BAB I
ANALISIS PUISI
Hal
yang kami analisis adalah puisi Karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Pada Suatu
Hari Nanti. Didalam puisi ini ada
beberapa yang kami analisis baik dari bait-bait puisinya maupun ciri khas
pengarangnya.
Pada
Suatu Hari Nanti
Pada
suatu hari nanti
Jasadku
takan ada lagi
Tapi
dalam baid-baid sajak ini
Kau
takkan kurelakan sendiri
Pada
suatu hari nanti
Suaraku
takkan terdengar lagi
Tapi
diantara lirik-lirik sajak ini
Kau
akan tetap kusiasati
Pada
suatu hari nanti
Impianku
pun tak dikenal lagi
Namun
disela-sela hirup sajak ini
Kau
takkan letih-letihnya kucari
Karya
sapardi djoko damono
Adapun tema
yang menjadi dasar puisi tersebut adalah perasaan cinta pada seseorang,
perasaan cinta mengungkapkan bahwa aku lirik tidak akan meninggalakn seorang
terseebut walaupun menininggal dunia.
Suasana dan nada yang tergambar pada “pada puisi suatu hari nanti”
adalah khusuk, sedih, namun menyiratkan sebuah optimisme
Amanat yang terkandung dalam puisi tersebut bahwa
penulis ingin menyampaikan pesan pada orang-orang terdekat yang selama ini
dicintai dan mencintainya bahwa dirinya akan selalu ada meskipun secara jasad
telah tiada. Keberadaaan dirinya akan selalu dirasakan melalaui karya puisi
yang ditulisnya. Puisi-puisinyalah yang akan menemani setiap orang yang
merindukannnya.
Adapun
pengimajian perasaan pengarang adalah tentang teringatnya bahwa hidup ini akan ada
akhirnya sehingga selama dia hidup
pengarang menuangkan perasaan dan cintanya lewat baid-baid syair yang dibuat.
Tipografi
atau ekspresi wajah dapat dilihat dari suasana atau nada dari puisi tersebut
tersebut seperti wajah yang khusuk dan sedih namun tersurat sirat optimisme
pengarang untuk berkarya selama hidupnya.
Sedangkan
unsur stilistika yang terkandung dari puisi tersebut adalah menggunakan gaya
bahasa atau majas yang bersifat merendah menggunakan intonasi yang rendah pula karna
puisi ini merupakan puisi yang sedih dan khusuk namun tersirat makna optimisme yang
tinggi.
Dilihat dari
unsur Estetika yaitu seni keindahan yang terkandung dari puisi tersebut
seperti;
·
wujudnya merupakan suatu bentuk dari puisi. Jika
dlihat dari isinya maka bentuk puisi tersebut merupakan puisi Elegi yaitu puisi
yang mengungkapkan sesuatu dengan mendayu-dayu dan menyayat hati, seperti
halnya dalam puisi karya damono tersebut yang sedih, menyayat hati namun
menyiratkan sebuah rasa optimisme.
·
Dalam puisi karya damono yang berjudul pada suatu hari
nanti menonjolkan rasa optimisme, bahwa pada suatu hari nanti bahwa jasad itu
takkan ada lagi namun itu semua tidak membuatnya untuk berhenti berkarya selama
masih punya jasad dan dapat bernafas.
·
sedangkan penampilannya puisi tersebut dapat dilihat
dari setiap akhir baid-baid puisi itu berakhiran fonem ( i ).
BAB II
ANALISIS CERITA DAERAH
********
LEGENDA PUTRI MANDALIKE
Oleh
: Indotim
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di pantai Selatan
Pulau Lombok, berdiri sebuah kerajaan yang bernama Tunjung Bitu. Kerajaan tersebut diperintah oleh seorang Raja yang bernama Raja
Tonjang Beru dengan permaisurinya, Dewi Seranting. Tonjang Beru adalah seorang
raja yang arif dan bijaksana. Seluruh rakyatnya hidup makmur, aman dan sentosa.
Mereka sangat bangga mempunyai raja yang arif dan bijaksana itu. Raja Tonjang
Beru memiliki seorang Putri yang cantik jelita, cerdas dan bijaksana, namanya
Putri Mandalika. Di samping cantik dan cerdas, Putri Mandalika juga terkenal
ramah dan sopan. Tutur bahasanya sangat lembut. Seluruh rakyat negeri sangat
sayang terhadap sang Putri.
Kecantikan dan keelokan perangai Putri Mandalika sudah tersohor ke
berbagai negeri, bahkan sampai ke negeri seberang. Para pangeran dari berbagai
kerajaan juga telah mendengar berita tersebut. Setiap pangeran yang melihat
kecantikan dan keanggunan sang Putri menjadi mabuk kepayang. Seakan telah
terjadwalkan, para pangeran tersebut datang secara bergantian untuk melamar sang
Putri.
Suatu keanehan pada diri Putri Mandalika. Setiap pangeran yang datang
melamarnya, tak satu pun yang ia tolak. Namun, para pangeran tersebut tidak
menerima jika sang Putri diperistri oleh banyak pangeran. Maka mereka pun
bersepakat untuk mengadu keberuntungan melalui peperangan. Siapa yang menang
dalam peperangan itu, maka dialah yang berhak memperistri sang Putri.
Dengan
sepenuh perasaan halus dan lembut , Putri Mandalika menampik. Para
pangeran jadi kecewa. Dua pangeran amat murka menerima kenyataan itu.
Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dari Johor dan
Pangeran Maliawang dari kerajaan Lipur. Datu
Teruna mengutus Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman
hancurnya kerajaan Tonjang Beru bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran
Maliawang mengirim Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat dan ancaman
yang serupa.
Suatu hari, berita tentang akan terjadinya peperangan antara beberapa
kerajaan sampai pula ke telinga Raja Tonjang Beru. Sang Raja segera memanggil
putrinya untuk membicarakan masalah tersebut. “Wahai, Putriku! Ayahanda
mendengar bahwa di negeri ini akan terjadi malapetaka besar. Seluruh pangeran
yang pernah datang melamarmu akan mengadakan perang. Mereka bersepakat, siapa
yang menang dalam perang itu, dialah yang akan menjadi suamimu,” kata sang Raja
kepada putrinya.
“Putri sudah mendengar berita itu, Ayahanda,” jawab sang Putri dengan
tenang. “Lalu, apa yang akan kita lakukan agar pertumpahan darah itu tidak
terjadi?” tanya sang Raja khawatir. “Maafkan Putri, Ayahanda! Ini semua salah
Putri, karena telah menerima semua lamaran mereka. Jika Ayahanda berkenan,
izinkanlah Putri yang menyelesaikan masalah ini,” pinta sang Putri. “Baiklah,
Putriku!” jawab sang Raja penuh keyakinan.
Setelah berpikir sehari-semalam, sang Putri pun menemukan jalan
keluarnya. Pada awalnya, sang Putri berniat memilih salah satu dari puluhan
pangeran yang melamarnya sebagai suaminya. Namun, niatnya itu ia batalkan
setelah memikirkan resikonya. Jika ia memilih satu di antara beberapa pangeran
sebagai suaminya, tentu pangeran yang lainnya merasa iri. Hal ini tentu akan
menimbulkan pertumpahan darah. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi
sang Putri. Ia pun memutuskan untuk mengorbankan jiwa dan raganya. Tekadnya
tersebut sudah tidak bisa ditawar lagi. Ia sudah siap merelakan jiwanya demi
menghindari terjadinya peperangan yang akan memakan korban yang lebih banyak.
Namun, sebelum melaksanakan niatnya, sang Putri harus melakukan semedi
terlebih dahulu. Dalam semedinya, ia mendapat wangsit agar mengundang semua
pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20, bulan 10 penanggalan Sasak),
bertempat di Pantai Seger Kuta, Lombok Tengah. Semua pangeran yang diundang
harus disertai oleh seluruh rakyatnya masing-masing. Mereka harus datang ke
tempat itu sebelum matahari memancarkan sinarnya di ufuk Timur.
Hari yang telah ditentukan tiba. Tampaklah pemandangan yang sangat
menarik. Para undangan dari berbagai negeri berbondong-bondong datang ke pantai
Seger Kuta. Orang yang datang ribuan jumlahnya. Pantai Seger Kuta bak gula yang
dikerumuni semut. Bahkan, banyak undangan yang datang dua hari sebelum hari
yang ditentukan oleh sang Putri tiba. Mulai dari anak-anak hingga kakek-nenek
datang memenuhi undangan sang Putri di tempat itu. Rupanya mereka sudah tidak
sabaran ingin menyaksikan bagaimana sang Putri yang cantik jelita itu
menentukan pilihannya.
Pantai Seger Kuta sudah penuh sesak oleh para undangan. Tak berapa lama,
sang Putri yang sudah tersohor kecantikannya itu pun tiba di tempat dengan
diusung menggunakan usungan yang berlapiskan emas. Seluruh undangan serentak
memberi hormat kepada sang Putri yang didampingi oleh Ayahanda dan Ibundanya
serta sejumlah pengawal kerajaan. Suasana yang tadinya hiruk-pikuk berubah
menjadi tenang. Seluruh pasang mata yang hadir tercengang kecantikan wajah sang
Putri. Tubuhnya yang dibungkus oleh gaun sutra yang sangat halus itu, menambah
keanggunan dan keelokan sang Putri. Para pangeran sudah tidak sabar lagi
menanti keputusan dari sang Putri. Masing-masing berharap dirinyalah yang akan
dipilih sang Putri. Suasana semakin tegang. Jantung para pangeran berdetak
kencang seakan-akan mau copot.
Tidak berapa lama, sang Putri melangkah beberapa kali, lalu berhenti di
onggokan batu, membelakangi laut lepas. Di tempat ia berdiri, Putri Mandalika
kemudian menebarkan pandangannya ke seluruh undangan yang jumlahnya ribuan itu.
Rasa penasaran para hadirin semakin memuncak. Mereka semakin tidak sabaran
ingin mendengarkan kata demi kata keluar dari mulut sang Putri yang menyebutkan
salah satu nama dari puluhan pangeran yang ada di tempat itu sebagai pilihan
hatinya.
Setelah pandangannya merata ke arah para undangan yang hadir, sang Putri
pun berbicara untuk mengumumkan keputusannya dengan suara lantang dengan
berseru, “Wahai, Ayahanda dan Ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri
Tonjang Beru yang aku cintai! Setelah aku pikirkan dengan matang, aku
memutuskan bahwa diriku untuk kalian semua. Aku tidak dapat memilih satu di
antara banyak pangeran. Diriku telah ditakdirkan menjadi Nyale yang dapat
kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan
laut.”
Mendengar keputusan sang Putri tersebut, para hadirin tersentak kaget,
termasuk Ayahanda dan Ibundanya, karena sang Putri tidak pernah memberitahukan
keputusannya itu kepada kedua orang tuanya. Belum sempat Ayahanda dan Ibundanya
berkata-kata, tiba-tiba sang Putri menceburkan diri ke dalam laut dan langsung
ditelan gelombang. Bersamaan
dengan itu pula, angin bertiup kencang, kilat dan petir pun menggelegar. Suasana di pantai itu menjadi kacau-balau. Suara
teriakan terdengar di mana-mana. Sesekali terdengar suara pekikan minta tolong.
Namun, suasana itu berlangsung tidak lama.
Sesaat kemudian, suasana kembali tenang. Para
undangan segera mencari sang Putri di tempat di mana ia menceburkan diri. Tidak
ada tanda-tanda keberadaan sang Putri di tempat itu. Ia menghilang tanpa
meninggalkan jejak sedikit pun. Tak lama kemudian, tiba-tiba bermunculan
binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak dari dasar laut. Binatang yang
berbentuk cacing laut itu memiliki warna yang sangat indah, perpaduan warna
putih, hitam, hijau, kuning dan coklat. Binatang itu disebut dengan Nyale.
Seluruh masyarakat yang menyaksiksan peristiwa
itu meyakini bahwa Nyale tersebut adalah jelmaan Putri Mandalika. Sesuai pesan
sang Putri, mereka pun beramai-ramai dan berlomba-lomba mengambil binatang itu
sebanyak-banyaknya untuk dinikmati sebagai tanda cinta kasih kepada sang Putri.
*******
Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur
yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik yaitu:
a. Unsur
intrinsik
Unsur intrinsik
ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan
struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan
pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan.
Jadi
unsur-unsur intrinsik dari cerita/ kisah diatas adalah;
Tema yang terkandung dalam cerita yaitu, putri mandalike yang rela
mengorbankan dirinya demi kesejahteraan kerajaannya
Latar
atau pelataran yang terdapat pada kisah/ cerita rakyat putri mandalike diatas
yaitu; kerajaan Tunjung bitu, dan Pantai Seger Kuta.
Alur
atau pengaluran yang dipakai
dalam ceriat ini adalah Alur Maju/ alur lurus dimana dalam proses
penyampaian, penyusunan dan penulisannya
secara berurutan yang dimulai dari awal ke akhir.
Amanat dari Cerita
rakyat di atas merupakan cerita teladan yang mengandung nilai-nilai moral yang
dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu nilai moral
yang sangat menonjol dalam cerita di atas adalah sifat rela berkorban. Sifat
ini tercermin pada sifat Putri Mandalika ketika ia rela mengorbankan jiwa dan
raganya demi menghindari terjadinya peperangan antara beberapa kerajaan yang
dapat mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa. Ia lebih memilih mengorbankan
jiwanya daripada mengorbankan jiwa orang banyak.
Penokohannya yaitu Raja Tonjang Beru,
Dewi Seranting,
Putri Mandalika beserta pangeran-pangeran dari
berbagai kerajan. Masing-masing dari kerajaan Johor, Lipur,
Pane, Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru.
v
Putri
mandalika, memilki
sifat atau karakter yaitu, cerdas dan
bijaksana ramah dan sopan. Tutur bahasanya sangat lembut. Seluruh rakyat negeri
sangat sayang terhadap sang Putri.
v Raja tonjang beru, memiliki sifat yang arif dan
bijasana
v Dewi seranting, ia adalah permaisuri raja. Dalam kisah
tersebut tidak di jelaskan tentang sifat atau karakter yang dimiliknya namun
kami menyimpulkan bahwa keluarga raja itu adalah keluarga yang berprilaku
baik, arif, dan bijasana baik dalam
lingkungan keluarga maupun terhadap rayatnya, maka dewi seranting juga memilki
safat dan tingkah laku yang baik.
v Datu taruna, ,memiliki karakter atau sifat yang
keras dan angkuh.
v Pangeran maliawang,juga memilki karakter tokoh
yang sama. Dia juga memberikan ancaman terhadap kerajaan tonjang beru apabila
lamaran ditolak.s
Latar belakang terjadinya upacara
bau nyale adalah upacara ini berawal dari sebuah kisah atau cerita yang
sudah melegenda dikalangan masyarakat sasak khususnya didaerah kuta seger yaitu
kisah putri mandalike. Legenda ini dikisahkan secara turun-temurun oleh
masyarakat sasak. Kisah ini berawal dari sebuah kerajaan yang bernama Tonjang
Beru didaerah selatan pulau lombok yang mempunyai seorang putri yang cantik. Kecantikan
dan keanggunan Putri Mandalika sangat tersohor dari ujung timur sampai
ujung barat pulau Lombok. Kecantikan dan keanggunan sang putri terdengar
oleh para pangeran – pangeran yang membagi habis bumi Sasak (Lombok).
Masing – masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan
kerajaan Beru. Para pangerannya pada jatuh cinta. para pangeran
tersebut tidak menerima jika sang Putri diperistri oleh banyak pangeran. Maka
mereka pun bersepakat untuk mengadu keberuntungan melalui peperangan. Siapa
yang menang dalam peperangan itu, maka dialah yang berhak memperistri sang
Putri. Akhirnya sang putrid rela mengorbankan dirinya demi kesejahteraan
kerajaan ayahnya.
Namun yang terpenting dalam kegiatan Bau Nyale ini adalah fungsi
solidaritas dan kebersamaan dalam kelompok masyarakat di Lombok Tengah yang
terus mereka pertahankan, di samping melestarikan nilai-nilai tradisional dan
budaya daerah mereka.
a. Unsur Ekstrinsik
Ada beberapa faktor
yang membangun cerita diatas yaitu;
Budaya Þ budaya yang terkandung dalam Upacara Bau Nyale ini
telah menjadi salah satu daya tarik yang banyak ditunggu-tunggu oleh para
wisatawan mancanegara. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok
Tengah menjadikan upacara Bau Nyale ini sebagai aset budaya yang
penyelenggaraannya telah menjadi koor event kegiatan budaya nasional.
Tradisi Þ cerita diatas juga menjadi unsur pembangunnya adalah karna sudah
menjadi tradisi masyarakat setempat yang sulit untuk ditinggalkan,
sebab mereka meyakini bahwa upacara ini memiliki tuah yang dapat mendatangkan
kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat (bahaya) bagi orang
yang meremehkannya.
b.
Unsur stilistika dan estetika
·
Stilistika yaitu stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan pembicara atau
penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana
style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa. Sudjiman (1993:13-14)
Ragam (genre) yang dipakai dalam cerita legenda putri madalike tersebut
adalah menggunakan ragam cerita atau beraliran pada angkatan melayu kuno karna
konsep ceritanya masih bersifat mistik. Sedangkan ciri khas pengarangnya
dilihat dari style atau gaya bahasa yang dipakai yaitu bersifat retoris
(penggunaan majas dan citraan) dan menggunakan sintaksis dan fonologi yang
biasa sehingga alur ceritanya mudah dimengerti oleh pembaca.
·
Estetika yaitu seni
keindahan baik dalam seni, dan sastra.
Adapun unsur estetika yang terkandung dalam cerita putri mandalike
yaitu;
1) Wujud
Adapun wujud atau bentuk dari cerita tersebut berbentuk dongeng yang merupakan legenda, karna kisah ceritanya
menceritakan tentang kejadian atau peristiwa alam secara gaib. Dalam kisah
tersebut diceritakan tentang asal mula adanya binatang nyale. Legenda tersebut
juga sangat menonjolkan sifat dan karakteristik putri mandalike yang terdapat
dalam kisah tersebut adalah sikap rela berkorban. Jika dipandang dari wujud
keseimbangan penulisannya, baik dari tema, latar dan suasana, tidak begitu
diperhatikan.
2) Bobot
Dalam menganalisis bobot yang terkandung dalam kisah tersebut yaitu: dapat
dilihat dari penulisan pengarangnya dimana dalam tema, amanat, beserta pesan
yang terkandung dalam cerita tersebut merupakan tersirat secara jelas bahwa
sikap rela berkorban sangat penting didalam mensejahterakan rakyat, dan akan
sangat bagus apabila sikap rela berkorban itu ada pada seorang raja dan seorang
putri atau dari seorang pejabat tinggi
lainnya demi keselamatan rakyatnya, sebagaimana yang tercermin dalam putri mandalika itu sendiri. Sedangkan, Dalam tekstur penulisan sangat
sederhana beserta penggunaan bahasa yang dipakai pun sangat lugas sehingga
sangat mudah dimengerti oleh para pembacanya.
3) Penampilan
Adapun penampilan yang dapat kami analisis dari kisah tersebut adalah penulisan
dari kata perkata menjadi sebuah kalimat yang begitu lugas dan tidak banyak
menggunakan majas-majas perumpamaan sehingga penulisannya dari dongeng tersebut
mudah dimengerti oleh para pembacanya. Walaupun ada paragraph yang menggunakan
majas perumpamaan sebagai mana yang terdapat pada paragraph ke-9 “Pantai
Seger Kuta bak gula yang dikerumuni semut” dari kalimat mempunyai makna,
karna banyaknya orang yang datang menyaksikan puri mandalike yang kan
menyampaikan sebuah petuah dari seorang putri.
BAB III
STILISTIKA
BESERTA APLIKASINYA
Menelusuri sejarah perkembangan stilistika sejak awal perkembangannya di
Barat, mencoba menemukan perkembangan stilistika di Indonesia, dan mencoba
membedakan titik perpisahan antara stilistika bahasa dan sastra, kemudian
menemukan arah baru, sekaligus model penelitian dengan teori stilistika
kontemporer, stilistika postmodern, dan mengidentifikasi ciri-ciri khas stilistika
sastra dengan cara menemukan identitasnya dalam karya sastra (hlm. 2).
Buku ini secara gamblang mengupas tuntas stilistika, dari etimologi,
definisi, sejarah keterkaitannya dengan sastra, relevansi teori, dan sistem
sosial. Kuntha Ratna banyak menampilkan kutipan atau contoh dari berbagai karya
sastra untuk memperjelas pembahasannya.
Dari uraian lengkap dalam buku tersebut dapat disimpulkan dalam poin
berikut, yaitu;
(1) Di dunia barat, stilistika merupakan bagian dari retorika sedangkan
di Indonesia retorika merupakan bagian dari stilistika,
(2) Di Indonesia studi stilistika tidak berkembang sebagaimana
diharapkan. Berbagai analisis terbatas dalam kaitannya dengan majas (gaya
bahasa) sementara dalam teori kontemporer majas berfungsi untuk membantu gaya
bahasa,
(3) Stilistika merupakan bidang penelitian bahasa dan sastra atau
merupakan jembatan antara puitika bahasa dan puitika sastra,
(4) Dalam pengertian yang sesungguhnya, sebagai gaya bahasa, stilistika
merupakan wilayah penelitian sastra, khususnya puisi, dan
(5) Secara luas, sebagai gaya, stilistika dibicarakan dalam semua bidang
ilmu pengetahuan, bahkan juga seluruh aspek kehidupan manusia (hlm. 391).
(Resti Nurfaidah, penikmat buku)
(Resti Nurfaidah, penikmat buku)
a. Ruang Lingkup Stilistika
Berbagai pakar sastra telah mengurai ruang lingkup stilistika. Dalam
Pengkajian Puisi Univeristas Gajah Mada, Yogyakarta, Pradopo (1993:10) mengurai
ruang lingkup stilistika, yaitu aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam
stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya
intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat.
Dalam Bunga Rampai Stilistika, Sudjiman (1993:13-14) menguraikan pusat
perhatian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan pembicara
atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai
sarana style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa.
Sesungguhnya gaya bahasa terdapat dalam segala ragam bahasa ragam lisan
dan ragam tulis, ragam sastra dan ragam nonsastra. Gaya bahasa adalah cara
menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud
tertentu. Akan tetapi secara tradisional gaya bahasa selalu dikaitkan dengan
teks sastra, khususnya teks sastra tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi atau
pilihan kata, struktur kalimat, majas dan citra, polarima, makna yang digunakan seorang sastrawan atau
yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
Misalnya, kita dapat menduga siapa pengarang sebuah karya sastra karena
kita menemukan ciri-ciri penggunaan
bahasa yang khas, kecenderungannya untuk secara konsisten menggunakan struktur
tertentu, gaya bahasa pribadi seseorang. Misalnya, Idrus dikenal dengan gaya
bahasanya yang khas sederhana.
Setelah membaca sebuah karya sastra, kita dapat juga menentukan ragamnya
(genre) berdasarkan gaya bahasa teks karena kekhasan penggunaan bahasa,
termasuk tipografinya. Gaya bahasa sebuah karya juga dapat mengungkapkan
periode, angkatan, atau aliran sastranya. Misalnya kita dapat mengenal gaya
sebuah karya sebagai gaya egaliter (gaya karya kita perkirakan terbit pada
zaman Balai Pustaka dengan memperhatikan gaya ragam); kita mengenal gaya
realisme dalam karya yang lain (gaya aliran). Sebuah bahasa (gaya angkatan).
Menentukan gaya khas
seorang pengarang (sastrawan) kita seharusnya membaca dan menelaah penggunaan
bahasa dalam semua karyanya. Memastikan apa yang disebut gaya suatu ragam atau
suatu jenis sastra tertentu, kita seharusnya membaca dan menelaah penggunaan
bahasa dalam semua karya dari ragam dan jenisnya.
Demikian pula cara kerja untuk menentukan gaya semasa (angkatan), aliran
kesusastraan tertentu. Ranah penelitian menjadi terlalu luas. Ranah penelitian
stilistika biasanya dibatasi pada teks tertentu. Pengkajian stilistika adalah
meneliti gaya sebuah teks sastra secara rinci dengan sistematis memperhatikan
preferensi penggunaan kata, struktur bahasa,
Mengamati antarhubungan pilihan kata untuk mengidentifikasikan ciri-ciri
stilistika (stilistic features) yang membedakan pengarang (sastrawan) karya,
tradisi, atau periode lainnya. Ciri ini dapat bersifat fonologi (pola bunyi bahasa,
matra dan rima), sintaksis (tipe struktur kalimat), leksikal (diksi, frekuensi
penggunaan kelas kata tertentu) atau retoris (majas dan citraan).
Dalam Apresiasi Stilistika, Intermasa.
Natawidjaja (1986:5) menguraikan obyek stilistika atau ruang
lingkup stilistika. Ia menguraikan bahwa apresiasi stilistika tiada lain usaha
memahami, menghayati, aplikasi dan mengambil tepat guna dalam mencapai retorika
agar melahirkan efek artistik. Berdasarkan ekspresi individual kita kenal Pribahasa, Ungkapan, Aspek kalimat, Gaya
bahasa, Plastik bahasa, Kalimat Asosiatif. Keenam obyek itu dibahas satu
persatu secara singkat dengan sistematika bahasan, cara, dan daftar
contoh. Berdasar ruang lingkup stilistika di atas dan sebelumnya jelas terlihat
persamaan, walaupun dengan redaksi yang berbeda. Dengan demikian ruang lingkup
stilistika itu sebagai berikut.
1) Pengertian Stilistika
2) Sejarah Stilistika
3) Tujuan Stilistika
4) Manfaat Stilistika
5) Hubungan Stilistika dengan Disiplin Ilmu Lain
6) Metodologi Penelitian Stilistika Sastra
7) Stilistika Puisi
8) Stilistika Cerita Pendek
9) Stilistika Novel
b. Manfaat Stilistika
Berbagai manfaat diperoleh dari stilistika bagi pembaca sastra, guru
sastra, kritikus sastra, dan sastrawan. Manfaat menelaah sebagai berikut.
sastra, kritikus sastra, dan sastrawan. Manfaat menelaah sebagai berikut.
1) Mendapatkan atau
membuktikan ciri-ciri keindahan bahasa yang
universal dari segi bahasa dalam karya sastra lebih.
2) Menerangkan
secara baik keindahan sastra dengan menunjukkan keselarasan penggunaan
ciri-ciri keindahan bahasa dalam karya sastra.
3) Membimbing
pembaca menikmati karya sastra dengan baik
4) Membimbing
sastrawan memperbaiki atau meninggikan mutu karya sastranya.
5) Kemampuan
membedakan bahasa yang digunakan dalam satu karya sastra dengan karya sastra
yang lain.
c. Tujuan Stilistika
Stilistika sebenarnya dapat ditujukan terhadap berbagai penggunaan
bahasa, tidak terbatas pada sastra. Namun biasanya stilistika lebih sering
dikaitkan dengan bahasa sastra.
Berbagai tujuan stilistika
Pertama menerangkan
hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya.
Kedua menentukan dan
memperlihatkan penggunaan bahasa sastrawan, khusus penyimpangan dan penggunaan
linguistik untuk memperoleh efek khusus.
Ketiga, menjawab
pertanyaan mengapa sastrawan mengekspresikan dirinya justru memilih cara
khusus?. Bagaimanakah efek estetis yang dapat dicapai melalui bahasa? Apakah
pemilihan bentuk- bentuk bahasa tertentu dapat menimbulkan efek estetis? Apakah
fungsi penggunaan bentuk tertentu mendukung tujuan estetis?.
Keempat, mengganti kritik
sastra yang bersifat subyektif dan impresif
dengan analisis. Stil wacana sastra yang lebih obyektif dan ilmiah.
Kelima, menggambarkan karakteristik khusus sebuah karya sastra.
Keenam, mengkaji pelbagai bentuk gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan dalam karyanya.
dengan analisis. Stil wacana sastra yang lebih obyektif dan ilmiah.
Kelima, menggambarkan karakteristik khusus sebuah karya sastra.
Keenam, mengkaji pelbagai bentuk gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan dalam karyanya.
http://reretaipan88.blogspot.com/2018/06/asiataipan-taipanqq-taipanbiru-bakso.html
BalasHapusTaipanbiru
TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsasusun
• Domino99
• Poker
• BandarPoker
• Sakong
• Bandar66
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
Daftar taipanqq
Taipanqq
taipanqq.com
Agen BandarQ
Kartu Online
Taipan1945
Judi Online
AgenSakong