, bahkan dibayar dulu,
agar sejenak mau memperhatikan sesuatu. Tapi, kehidupan yang serba connected secara digital mengakibatkan
opsi pilihan pun tersedia tanpa batas (O25/P9/ATIS).
Data (O25/P9/ATIS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan
makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata
yang memikiki makna konsep yaitu ettention economi dan connected tersirat makna
bahwa dijaman modern sekarang ini teknologi semakin canggih, sehingga didalam
melakukan sesuatu selalu menggunakan kecanggihan teknologi.
Perihal Standar Kompetensi Wartawan
Setelah
penyusunan standar itu, dilanjutkan kegiatan dalam tataran praktis dengan
melakukan uji kompetensi wartawan
diseluruh Indonesia. Kompetensi
wartawan dibagi menjadi tiga jenjang, yakni wartawan utama, wartawan madya, dan
wartawan muda. Uji kompetensi ini dilaksanakan Dewan Pers bersama organisasi
profesi wartawan, perusahaan Pers, serta perguruan tinggi (O1/P2/RPTS).
Data (O1/P2/RPTS) ) makna yang tersirat dalam data di atas yaitu makna
ideasional, merupakan makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki
konsep. Kata yang memikiki konsep yaitu kata kompetensi. Data di atas
menjelaskan tentang menguji kompetensi wartawan berdasarkan jenjang
masing-masing.
Red Alert Pembatasan BBM
Upaya-upaya
meredam inflasi perlu terus dilakukan sekaligus perlu dicari alternatif
kebijakan BBM itu. Misalnya meningkatkan harga premium dengan diikuti kebijakan
pengontrolan efek inflatoir dari
kebijakan yang dibuat (O11/P12/RPTS).
Data (O11/P12/RPTS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan
makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata
yang memikiki makna konsep yaitu inflatoir. Data di atas menjelaskan bahwa
peningkatan BBM harus diimbangi dengan mengontrol kebijakan yang sudah
ditetapkan.
Misteri Rekaman CCTV
Khusus
mengenai risiko, si (calon) pelaku harus dapat meyakinkan dirinya bahwa risiko
memang ada dan dapat dikendalikan. Semakin kuat perhitungan bahwa risiko dapat
diatasi, semakin tinggi pula kemungkinan dia merealisasikan rencananya (O20/P6/RPTS).
Data (O20/P6/RPTS) makna yang tersirat dalam data di atas merupakan
makna ideasional yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Kata
yang memikiki makna konsep yaitu merealisasikan. Data di atas tersirat makna
bahwa suatu perbuatan yang sudah dilakuakan harus bisa menerima akibat dari
perbuatan tersebut.
Setelah peneliti menemukan data dan melakukan analisis terhadap data
tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa makna ideasional dapat ditemukan
pada gaya bahasa klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, repetisi.
4.4.2 Makna
Afektif
Dalam rubrik opini ditemukan makna Afektif. Makna afektif adalah makna
yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau
kalimat. Makna gaya bahasa tersebut dapat dilihat pada data berikut ini::
Problem Etik Media Siber
Kemajuan
teknologi informasi memang memberikan kemudahan bagi jurnalis untuk mengejar
informasi, mengembangkan liputan, dan mentransmisikan pesan. Namun, kemajuan
teknologi itu tidak mengubah hukum besi
dalam jurnalisme: disiplin vertikal dan kewajiban konfirmasi (O3/P9/KLMS).
Data (O3/P9/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas yaitu makna
afektif, karena merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar terhadap
penggunaan kata atau kalimat. Kata yang merupakan makna afektif yaitu hukum
besi.
Basic Instinct Ala Angie
Terlebih,
dalam kasus Angie, pihak-pihak yang terkait adalah tokoh-tokoh sentral di pucuk
pimpinan partai berkuasa, partai Demoktar. Akan sangat sulit kasus semacam itu terbongkar secara telanjang dan kasat mata,
terlebih ditanyakan secara langsung di layar televisi (O14/P4/RPTS).
Data (O14/P4/RPTS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna
afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap
penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kalimat
terbongkar secara telanjang dan kasat mata. Data di atas menjelaskan bahwa
suatu kasus korupsi yang melibatkan para wakil rakyat di bawah partai Demokrat
sangat sulit mengungkapkan kejujuran pada suatu media.
Galau Presiden Jerman di Jakarta
Jerman
dianggap sebagai negara yang sangat menghidupkan
dunia memengaruhi keadaan perekonomian dan bursa saham dunia
(O17/P11/KLMS).
Data (O17/P11/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas yaitu makna
afektif, karena merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar terhadap
penggunaan kata atau kalimat. Kata yang merupakan makna afektif yaitu kata
menghidupkan dunia, yakni data di atas menjelaskan suatu Negara yang mempunyai
kemajuan dibidang perekonomian.
Kompetensi Wartawan Bukan Momok
Meskipun
Dewan Pers telah belasan kali melakukan sosialisasi SKW/UKW, tetap saja pada
hari pelaksanaan UKW itu sendiri rasa takut, gamang, dan ngeri umumnya tetap menyelimuti para peserta UKW
(O8/P11/KLMS).
Data (O8/P11/KLMS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna
afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap
penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kalimat
menyelimuti para peserta UKW. Data di atas tersirat makna dewan pers tetap
merasakan kebimbangan disaat sosialisasi UKW dilaksanakan.
Menghentikan Kriminalisasi Pers
Sejatinya
istilah delik pers (pers delict) itu bukan terminologi hukum, tetapi istilah
sosial yang kemudian digunakan untuk menyebut pelanggaran kinerja wartawan atau
insan pers (O9/P4/PRLS).
Data (O9/P4/PRLS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna
afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap
penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kalimat insan
pers. Data di atas menjelaskan bahwa delik pers merupakan suatu pelanggaran
yang dilakukan oleh wartawan.
Mendidik Melalui Berita Kecelakaan
Meskipun
membawa pesan yang tajam kepada khalayak media, sebagian besar koran mempunyai kebijakan
tidak memuat foto korban kecelakaan. baik yang luka-luka maupun yang meninggal dunia berdarah-darah
(O24/P7/PRLS).
Data (O24/P7/PRLS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna
afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap
penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kata meninggal
dunia berdarah-darah. Data di atas tersirat makna bahwa suatu media massa
berupa koran yang memuat berbagai berita terutama berita kecelakaan, koran
tersebut tidak akan memuat foto korban kecelakaan dalam koran tersebut.
Yang Terhormat Pakde Karwo
Dibanding
pengelola pemerintahan, tentu dalam partai politik permasalahan jauh lebih
kompleks daripada berbagai hal yang boleh jadi tidak ditemukan di dalam
pemerintahan. Lebih banyak jalan terjal
atau berlubang dalam partai politik daripada jalan mulus di dalam pemerintahan (O5/P6/ATIS).
Data (O5/P6/ATIS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna
afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap
penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kalimat jalan
terjal atau berlubang dan jalan mulus di dalam pemerintahan. Data di atas
menjelaskan bahwa sebagai wakil rakyat didalam menjalankan kewajibannya sebagai
pemimpin banyak menemukan masalah yang rumit daripada kelancaran dalam
memimpin.
Misteri Rekaman CCTV
Dengan
kepribadian sedemikan rupa, publik dapat menilai bahwa pembunuhan terhadap
pengusaha di kamar hotel itu, baik dengan tangan dia ataupun lewat tangan anak
buahnya, merupakan buah watak si
gemblong yang sangat eksplosif (O20/P4/ATIS).
Data (O20/P4/ATIS) makna yang tersirat pada data di atas yaitu makna
afektif, sebab makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap
penggunaan kata atau kalimat. Yang menandakan makna afektif yaitu kalimat buah
watak. Data di atas memaparkan bahwa pembunuhan yang terdapat pada data di atas
merupakan ide dari tersangka dengan menggunakan tangan anak buahnya untuk
membunuh.
Setelah peneliti menemukan data dan melakukan analisis terhadap data
tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa makna afektif dapat ditemukan pada
gaya bahasa klimaks, paralelisme, antitesis, repetisi.
4.4.3 Makna
Konotatif
Dalam rubrik opini ditemukan makna konotatif.
Makna konotatif adalah adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa
nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Makna tersebut dapat dilihat pada data
berikut ini:
BBM dan Perampokan SDA
Pemerintah
tidak dapat mengisolasi secara meyakinkan perembetan
kenaikan harga BBM terhadap komoditas-komoditas lain, entah makanan,
transportasi, pendidikan, pakaian, dan lain-lain (O23/P4/AKLMS).
Data (O23/P4/AKLMS) tersirat makna konotatif. Makna tersebut muncul
sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar
atau kata yang dibaca. Kata yang mengandung makna konotatif yaitu kata
perembetan. Data di atas tersirat makna bahwa pemerintah tidak bisa memastikan
akibat dari kenaikan BBM karena akan berdampak pada kenaikan bahan pangan, pendidikan
maupun transportasi.
Orang Kampus, Menulislah
Penulis
memandang, Dirjen Dikti jelas memiliki niat yang luhur, sementara para
pengkritik juga tidak berniat buruk. Tetapi, alangkah membanggakan kalau SE
Dirjen Dikti itu dapat mendorong karya akademik lebih berkualitas hingga menembus level lebih tinggi
(O19/P3/ATIS).
Data (O19/P3/ATIS) tersirat makna konotatif. Makna tersebut muncul
sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar
atau kata yang dibaca. Kata yang mengandung makna konotatif yaitu kata
menembus. Dari data di atas dijelaskan bahwa pada data tersebut memandang bahwa
pada dasarnya para penulis memandag keputusan dikti yang menyatakan bahwa karya
ilmiah mahasiswa akan dipublikasikan, mendapatkan kritikan dari penulis.
Setelah peneliti menemukan data dan melakukan analisis terhadap data
tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa makna konotatif yang terdapat
dalam data di atas terdapat pada gaya antiklimaks dan antitesis.
4.4.4 Makna
Denotatif
Dalam rubrik opini ditemukan gaya bahasa antitesis. adalah makna kata
atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan
wujud diluar bahasa yang diterapsi satuan bahasa itu apa adanya, sifatnya
objektif. Makna gaya bahasa tersebut dapat dilihat pada data berikut ini:
Advokat dan Keprihatinan Hukum
Advokat,
penegak hukum yang tak dibayar Negara, memang berhak atas imbalan dari klien.
Tidak sekedar mempunyai keterampilan hukum secara semata, advokat juga dihadapkan pada problematika tentang
keberpihakan (O16/P6/KLMS).
Data (O16/P6/KLMS) makna yang tersirat dalam data di atas yaitu makna
denotatif, sebab makna tersebut mengandung kata yang didasarkan atas hubungan
lugas antara satuan bahasa dan wujud diluar bahasa. Kata yang merupakan makana
denotatif adalah makana semata. Data tersebut menjelaskan bahwa pengorbanan
seseorang pembela pantas dibalas dengan upah yang senilai pengorbanannya.
Setelah peneliti menemukan data dan melakukan analisis terhadap data
tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa makna denotaif yang terdapat
dalam data di atas adalah gaya bahasa klimaks.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data yang telah diuraikan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa
gaya bahasa dalam opini-opini Jawa Pos edisi Februari 2012 sebagai berikut.
1.
Penggunaan wujud gaya bahasa berdasarkan struktur
kalimat yang digunakan dalam opini-opini di surat kabar harian Jawa Pos
mencakup gaya bahasa, 1) klimaks yaitu gaya bahasa yang mengandung
urutan-urutan yang semakin meningkat kepentingannya dari gagasan sebelumnya, 2)
antiklimaks yaitu gaya bahasa yang gagasannya diurutkan dari yang terpenting
berturut-turut kegagasan yang kurang penting, 3) paralelisme yaitu gaya bahasa
yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa
dalam bentuk gramatikal yang sama, 4) antitesis yaitu gaya bahasa yang
mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dan 5) repetisi yaitu perulangan
bunyi, suku kata, frase, atau klausa. Dari kelima gaya bahasa tersebut yang
paling dominan adalah gaya bahasa antitesis.
2.
Fungsi gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan penulis adalah fungsi
informasi, fungsi untuk menjelaskan, fungsi untuk menghidupkan objek mati, fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk
hiasan, dan fungsi untuk penekanan atau
memperkuat. Fungsi yang paling dominan digunakan yaitu fungsi untuk menjelaskan.
3.
Makna dalam gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan dalam
opini-opini di surat kabar harian Jawa Pos dapat ditemukan makna ideasional,
afektif, konotatif, dan denotatif, makna yang paling dominan digunakan pada
analisis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat adalah makna ideasional.
5.2 Saran
Berdasarkan tujuan penelitian dan
hasil analisis data, maka beberapa saran yang akan dikemukakan oleh peneliti,
yaitu:
1.
Bagi Redaksi Media
Cetak
Merujuk pada adanya
hasil analisis penelitian yang menggambarkan bahwa tidak keseluruhan gaya
bahasa dimanfaatkan oleh pengarang, maka pengarang opini Jawa Pos edisi
Februari 2012, hendaknya lebih menyempurnakan tulisannya sehingga dapat
dinikmati oleh pembaca.
2.
Bagi Pengajar Bahasa
dan Sastra Indonesia
Penelitian ini dapat
digunakan sebagai salah satu penambah wawasan dalam pengajaran bahasa Indonesia
dalam rangka memperkenalkan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat.
3.
Bagi Peneliti
Selanjutnya
Bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik dalam bidang gaya bahasa, semoga lebih dapat
menyempurnakan penelitian ini atau dapat melakukan penelitian dalam bidang
bahasa namun memfokuskan pada permasalahan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin.
2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Bandung: Sinar Baru Agensindo.
Arikunto,
Suharsini. 1992. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika Cipta.
Chaer,
Abdul. 2007. Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Djojosubroto,
dkk. 2004. Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa
dan Sastra. Bandung: Nuansa.
Furchar,
Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Keraf, Gorys. 1990. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 1989. Metode-metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: PT. Garamedia Utama.
Kusno. 1985. Pengantar Tata Berbahasa Indonesia.
Bandung: Rosda.
Kridalaksana,
Harimurti. 2001. Kamus Lingustik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Moleong,
Lexi J. 2010. Metodologi Penelitian kualitatif
(Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Syamsuddin, dkk. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sugiarti,
Dra. 2001. Pengetahuan dan Kajian Prosa Fiksi. Malang: UMM Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung:
Aangkasa.