BAB II
PEBAHASAN
Dalam pembahasanini diterangkan
mengenai pengertianfilsafat
kosmosentris,teosentris danlogo sentris serta perihal yang menyangkut ketiganya.
2.1. FILSAFAT KOSMOSENTIS
Kosmologi adalah ilmu
yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Secara khusus,ilmuini
berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek.Kosmologi dipelajari
dalam astronomi,filosofi, dan agama.
Kosmologi berasal
dari kata Yunani ³kosmos´ dan ³logos´. Sedangkan
kosmosentris berarti bersifat kosmologi. ³Kosmos´ berarti susunan, atau ketersusunan yang baik.
Lawannya ialah ³khaos´, yang berarti
³kacau balau´.1 Sedangkan ³logos´juga berarti ³keteraturan´, sekalipun dalam
³kosmologi´lebih tepatdiartikan
sebagai ³azas-azas rasional´.
Dalam sejarah filsafa barat,tercatat Phytagoras (580 ± 500 SM) merupakan
orang yang pertama
kali memakai istilah ³kosmos´ sebagai terminologi filsafat. Bahkan dalam tradisiAristotelian, penyelidikan tentang
keteraturan alam disebut
sebagai ³fisika´ (bukan dalam pengertian modern),
danf ilsafat Skolastik memakai
nama ³filsafat alami´ (philosophia
naturalis) untuk menyebut hal yang sama.2 Istilah ³kosmologi´ (cosmology) dipakai pertama
kali oleh Christian von
Wolff dalam bukunya ³Discursus
Praeliminaris de Philosophia in Genere´tahun 1728,
dengan menempatkannya dalam skema pengetahuanf ilsafat
sebagai cabang dari ³metafisika´ dan dibedakan
dengan cabang-cabang metafisika yanglain seperti ³ontologi´, ³teologi metafisik´, maupun ³psikologi metafisik´.3
Dengan demikian,
sejak ³klasifikasi Christian´, ³kosmologi´ dimengerti sebagai sebuah cabangf ilsafat yang
membicarakan asal mula dan susunan alam semesta; dan dibedakan dengan
³ontologi´ atau ³metafisika umum´ yang
merupakan
suatu telaah tentang
watak-watak umum dari realitas natural dan supernatural;juga dibedakan
dengan ³filsafat alam´ (The philosophy of nature) yang menyelidiki hukum-hukum dasar, proses dan klasifikasi
objek-objek dalam
alam.4 Namun demikian, walau
secara definitif
³kosmologi´ dibedakan
dengan ³ontologi´
maupun ³filsafat alam´, pemilahan
yangtegas dalam analisis konseptual antara
ketiga bidangtersebut
merupakan suatu usaha yang sulit dikerjakan,
mengingat objek
material dan objekformal yang hampir sama.
Topik utama
kosmologi filsafat menurut Hegel adalahtentang ³kontingensi´ (kemestian
yang merujuk pada ³hukum´), ³kepastian´, ³keabadian´, batas-batas dan
hukumformal dunia, kebebasan manusia, dan asal mula kejahatan. Namun rata-rataf
ilsuf hanya mempersoalkan hakikat dan hubungan antara ruang dan waktu, dan
persoalantentang hakikat kebebasan dan asal mula kejahatan sebagai materi telaah di luar bidang kosmologi.5 Secara umum bangunan pemikiran
kosmologi filsafat berpijak pada prinsip-prinsipilmu ataupun dalil-dalil metafisis, sehingga pada satu sisi berkaitan denganfakta-fakta empiris, pada sisi lain berhubungan dengan kebenaran metafisistertentu. Dengan demikian dari pijakan
ini mudah dilihat bahwa kosmologi filsafatme milikinilaibiladia mampu memberi
kerangka pemahamanterhadap peristiwa-peristiwa
alami/kodrati, batas- batas dan
³hukum´ ruang-waktu ³dunia´, dan bagaimana ³keterbatasan manusiawi´tersebut
mampu ³diatasi´.
Secara historis
perkembangan kosmologi filsafat (barat) dimulai dari filsuf-
³Timaeus´ dan oleh
Aristoteles dalam ³Physics´ disistematisir
dan diperluas. Secara umum kosmologi filsafati di Yunani, dengan berbagai varian
pemikiran, sepakat bahwa ruangjagad rayaini
terbatas dan di bawah pengaruh hukum- hukum yangt idak dapat dirubah, yang memiliki ketentuan daniramatertentu.
Perkembangan berikut, pada Abad Tengah, mulai diperkenalkan konsep-konsep
³penciptaan´ dan ³kiamat´, ³keajaiban´ dan ³pemeliharaan´ oleh Tuhan dalam
kosmologi. Seirama dengan perkembanganilmu
empiris, kosmologi filsafat jaman
modern sebagaimana dikemukakan oleh Descartes, Leibniz, maupun Newton
mengalihkan kecenderungan yang muncul pada Abadtengah kepada corak
pemikiran yang lebih
dekat dengan pemikiran Yunani.Bahkan sejak Immanuel Kant,telaah kosmologi filsafati
selalu dalam kaitan denganisue-isue
metafisika. Varianlain yang berkembang dan perlu disebut adalah kosmologi
modern yang lebih ³positif´ sebagaimana dikemukakan oleh Pierce, yang menyatakan bahwa pokok soal yang harus dijawab
oleh kosmologi adalaht iga hal,
yakni, prinsip-prinsip tentang perubahan, hukum, dan kontingensi kosmis.6
Varian ³pengimbang´
yanglain untuk pemikiran kontemporer adalah Whitehead,
dengan ³mengembalikan´ kosmologi padalingkup ³hukum kodrat´
yanglebihluasterkait dengan kebudayaan danilmu.7
Secara sistematis, kosmologi filsafat dibedakan dalam
empat kelompok varian besar dengan dasar pengelompokan: (1) Berpijak
dari keyakinan ontis bahwa hakikat
duniaitu ³jamak´ ataukah ³tunggal´
(monisme, pluralisme); (2)
Kedudukan manusia
dalam kosmis (subjektivistis, objektivistis); (3) Esensi dan substansi manusia
dengan esensi dan substansi dunia yanglain (penonjola ³perbedaan´ antara esensi
dan substansi manusia dengan esensi dan substansi dunia yanglain pada: Husserl,
Scheler, Hartman, dan Heidegger; pengutamaan pada ³kesamaan´ antara esensi dan
substansi ³pengkosmos-pengkosmos´ pada: panpsikisme dan Whitehead); Dan (4)
pendekatan sintesis (Bergson, Theilard de Chardin, dan kosmologi Pancasila).8
Klasifikasi
yang dilakukan Bakker yang masih
searah dengan kecenderungan
kosmologi post-Kantian, yakni
mengaitkantelaah kosmologi dengan ³metafisika´,
membawa kajian kosmologi pada
pendekatanintegratif dengan bidang-bidang pokokf ilsafat yanglain, baikitu metafisika, epistemologi, aksiologi, maupunf ilsafat manusia.
Terdapat dua konsekuensi yang meski diterima, bila
pendekatan demikian
yang dianut, yakni,
pertama, kajian kosmologi
filsafatime
njadikajian yang ³arbriter´, dalam artivarian-varian pandangan
metafisis dan pendekatan (orientasi epistemologis) meski dipertimbangkan dalam suatutelaah
yang ³komprehensif´ dan ³dialogis´, karenatanpat it ik awal yang demikian yangterjadi adalah ³penghakiman´ atas suatu metafisika/ epistemologi oleh metafisika/epistemologi lain.
Sebuah dimensi ³meta-metodologi-filsafat´
yang kurang disadari
dalam telaah-telaahf ilsafat.Kedua,jangkar kajian pada ³faktisitas-kedirian´
dari ³aku´ (subjek eksistensial) sebagaimana mencul dalam pendekatan
antropologi metafisis, membuka peluang
untuk mengkaji kosmologi
filsafat tidak hanya pada tingkat³tradisi
besar para filsuf´ namun juga berangkat
dari ³tradisi kecil´
manusia ³yang bukanf ilsuf´ dengan kerangka pendekatan ³sosio-empiris´. Dengan
pendekatan ³sosiologi (pengetahuan) filsafat´, secara empiris bisa dilacak
³jangkar-jangkar sosial´ dari sesuatu yang sudah dianggap sebagai ³suatu
pandangan dunia´ dari masyarakat tertentu,
baikitu berkaitan dengan ³pandangan dunia secara holistik´, maupun aspek-aspek pemahaman
tertentu dari ³pandangan dunia´ masyarakat tersebut. Dari
³pandangan dunia´ tersebut da
patdijabarkan pemahaman manusia tentang
dunianya, yakni aspek kosmologi tentang
waktu,terutama berkaitan dengan
³keyakinan´ (antropologis) orangtentang adanya pengaruh waktu (wataktahun,
bulan, hari, danjam) terhadap manusia.
Secara sistematis, perspektif-perspektif kosmologi metafisistentang ³waktu´, sebagaimana banyaknya varian pendekatan
dalam kosmologi, secara garis besar dapat dipilah dalam empat kelompok, yakni:
(1)Subjektivisme yang menyatakan
bahwa waktu merupakan sesuatu yangtidak nyata, hanya bersifat subjektif-individual. Pemikiran yang demikian
dianut oleh Parmenides, Zeno,
Budhisme, Advaita Vedanta, Descartes, Leibniz, Locke, Hume, Berkeley, Fichte, Scheling, Hegel,Kant,Morris
Schlick,Reichenbach, dan Carnap; (2)Realisme Ekstrem yang menyatakan bahwa
waktu merupakan realitas absolut yang
universal,t idak mempunyai kesatuan yangintrinksik
dan hanya menunjukkan urutan-urutan murni.Kosmologi yang demikian dapat
ditemukan pada kosmologi Indonesia/Jawa, Jaina, Nyanya, Vaiseshika, Gassendi,
Newton, Clarke, Whitehead, dan Alexander; (3)Realisme
lunak, yang menyatakan bahwa waktu merupakan aspek perubahan yang nyata,
sekalipun dihasilkan oleh subjek yang berabstraksi. Corak kosmologi yang
demikian nampak pada pemikiran Aristoteles, Agustinus, Thomas Aquinas, Einstein, dan kosmologi Pancasila; Dan (4)Subjektivisme lunak yang menerima waktu
sebagai suatu yang heterogen sebagaimana dikemukakan olehBergson, atau sebagai
dimensi historis dari
pribadi, sebagaimana
diyakini oleh eksistensialisme.9 Dari ³peta kosmologi´ di atas,terlihat
bahwatradisi kosmologi timur paling
dominan diwarnai oleh subjektivisme
dan realisme ekstrem. Dari berbagai varian yang adaitu pula, kiranya dengan mudah dapat dilihat
³konsekuensi-konsekuensi logis´ dari
suatu varian pemikiran kosmosentristerhadap pandangan manusiatentang
aspek-aspek lain darike hidupannya.
2.2 FILSAFAT TEOSENTIS
Filsafat teosentris adalah sebuah pemikiran
dimana semua proses dalam kehidupan di muka bumi ini akan kembali kepada Tuhan. Pada f ilsafat abad pertengahan, pemikiran-pemikiran selalu
berdasarkan peraturan agama, kitab suci, dantradisi agama, segala sesuatu yang
bertentangan dianggap salah.Manusia sebagai
viator mundi (khalifah yang berziarah
diduniaini), sedangkan zaman kini
lebih ke
faber mundi (manusia yang menciptakan
dunianya).
Pemikir yangterkenal
menggunakanfilsafat teosentris adalah al-Ghazali denganf ilsafat pendidikannya, yang
didalamnya memuat asasteologis, dimana konsep antroposentris merupakan bagian
esensial dari konsepteosentris.
Kattsoff pada bukunya Elements
of Phylosophy membuktikan adanya
Tuhan
dengan mengibaratkan
ketika seseorangterdampar sendirian
di sebuah pulau dan
tiba-tiba dia
menemukan suatu alatmeka nis yang tersusun menjadis uatu
sistem
rumit yangtersusuntertib.Maka orangtersebut akan berfikir
bahwa adanya alat
mekanis yang rumit
tersebut menunjukkan adanya pencipta alat tersebut
dan
tujuan dibuatnya alat tersebut. Demikian halnya dengan
alam semesta yang luar
biasa rumit namuntersusun dengan baik dantertib,
begitujuga dengan sistem
tubuh manusia. Susunan yang tertib tersebutpa sti
mengandung arti adanya suatu
tujuan, karena
³tujuan´ berarti³tujuan yang ingin dicapaioleh
seseorang/sesuatu
penciptanya´.Kemudian
dari pembuktiantersebut muncul
pertanyaan ³Mengapa saya ada (di sini?)´, yang maksudnya adalah merekatidak
akan ditakdirkanlahir kecuali apabila adanya mereka mempunyai suatutujuan.
William E. Hocking
memiliki pemikiran dalamf ilsafat teosentris
mengenai Tuhan sebagai sumber segala pengetahuan. Hocking menyatakan bahwa setiap orang pasti akan menghadapi oranglain (masyarakat), obyek-obyek kejasmanian yang diketahui olehindera (alam), dan
obyek-obyek kejiwaan yang merupakan diri (diri). Dan ketika seseorang meneliti ketiganya
dengan sebuah metode, akhirnya akan sampai pada sebuah kesimpulan bahwa ada
sesuatu Yang Lain sebagai kenyataan yang di dalamnya dan melaluinya kita
memperoleh pengetahuantersebut.
Selainitu Hockingjuga memiliki sebuah pemikiran
bahwa Tuhan merupakan suatu kenyataan pendahuluan yang harus ada. Inti dari pemikiranini terletak pada watak alam yang mengharuskan adanya Sang
Pencipta. Dengan demikian maka Tuhan merupakan suatu premisme harus ada bagi
adanya dunia dan bukan hanya hipotesa belaka.
2.3FILSAFATLOGOSENTIS
Disadari atau tidak
disadari, cara berpikir manusia modern,tak lepas juga
dari pengaruh
perkembangan pemikiran dalamf ilsafat.Meski bisa jadi seseorang
tak pernah belajar filsafat langsung, namun bukan berarti cara berpikir yang
berasal dari
perkembanganfilsafat tak bisa
mempengaruhi kita. Lebihjauhlagi, dalamilmu pengetahuanpun bisa dikatakan
sebagian besar perkembangan pernik- pernikilmu di dalamnya begitu dipengaruhi
perkembanganf ilsafat, yang dalam hal ini lebih mengarah pada Filsafat Barat, ketimbang Filsafat Islam
atau Filsafat Timur. Filsafat Barat ini pada umumnya merupakan sebuah
pemikiran yang hampir selalu berpolal ogos e
ntris. Di sinilah kelak muncul apaitu
yang disebut
logika, dengan berbagaid erivasinya.
Logosentris secara
sederhana bisa dikatakan sebagai cara berpikir yang berpusat padal ogos. Secara umum, dalam terjemahan-terjemahan
(yang menurut saya juga sedikit misleading),logos
kerap diterjemahkan sebagai ³ilmu´. Jadi kalau ada kata ³psikologi´, maka
orang-orang psikologi barangkali akrab dengan terjemahan ³Psike´ plus ³logos´ yang diparalelkan dengan
³Jiwa´ plus ³ilmu´,
sehinggaterjemahan Psikologi adalah ³Ilmu Jiwa´. Takjauh beda dalam terjemahan Alkitab
bahasa Indonesia, logos diterjemahkan sebagai³Firman´sehingga kalimat dalam Yohanes 1:1 yang
berbunyi: ³en arche en hologos´ diterjemahkan sebagai ³Pada awalnya adalah
Firman´. Logos sejatinya bukan secara
mudah bisa diterjemahkan baik sebagai ³ilmu´ maupun ³firman´. Apa yang kurang-lebihtepat untuk menerjemakanlogos adalah
³kata-kata yang menjadi pengetahuan´, atau dengan katalain perkataan atau kata
sebagai manifestasi dari pikiran manusia. Dengan demikianterdapatlah suatu suatujalinan yang kuat antara
pikiran dan kata yang dimanifestasikan dalam bahasa.11 Logos dalamf ilsafat Barat lebih sering dipahami sebagai absolusitas yang berada di ujung sebuah
alurlinier. Ada banyaklogos dalamf ilsafat:iman, rasio, monad, atom danlain
sebagainya.
Istilah
logika pertama
kali digunaka pada Cicero (abad 1 SM) dalam
arti seni berdebat. Alexander
Aphrodisias (abad
3M) adalahf ilusuf pertama
yang menggunakan katalogika dalam
arti ilmu yang menyelidiki
tingkat kelurusan pikiran
manusia. Pada dasarnyalogika
menjadi asas penentu pemikiran
yang lurus, tepat dan sehat.
Dengan menerapkan hukum-hukum pemikiran yang
lurus, tepat dan sehatkita dimasukkan ke dalam lapangan logika, sebagai
suatu kecakapan. Hal ini
menyatakan bahwalogika bukanlahteori belaka,logikanjuga merupakan suatu
ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Inilah
sebabnya mengapalogika disebut filsafat yang praktis.
Popkin dan Stroll menguraikanlebih dahulu perbedaan
antara Etika, Metafisika lalu Logika
sebagaiba gian dari filsafat. Bila seseorang memikirkan persoalan tingkahlaku, makaia akan masukf
ilsafat dalam bidang etika;
bila yang menjadi perhatian baginya
adalah alam semesta, makaia masukf ilsafat dalam metafisika. Tetapi bila ia memperhatikan
tentang cara berfikir itu sendiri, maka yang dimasukinya adalah
dunia filsafat dalam bidanglogika
(Filsafat Logosentris).
Sebagai salah satu
cabangf ilsafat, maka logika dapat
dibagi menjadi:
1) Logika dalam arti
sempit dapat disama artikan
denganlogika deduktif atau
logika
formal. Logika deduktifa dalah logika yang mempelajariasa s- asa s
penalaran yang
bersifat deduktif, yaitu penalaran
yang menurunkan suatu
kesimpulan sebagai kemestian
dari pangkal pikirannya. Logikaformal mempelajarai asas-asas, aturan-aturan
atau hukum-hukum yang harus ditaati, agar dapat berpikir dengan benar
sehingga dapat memperoleh kebenaran.
2)L ogika dalam arti luas mencakup perbincangan
yang sistematis mengenai
pencapaian kesimpulan-kesimpulan dari pelbagai bukti dantentang bagaimana sistem-sistem
penjelasan disusun dalamilmu alam,termasuk penjelasanlogika di dalamnya.
3) Logikainduktif adalah logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang benar yang berawal
dari hal yang khusus sampai pada kesimpulan yang bersifat umum, yang bersifat bolehjadi atau kemungkinan.
4) Logika material
mempelajari langsung pekerjaan akal
(sumber-sumber dan asalnya pengetahuan), serta menguji hasil-hasil logikaformal
dan mengujinya.
5) Logika murni
merupakan pengetahuan mengenai asas-asas dan aturan-aturan
logika
yang berlaku umum pada semua segi.
6) Logikaterapan
adalah pengetahuanlogika yang diterapkan dalam setiap cabangilmu, bidang-bidangf ilsafat, danjuga dalam
pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari.
7) Logikaf ilsafat adalah
suatu ragam atau bagianlogika yang
berkaitan dengan
pembahasan-pembahasan
dalam bidangf ilsafat.
8) Logika matematik merupakan suatu bentuklogika yang
mengkaji penalaran
yang benar dengan
menggunakan metode-metode matematik.
Di samping
pembagiantersebut, Alex Lanur Ofm berpendapat bahwalogika dapat dibedakan atas
dua macam, namun keduanyat idak dapat
dipisahkan satu samalain.Kedualogikatersebut adalah:
1) Logika kodratiah adalah pengaruh dari dalam diri
manusia yangt imbul secara spontan
yang cenderung subyektif. Logika
kodratiah seringkali menyesatkan akal budi yang dapat bekerja secara obyektif.
2)L ogika ilmiah adalah
logika yang membantu logika
kodratiah dengan
memperhalus,
mempertajam pikiran serta akal budi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar