Halaman

Selasa, 11 Juni 2013

FILSAFAT KOSMOSENTIS



BAB II

PEBAHASAN
Dalam pembahasanini diterangkan mengenai pengertianfilsafat kosmosentris,teosentris danlogo sentris serta perihal yang menyangkut ketiganya.
2.1. FILSAFAT KOSMOSENTIS
Kosmologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Secara khusus,ilmuini berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek.Kosmologi dipelajari dalam astronomi,filosofi, dan agama.
Kosmologi berasal dari kata Yunani ³kosmos´ dan ³logos´. Sedangkan
kosmosentris berarti bersifat kosmologi. ³Kosmos´ berarti susunan, atau ketersusunan yang baik. Lawannya ialah ³khaos´, yang berarti ³kacau balau´.1 Sedangkan ³logos´juga berarti ³keteraturan´, sekalipun dalam ³kosmologi´lebih tepatdiartikan sebagai ³azas-azas rasional´.
Dalam sejarah filsafa barat,tercatat Phytagoras (580 ± 500 SM) merupakan
orang yang pertama kali memakai istilah ³kosmos´ sebagai terminologi filsafat. Bahkan dalam tradisiAristotelian, penyelidikan tentang keteraturan alam disebut
sebagai ³fisika´ (bukan dalam pengertian modern), danf ilsafat Skolastik memakai nama ³filsafat alami´ (philosophia naturalis) untuk menyebut hal yang sama.2 Istilah ³kosmologi´ (cosmology) dipakai pertama kali oleh Christian von Wolff dalam bukunya ³Discursus Praeliminaris de Philosophia in Genere´tahun 1728, dengan menempatkannya dalam skema pengetahuanf ilsafat sebagai cabang dari ³metafisika´ dan dibedakan dengan cabang-cabang metafisika yanglain seperti ³ontologi´, ³teologi metafisik´, maupun ³psikologi metafisik´.3
Dengan demikian, sejak ³klasifikasi Christian´, ³kosmologi´ dimengerti sebagai sebuah cabangf ilsafat yang membicarakan asal mula dan susunan alam semesta; dan dibedakan dengan ³ontologi´ atau ³metafisika umum´ yang


merupakan suatu telaah tentang watak-watak umum dari realitas natural dan supernatural;juga dibedakan dengan ³filsafat alam´ (The philosophy of nature) yang menyelidiki hukum-hukum dasar, proses dan klasifikasi objek-objek dalam alam.4 Namun demikian, walau secara definitif ³kosmologi´ dibedakan dengan ³ontologi´ maupun ³filsafat alam´, pemilahan yangtegas dalam analisis konseptual antara ketiga bidangtersebut merupakan suatu usaha yang sulit dikerjakan, mengingat objek material dan objekformal yang hampir sama.
Topik utama kosmologi filsafat menurut Hegel adalahtentang ³kontingensi´ (kemestian yang merujuk pada ³hukum´), ³kepastian´, ³keabadian´, batas-batas dan hukumformal dunia, kebebasan manusia, dan asal mula kejahatan. Namun rata-rataf ilsuf hanya mempersoalkan hakikat dan hubungan antara ruang dan waktu, dan persoalantentang hakikat kebebasan dan asal mula kejahatan sebagai materi telaah di luar bidang kosmologi.5 Secara umum bangunan pemikiran kosmologi filsafat berpijak pada prinsip-prinsipilmu ataupun dalil-dalil metafisis, sehingga pada satu sisi berkaitan denganfakta-fakta empiris, pada sisi lain berhubungan dengan kebenaran metafisistertentu. Dengan demikian dari pijakan
ini mudah dilihat bahwa kosmologi filsafatme milikinilaibiladia mampu memberi kerangka pemahamanterhadap peristiwa-peristiwa alami/kodrati, batas- batas dan ³hukum´ ruang-waktu ³dunia´, dan bagaimana ³keterbatasan manusiawi´tersebut mampu ³diatasi´.
Secara historis perkembangan kosmologi filsafat (barat) dimulai dari filsuf-
filsufalam pra-Sokratik, yang kemudian persoalan-persoalannya oleh Plato dalam
³Timaeus´ dan oleh Aristoteles dalam ³Physics´ disistematisir dan diperluas. Secara umum kosmologi filsafati di Yunani, dengan berbagai varian pemikiran, sepakat bahwa ruangjagad rayaini terbatas dan di bawah pengaruh hukum- hukum yangt idak dapat dirubah, yang memiliki ketentuan daniramatertentu. Perkembangan berikut, pada Abad Tengah, mulai diperkenalkan konsep-konsep ³penciptaan´ dan ³kiamat´, ³keajaiban´ dan ³pemeliharaan´ oleh Tuhan dalam kosmologi. Seirama dengan perkembanganilmu empiris, kosmologi filsafat jaman modern sebagaimana dikemukakan oleh Descartes, Leibniz, maupun Newton mengalihkan kecenderungan yang muncul pada Abadtengah kepada corak
pemikiran yang lebih dekat dengan pemikiran Yunani.Bahkan sejak Immanuel Kant,telaah kosmologi filsafati selalu dalam kaitan denganisue-isue metafisika. Varianlain yang berkembang dan perlu disebut adalah kosmologi modern yang lebih ³positif´ sebagaimana dikemukakan oleh Pierce, yang menyatakan bahwa pokok soal yang harus dijawab oleh kosmologi adalaht iga hal, yakni, prinsip-prinsip tentang perubahan, hukum, dan kontingensi kosmis.6
Varian ³pengimbang´ yanglain untuk pemikiran kontemporer adalah Whitehead, dengan ³mengembalikan´ kosmologi padalingkup ³hukum kodrat´ yanglebihluasterkait dengan kebudayaan danilmu.7
Secara sistematis, kosmologi filsafat dibedakan dalam empat kelompok varian besar dengan dasar pengelompokan: (1) Berpijak dari keyakinan ontis bahwa hakikat duniaitu ³jamak´ ataukah ³tunggal´ (monisme, pluralisme); (2)
Kedudukan manusia dalam kosmis (subjektivistis, objektivistis); (3) Esensi dan substansi manusia dengan esensi dan substansi dunia yanglain (penonjola ³perbedaan´ antara esensi dan substansi manusia dengan esensi dan substansi dunia yanglain pada: Husserl, Scheler, Hartman, dan Heidegger; pengutamaan pada ³kesamaan´ antara esensi dan substansi ³pengkosmos-pengkosmos´ pada: panpsikisme dan Whitehead); Dan (4) pendekatan sintesis (Bergson, Theilard de Chardin, dan kosmologi Pancasila).8
Klasifikasi yang dilakukan Bakker yang masih searah dengan kecenderungan
kosmologi post-Kantian, yakni mengaitkantelaah kosmologi dengan ³metafisika´, membawa kajian kosmologi pada pendekatanintegratif dengan bidang-bidang pokokf ilsafat yanglain, baikitu metafisika, epistemologi, aksiologi, maupunf ilsafat manusia. Terdapat dua konsekuensi yang meski diterima, bila pendekatan demikian yang dianut, yakni, pertama, kajian kosmologi
filsafatime njadikajian yang ³arbriter´, dalam artivarian-varian pandangan
metafisis dan pendekatan (orientasi epistemologis) meski dipertimbangkan dalam suatutelaah yang ³komprehensif´ dan ³dialogis´, karenatanpat it ik awal yang demikian yangterjadi adalah ³penghakiman´ atas suatu metafisika/ epistemologi oleh metafisika/epistemologi lain. Sebuah dimensi ³meta-metodologi-filsafat´
yang kurang disadari dalam telaah-telaahf ilsafat.Kedua,jangkar kajian pada ³faktisitas-kedirian´ dari ³aku´ (subjek eksistensial) sebagaimana mencul dalam pendekatan antropologi metafisis, membuka peluang untuk mengkaji kosmologi
filsafat tidak hanya pada tingkat³tradisi besar para filsuf´ namun juga berangkat
dari ³tradisi kecil´ manusia ³yang bukanf ilsuf´ dengan kerangka pendekatan ³sosio-empiris´. Dengan pendekatan ³sosiologi (pengetahuan) filsafat´, secara empiris bisa dilacak ³jangkar-jangkar sosial´ dari sesuatu yang sudah dianggap sebagai ³suatu pandangan dunia´ dari masyarakat tertentu, baikitu berkaitan dengan ³pandangan dunia secara holistik´, maupun aspek-aspek pemahaman
tertentu dari ³pandangan dunia´ masyarakat tersebut. Dari ³pandangan duni tersebut da patdijabarkan pemahaman manusia tentang dunianya, yakni aspek  kosmologi tentang waktu,terutama berkaitan dengan ³keyakinan´ (antropologis) orangtentang adanya pengaruh waktu (wataktahun, bulan, hari, danjam) terhadap manusia.
Secara sistematis, perspektif-perspektif kosmologi metafisistentang ³waktu´, sebagaimana banyaknya varian pendekatan dalam kosmologi, secara garis besar dapat dipilah dalam empat kelompok, yakni: (1)Subjektivisme yang menyatakan bahwa waktu merupakan sesuatu yangtidak nyata, hanya bersifat subjektif-individual. Pemikiran yang demikian dianut oleh Parmenides, Zeno,
Budhisme, Advaita Vedanta, Descartes, Leibniz, Locke, Hume, Berkeley, Fichte, Scheling, Hegel,Kant,Morris Schlick,Reichenbach, dan Carnap; (2)Realisme Ekstrem yang menyatakan bahwa waktu merupakan realitas absolut yang
universal,t idak mempunyai kesatuan yangintrinksik dan hanya menunjukkan urutan-urutan murni.Kosmologi yang demikian dapat ditemukan pada kosmologi Indonesia/Jawa, Jaina, Nyanya, Vaiseshika, Gassendi, Newton, Clarke, Whitehead, dan Alexander; (3)Realisme lunak, yang menyatakan bahwa waktu merupakan aspek perubahan yang nyata, sekalipun dihasilkan oleh subjek yang berabstraksi. Corak kosmologi yang demikian nampak pada pemikiran Aristoteles, Agustinus, Thomas Aquinas, Einstein, dan kosmologi Pancasila; Dan (4)Subjektivisme lunak yang menerima waktu sebagai suatu yang heterogen sebagaimana dikemukakan olehBergson, atau sebagai dimensi historis dari
pribadi, sebagaimana diyakini oleh eksistensialisme.9 Dari ³peta kosmologi´ di atas,terlihat bahwatradisi kosmologi timur paling dominan diwarnai oleh subjektivisme dan realisme ekstrem. Dari berbagai varian yang adaitu pula, kiranya dengan mudah dapat dilihat ³konsekuensi-konsekuensi logis´ dari suatu varian pemikiran kosmosentristerhadap pandangan manusiatentang aspek-aspek lain darike hidupannya.
2.2 FILSAFAT TEOSENTIS
Filsafat teosentris adalah sebuah pemikiran dimana semua proses dalam kehidupan di muka bumi ini akan kembali kepada Tuhan. Pada f ilsafat abad pertengahan, pemikiran-pemikiran selalu berdasarkan peraturan agama, kitab suci, dantradisi agama, segala sesuatu yang bertentangan dianggap salah.Manusia sebagai viator mundi (khalifah yang berziarah diduniaini), sedangkan zaman kini
lebih ke faber mundi (manusia yang menciptakan dunianya).
Pemikir yangterkenal menggunakanfilsafat teosentris adalah al-Ghazali denganf ilsafat pendidikannya, yang didalamnya memuat asasteologis, dimana konsep antroposentris merupakan bagian esensial dari konsepteosentris.
Kattsoff pada bukunya Elements of Phylosophy membuktikan adanya Tuhan
dengan mengibaratkan ketika seseorangterdampar sendirian di sebuah pulau dan
tiba-tiba dia menemukan suatu alatmeka nis yang tersusun menjadis uatu sistem
rumit yangtersusuntertib.Maka orangtersebut akan berfikir bahwa adanya alat
mekanis yang rumit tersebut menunjukkan adanya pencipta alat tersebut dan
tujuan dibuatnya alat tersebut. Demikian halnya dengan alam semesta yang luar
biasa rumit namuntersusun dengan baik dantertib, begitujuga dengan sistem
tubuh manusia. Susunan yang tertib tersebutpa sti mengandung arti adanya suatu
tujuan, karena ³tujuan´ berarti³tujuan yang ingin dicapaioleh seseorang/sesuatu
penciptanya´.Kemudian dari pembuktiantersebut muncul pertanyaan ³Mengapa saya ada (di sini?)´, yang maksudnya adalah merekatidak akan ditakdirkanlahir kecuali apabila adanya mereka mempunyai suatutujuan.
William E. Hocking memiliki pemikiran dalamf ilsafat teosentris mengenai Tuhan sebagai sumber segala pengetahuan. Hocking menyatakan bahwa setiap orang pasti akan menghadapi oranglain (masyarakat), obyek-obyek kejasmanian yang diketahui olehindera (alam), dan obyek-obyek kejiwaan yang merupakan diri (diri). Dan ketika seseorang meneliti ketiganya dengan sebuah metode, akhirnya akan sampai pada sebuah kesimpulan bahwa ada sesuatu Yang Lain sebagai kenyataan yang di dalamnya dan melaluinya kita memperoleh pengetahuantersebut.
Selainitu Hockingjuga memiliki sebuah pemikiran bahwa Tuhan merupakan suatu kenyataan pendahuluan yang harus ada. Inti dari pemikiranini terletak pada watak alam yang mengharuskan adanya Sang Pencipta. Dengan demikian maka Tuhan merupakan suatu premisme harus ada bagi adanya dunia dan bukan hanya hipotesa belaka.
2.3FILSAFATLOGOSENTIS
Disadari atau tidak disadari, cara berpikir manusia modern,tak lepas juga
dari pengaruh perkembangan pemikiran dalamf ilsafat.Meski bisa jadi seseorang
tak pernah belajar filsafat langsung, namun bukan berarti cara berpikir yang
berasal dari perkembanganfilsafat tak bisa mempengaruhi kita. Lebihjauhlagi, dalamilmu pengetahuanpun bisa dikatakan sebagian besar perkembangan pernik- pernikilmu di dalamnya begitu dipengaruhi perkembanganf ilsafat, yang dalam hal ini lebih mengarah pada Filsafat Barat, ketimbang Filsafat Islam atau Filsafat Timur. Filsafat Barat ini pada umumnya merupakan sebuah pemikiran yang hampir selalu berpolal ogos e ntris. Di sinilah kelak muncul apaitu yang disebut
logika, dengan berbagaid erivasinya.
Logosentris secara sederhana bisa dikatakan sebagai cara berpikir yang berpusat padal ogos. Secara umum, dalam terjemahan-terjemahan (yang menurut saya juga sedikit misleading),logos kerap diterjemahkan sebagai ³ilmu´. Jadi kalau ada kata ³psikologi´, maka orang-orang psikologi barangkali akrab dengan terjemahan ³Psike´ plus ³logos´ yang diparalelkan dengan ³Jiwa´ plus ³ilmu´, sehinggaterjemahan Psikologi adalah ³Ilmu Jiwa´. Takjauh beda dalam terjemahan Alkitab bahasa Indonesia, logos diterjemahkan sebagai³Firman´sehingga kalimat dalam Yohanes 1:1 yang berbunyi: ³en arche en hologos´ diterjemahkan sebagai ³Pada awalnya adalah Firman´. Logos sejatinya bukan secara mudah bisa diterjemahkan baik sebagai ³ilmu´ maupun ³firman´. Apa yang kurang-lebihtepat untuk menerjemakanlogos adalah ³kata-kata yang menjadi pengetahuan´, atau dengan katalain perkataan atau kata sebagai manifestasi dari pikiran manusia. Dengan demikianterdapatlah suatu suatujalinan yang kuat antara pikiran dan kata yang dimanifestasikan dalam bahasa.11 Logos dalamf ilsafat Barat lebih sering dipahami sebagai absolusitas yang berada di ujung sebuah alurlinier. Ada banyaklogos dalamf ilsafat:iman, rasio, monad, atom danlain sebagainya.
Istilah logika pertama kali digunaka pada Cicero (abad 1 SM) dalam arti seni berdebat. Alexander Aphrodisias (abad 3M) adalahf ilusuf pertama yang menggunakan katalogika dalam arti ilmu yang menyelidiki tingkat kelurusan pikiran manusia. Pada dasarnyalogika menjadi asas penentu pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Dengan menerapkan hukum-hukum pemikiran yang lurus, tepat dan sehatkita dimasukkan ke dalam lapangan logika, sebagai suatu kecakapan. Hal ini menyatakan bahwalogika bukanlahteori belaka,logikanjuga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Inilah sebabnya mengapalogika disebut filsafat yang praktis.
Popkin dan Stroll menguraikanlebih dahulu perbedaan antara Etika, Metafisika lalu Logika sebagaiba gian dari filsafat. Bila seseorang memikirkan persoalan tingkahlaku, makaia akan masukf ilsafat dalam bidang etika; bila yang menjadi perhatian baginya adalah alam semesta, makaia masukf ilsafat dalam metafisika. Tetapi bila ia memperhatikan tentang cara berfikir itu sendiri, maka yang dimasukinya adalah dunia filsafat dalam bidanglogika (Filsafat Logosentris).
Sebagai salah satu cabangf ilsafat, maka logika dapat dibagi menjadi:
1) Logika dalam arti sempit dapat disama artikan denganlogika deduktif atau
logika formal. Logika deduktifa dalah logika yang mempelajariasa s- asa s
penalaran yang bersifat deduktif, yaitu penalaran yang menurunkan suatu
kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirannya. Logikaformal mempelajarai asas-asas, aturan-aturan atau hukum-hukum yang harus ditaati, agar dapat berpikir dengan benar sehingga dapat memperoleh kebenaran.
2)L ogika dalam arti luas mencakup perbincangan yang sistematis mengenai pencapaian kesimpulan-kesimpulan dari pelbagai bukti dantentang bagaimana sistem-sistem penjelasan disusun dalamilmu alam,termasuk penjelasanlogika di dalamnya.
3) Logikainduktif  adalah logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang benar yang berawal dari hal yang khusus sampai pada kesimpulan yang bersifat umum, yang bersifat bolehjadi atau kemungkinan.
4) Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal (sumber-sumber dan asalnya pengetahuan), serta menguji hasil-hasil logikaformal dan mengujinya.
5) Logika murni merupakan pengetahuan mengenai asas-asas dan aturan-aturan
logika yang berlaku umum pada semua segi.
6) Logikaterapan adalah pengetahuanlogika yang diterapkan dalam setiap cabangilmu, bidang-bidangf ilsafat, danjuga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari.
7) Logikaf ilsafat adalah suatu ragam atau bagianlogika yang berkaitan dengan
pembahasan-pembahasan dalam bidangf ilsafat.
8) Logika matematik merupakan suatu bentuklogika yang mengkaji penalaran
yang benar dengan menggunakan metode-metode matematik.
Di samping pembagiantersebut, Alex Lanur Ofm berpendapat bahwalogika dapat dibedakan atas dua macam, namun keduanyat idak dapat dipisahkan satu samalain.Kedualogikatersebut adalah:
1) Logika kodratiah adalah pengaruh dari dalam diri manusia yangt imbul secara spontan yang cenderung subyektif. Logika kodratiah seringkali menyesatkan akal budi yang dapat bekerja secara obyektif.
2)L ogika ilmiah adalah logika yang membantu logika kodratiah dengan
memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar