Halaman

Selasa, 11 Juni 2013

LEGENDA PUTRI MANDALIKE ANALISIS CERITA DAERAH




BAB I
ANALISIS PUISI
Hal yang kami analisis adalah puisi Karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Pada Suatu Hari  Nanti. Didalam puisi ini ada beberapa yang kami analisis baik dari bait-bait puisinya maupun ciri khas pengarangnya.
Pada Suatu Hari Nanti          
Pada suatu hari nanti
Jasadku takan ada lagi
Tapi dalam baid-baid sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suaraku takkan terdengar lagi
Tapi diantara lirik-lirik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun disela-sela hirup sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari

Karya sapardi djoko damono

Adapun tema yang menjadi dasar puisi tersebut adalah perasaan cinta pada seseorang, perasaan cinta mengungkapkan bahwa aku lirik tidak akan meninggalakn seorang terseebut walaupun menininggal dunia.
Suasana dan nada yang tergambar pada “pada puisi suatu hari nanti” adalah khusuk, sedih, namun menyiratkan sebuah optimisme
Amanat yang terkandung dalam puisi tersebut bahwa penulis ingin menyampaikan pesan pada orang-orang terdekat yang selama ini dicintai dan mencintainya bahwa dirinya akan selalu ada meskipun secara jasad telah tiada. Keberadaaan dirinya akan selalu dirasakan melalaui karya puisi yang ditulisnya. Puisi-puisinyalah yang akan menemani setiap orang yang merindukannnya.
Adapun pengimajian perasaan pengarang adalah tentang teringatnya bahwa hidup ini akan ada akhirnya sehingga selama  dia hidup pengarang menuangkan perasaan dan cintanya lewat baid-baid syair yang dibuat.
Tipografi atau ekspresi wajah dapat dilihat dari suasana atau nada dari puisi tersebut tersebut seperti wajah yang khusuk dan sedih namun tersurat sirat optimisme pengarang untuk berkarya selama hidupnya.
Sedangkan unsur stilistika yang terkandung dari puisi tersebut adalah menggunakan gaya bahasa atau majas yang bersifat merendah menggunakan intonasi yang rendah pula karna puisi ini merupakan puisi yang sedih dan khusuk namun tersirat makna optimisme yang tinggi.
Dilihat dari unsur Estetika yaitu seni keindahan yang terkandung dari puisi tersebut seperti;
·         wujudnya merupakan suatu bentuk dari puisi. Jika dlihat dari isinya maka bentuk puisi tersebut merupakan puisi Elegi yaitu puisi yang mengungkapkan sesuatu dengan mendayu-dayu dan menyayat hati, seperti halnya dalam puisi karya damono tersebut yang sedih, menyayat hati namun menyiratkan sebuah rasa optimisme.
·         Dalam puisi karya damono yang berjudul pada suatu hari nanti menonjolkan rasa optimisme, bahwa pada suatu hari nanti bahwa jasad itu takkan ada lagi namun itu semua tidak membuatnya untuk berhenti berkarya selama masih punya jasad dan dapat bernafas.

·         sedangkan penampilannya puisi tersebut dapat dilihat dari setiap akhir baid-baid puisi itu berakhiran fonem ( i ).



BAB II
ANALISIS CERITA DAERAH
********
LEGENDA PUTRI MANDALIKE
Oleh : Indotim
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di pantai Selatan Pulau Lombok, berdiri sebuah kerajaan yang bernama Tunjung Bitu. Kerajaan tersebut diperintah oleh seorang Raja yang bernama Raja Tonjang Beru dengan permaisurinya, Dewi Seranting. Tonjang Beru adalah seorang raja yang arif dan bijaksana. Seluruh rakyatnya hidup makmur, aman dan sentosa. Mereka sangat bangga mempunyai raja yang arif dan bijaksana itu. Raja Tonjang Beru memiliki seorang Putri yang cantik jelita, cerdas dan bijaksana, namanya Putri Mandalika. Di samping cantik dan cerdas, Putri Mandalika juga terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya sangat lembut. Seluruh rakyat negeri sangat sayang terhadap sang Putri.
Kecantikan dan keelokan perangai Putri Mandalika sudah tersohor ke berbagai negeri, bahkan sampai ke negeri seberang. Para pangeran dari berbagai kerajaan juga telah mendengar berita tersebut. Setiap pangeran yang melihat kecantikan dan keanggunan sang Putri menjadi mabuk kepayang. Seakan telah terjadwalkan, para pangeran tersebut datang secara bergantian untuk melamar sang Putri.
Suatu keanehan pada diri Putri Mandalika. Setiap pangeran yang datang melamarnya, tak satu pun yang ia tolak. Namun, para pangeran tersebut tidak menerima jika sang Putri diperistri oleh banyak pangeran. Maka mereka pun bersepakat untuk mengadu keberuntungan melalui peperangan. Siapa yang menang dalam peperangan itu, maka dialah yang berhak memperistri sang Putri.
Dengan sepenuh perasaan halus dan lembut , Putri Mandalika menampik. Para pangeran jadi kecewa. Dua pangeran amat murka menerima kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dari Johor dan Pangeran Maliawang dari kerajaan LipurDatu Teruna mengutus Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman hancurnya kerajaan Tonjang Beru bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran Maliawang mengirim Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat dan ancaman yang serupa.
Suatu hari, berita tentang akan terjadinya peperangan antara beberapa kerajaan sampai pula ke telinga Raja Tonjang Beru. Sang Raja segera memanggil putrinya untuk membicarakan masalah tersebut. “Wahai, Putriku! Ayahanda mendengar bahwa di negeri ini akan terjadi malapetaka besar. Seluruh pangeran yang pernah datang melamarmu akan mengadakan perang. Mereka bersepakat, siapa yang menang dalam perang itu, dialah yang akan menjadi suamimu,” kata sang Raja kepada putrinya.
“Putri sudah mendengar berita itu, Ayahanda,” jawab sang Putri dengan tenang. “Lalu, apa yang akan kita lakukan agar pertumpahan darah itu tidak terjadi?” tanya sang Raja khawatir. “Maafkan Putri, Ayahanda! Ini semua salah Putri, karena telah menerima semua lamaran mereka. Jika Ayahanda berkenan, izinkanlah Putri yang menyelesaikan masalah ini,” pinta sang Putri. “Baiklah, Putriku!” jawab sang Raja penuh keyakinan.
Setelah berpikir sehari-semalam, sang Putri pun menemukan jalan keluarnya. Pada awalnya, sang Putri berniat memilih salah satu dari puluhan pangeran yang melamarnya sebagai suaminya. Namun, niatnya itu ia batalkan setelah memikirkan resikonya. Jika ia memilih satu di antara beberapa pangeran sebagai suaminya, tentu pangeran yang lainnya merasa iri. Hal ini tentu akan menimbulkan pertumpahan darah. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi sang Putri. Ia pun memutuskan untuk mengorbankan jiwa dan raganya. Tekadnya tersebut sudah tidak bisa ditawar lagi. Ia sudah siap merelakan jiwanya demi menghindari terjadinya peperangan yang akan memakan korban yang lebih banyak.
Namun, sebelum melaksanakan niatnya, sang Putri harus melakukan semedi terlebih dahulu. Dalam semedinya, ia mendapat wangsit agar mengundang semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20, bulan 10 penanggalan Sasak), bertempat di Pantai Seger Kuta, Lombok Tengah. Semua pangeran yang diundang harus disertai oleh seluruh rakyatnya masing-masing. Mereka harus datang ke tempat itu sebelum matahari memancarkan sinarnya di ufuk Timur.
Hari yang telah ditentukan tiba. Tampaklah pemandangan yang sangat menarik. Para undangan dari berbagai negeri berbondong-bondong datang ke pantai Seger Kuta. Orang yang datang ribuan jumlahnya. Pantai Seger Kuta bak gula yang dikerumuni semut. Bahkan, banyak undangan yang datang dua hari sebelum hari yang ditentukan oleh sang Putri tiba. Mulai dari anak-anak hingga kakek-nenek datang memenuhi undangan sang Putri di tempat itu. Rupanya mereka sudah tidak sabaran ingin menyaksikan bagaimana sang Putri yang cantik jelita itu menentukan pilihannya.
Pantai Seger Kuta sudah penuh sesak oleh para undangan. Tak berapa lama, sang Putri yang sudah tersohor kecantikannya itu pun tiba di tempat dengan diusung menggunakan usungan yang berlapiskan emas. Seluruh undangan serentak memberi hormat kepada sang Putri yang didampingi oleh Ayahanda dan Ibundanya serta sejumlah pengawal kerajaan. Suasana yang tadinya hiruk-pikuk berubah menjadi tenang. Seluruh pasang mata yang hadir tercengang kecantikan wajah sang Putri. Tubuhnya yang dibungkus oleh gaun sutra yang sangat halus itu, menambah keanggunan dan keelokan sang Putri. Para pangeran sudah tidak sabar lagi menanti keputusan dari sang Putri. Masing-masing berharap dirinyalah yang akan dipilih sang Putri. Suasana semakin tegang. Jantung para pangeran berdetak kencang seakan-akan mau copot.
Tidak berapa lama, sang Putri melangkah beberapa kali, lalu berhenti di onggokan batu, membelakangi laut lepas. Di tempat ia berdiri, Putri Mandalika kemudian menebarkan pandangannya ke seluruh undangan yang jumlahnya ribuan itu. Rasa penasaran para hadirin semakin memuncak. Mereka semakin tidak sabaran ingin mendengarkan kata demi kata keluar dari mulut sang Putri yang menyebutkan salah satu nama dari puluhan pangeran yang ada di tempat itu sebagai pilihan hatinya.
Setelah pandangannya merata ke arah para undangan yang hadir, sang Putri pun berbicara untuk mengumumkan keputusannya dengan suara lantang dengan berseru, “Wahai, Ayahanda dan Ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai! Setelah aku pikirkan dengan matang, aku memutuskan bahwa diriku untuk kalian semua. Aku tidak dapat memilih satu di antara banyak pangeran. Diriku telah ditakdirkan menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan laut.”
Mendengar keputusan sang Putri tersebut, para hadirin tersentak kaget, termasuk Ayahanda dan Ibundanya, karena sang Putri tidak pernah memberitahukan keputusannya itu kepada kedua orang tuanya. Belum sempat Ayahanda dan Ibundanya berkata-kata, tiba-tiba sang Putri menceburkan diri ke dalam laut dan langsung ditelan gelombang. Bersamaan dengan itu pula, angin bertiup kencang, kilat dan petir pun menggelegar. Suasana di pantai itu menjadi kacau-balau. Suara teriakan terdengar di mana-mana. Sesekali terdengar suara pekikan minta tolong. Namun, suasana itu berlangsung tidak lama.
Sesaat kemudian, suasana kembali tenang. Para undangan segera mencari sang Putri di tempat di mana ia menceburkan diri. Tidak ada tanda-tanda keberadaan sang Putri di tempat itu. Ia menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Tak lama kemudian, tiba-tiba bermunculan binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak dari dasar laut. Binatang yang berbentuk cacing laut itu memiliki warna yang sangat indah, perpaduan warna putih, hitam, hijau, kuning dan coklat. Binatang itu disebut dengan Nyale.
Seluruh masyarakat yang menyaksiksan peristiwa itu meyakini bahwa Nyale tersebut adalah jelmaan Putri Mandalika. Sesuai pesan sang Putri, mereka pun beramai-ramai dan berlomba-lomba mengambil binatang itu sebanyak-banyaknya untuk dinikmati sebagai tanda cinta kasih kepada sang Putri. *******
Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik yaitu:
a.     Unsur intrinsik
Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan.

Jadi unsur-unsur intrinsik dari cerita/ kisah diatas adalah;

Tema yang terkandung dalam cerita yaitu, putri mandalike yang rela mengorbankan dirinya demi kesejahteraan kerajaannya

Latar  atau pelataran yang terdapat pada kisah/ cerita rakyat putri mandalike diatas yaitu; kerajaan Tunjung bitu, dan Pantai Seger Kuta.

Alur atau pengaluran yang dipakai dalam ceriat ini adalah Alur Maju/ alur lurus dimana dalam proses penyampaian, penyusunan dan  penulisannya secara berurutan yang dimulai dari awal ke akhir.

Amanat dari Cerita rakyat di atas merupakan cerita teladan yang mengandung nilai-nilai moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu nilai moral yang sangat menonjol dalam cerita di atas adalah sifat rela berkorban. Sifat ini tercermin pada sifat Putri Mandalika ketika ia rela mengorbankan jiwa dan raganya demi menghindari terjadinya peperangan antara beberapa kerajaan yang dapat mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa. Ia lebih memilih mengorbankan jiwanya daripada mengorbankan jiwa orang banyak.
Penokohannya yaitu Raja Tonjang Beru, Dewi Seranting, Putri Mandalika beserta pangeran-pangeran dari berbagai kerajan. Masing-masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru.
v  Putri mandalika, memilki sifat atau karakter yaitu, cerdas dan bijaksana ramah dan sopan. Tutur bahasanya sangat lembut. Seluruh rakyat negeri sangat sayang terhadap sang Putri.
v  Raja tonjang beru, memiliki sifat yang arif dan bijasana
v  Dewi seranting, ia adalah permaisuri raja. Dalam kisah tersebut tidak di jelaskan tentang sifat atau karakter yang dimiliknya namun kami menyimpulkan bahwa keluarga raja itu adalah keluarga yang berprilaku baik,  arif, dan bijasana baik dalam lingkungan keluarga maupun terhadap rayatnya, maka dewi seranting juga memilki safat dan tingkah laku yang baik.
v  Datu taruna, ,memiliki karakter atau sifat yang keras dan angkuh.
v  Pangeran maliawang,juga memilki karakter tokoh yang sama. Dia juga memberikan ancaman terhadap kerajaan tonjang beru apabila lamaran ditolak.s

Latar belakang terjadinya upacara bau nyale adalah upacara ini berawal dari sebuah kisah atau cerita yang sudah melegenda dikalangan masyarakat sasak khususnya didaerah kuta seger yaitu kisah putri mandalike. Legenda ini dikisahkan secara turun-temurun oleh masyarakat sasak. Kisah ini berawal dari sebuah kerajaan yang bernama Tonjang Beru didaerah selatan pulau lombok yang mempunyai seorang putri yang cantik. Kecantikan dan keanggunan Putri Mandalika sangat tersohor dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok. Kecantikan dan keanggunan sang putri terdengar oleh para pangeran – pangeran yang membagi habis bumi Sasak (Lombok). Masing – masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru. Para pangerannya pada jatuh cinta. para pangeran tersebut tidak menerima jika sang Putri diperistri oleh banyak pangeran. Maka mereka pun bersepakat untuk mengadu keberuntungan melalui peperangan. Siapa yang menang dalam peperangan itu, maka dialah yang berhak memperistri sang Putri. Akhirnya sang putrid rela mengorbankan dirinya demi kesejahteraan kerajaan ayahnya.
Namun yang terpenting dalam kegiatan Bau Nyale ini adalah fungsi solidaritas dan kebersamaan dalam kelompok masyarakat di Lombok Tengah yang terus mereka pertahankan, di samping melestarikan nilai-nilai tradisional dan budaya daerah mereka.
a.       Unsur Ekstrinsik
Ada beberapa faktor yang membangun cerita diatas yaitu;
Budaya Þ budaya yang terkandung dalam Upacara Bau Nyale ini telah menjadi salah satu daya tarik yang banyak ditunggu-tunggu oleh para wisatawan mancanegara. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah menjadikan upacara Bau Nyale ini sebagai aset budaya yang penyelenggaraannya telah menjadi koor event kegiatan budaya nasional.
Tradisi Þ cerita diatas juga menjadi unsur pembangunnya adalah karna sudah menjadi tradisi masyarakat setempat yang sulit untuk ditinggalkan, sebab mereka meyakini bahwa upacara ini memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat (bahaya) bagi orang yang meremehkannya.

b.      Unsur stilistika dan estetika
·         Stilistika yaitu stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa. Sudjiman (1993:13-14)
Ragam (genre) yang dipakai dalam cerita legenda putri madalike tersebut adalah menggunakan ragam cerita atau beraliran pada angkatan melayu kuno karna konsep ceritanya masih bersifat mistik. Sedangkan ciri khas pengarangnya dilihat dari style atau gaya bahasa yang dipakai yaitu bersifat retoris (penggunaan majas dan citraan) dan menggunakan sintaksis dan fonologi yang biasa sehingga alur ceritanya mudah dimengerti oleh pembaca.
·         Estetika yaitu seni keindahan baik dalam seni, dan sastra.
Adapun unsur estetika yang terkandung dalam cerita putri mandalike yaitu;

1)      Wujud
Adapun wujud atau bentuk dari cerita tersebut berbentuk dongeng yang  merupakan legenda, karna kisah ceritanya menceritakan tentang kejadian atau peristiwa alam secara gaib. Dalam kisah tersebut diceritakan tentang asal mula adanya binatang nyale. Legenda tersebut juga sangat menonjolkan sifat dan karakteristik putri mandalike yang terdapat dalam kisah tersebut adalah sikap rela berkorban. Jika dipandang dari wujud keseimbangan penulisannya, baik dari tema, latar dan suasana, tidak begitu diperhatikan.

2)      Bobot
Dalam menganalisis bobot yang terkandung dalam kisah tersebut yaitu: dapat dilihat dari penulisan pengarangnya dimana dalam tema, amanat, beserta pesan yang terkandung dalam cerita tersebut merupakan tersirat secara jelas bahwa sikap rela berkorban sangat penting didalam mensejahterakan rakyat, dan akan sangat bagus apabila sikap rela berkorban itu ada pada seorang raja dan seorang putri  atau dari seorang pejabat tinggi lainnya demi keselamatan rakyatnya, sebagaimana yang  tercermin dalam putri mandalika itu sendiri.  Sedangkan, Dalam tekstur penulisan sangat sederhana beserta penggunaan bahasa yang dipakai pun sangat lugas sehingga sangat mudah dimengerti oleh para pembacanya.

3)      Penampilan
Adapun penampilan yang dapat kami analisis dari kisah tersebut adalah penulisan dari kata perkata menjadi sebuah kalimat yang begitu lugas dan tidak banyak menggunakan majas-majas perumpamaan sehingga penulisannya dari dongeng tersebut mudah dimengerti oleh para pembacanya. Walaupun ada paragraph yang menggunakan majas perumpamaan sebagai mana yang terdapat pada paragraph ke-9 “Pantai Seger Kuta bak gula yang dikerumuni semut” dari kalimat mempunyai makna, karna banyaknya orang yang datang menyaksikan puri mandalike yang kan menyampaikan sebuah petuah dari seorang putri.


BAB III
STILISTIKA Penelitian
Judul: Kajian Stilistika Puisi Indonesia Tahun 1990-an
Peneliti:
Ganjar Harimansyah Wijaya
Pos-el:
Deskripsi Fisik:
Tahun:
2001
ISBN/ISSN:
Sumber:
Tesis (Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Subjek:
Peneliti Pusat Bahasa
Abstrak:
Kajian stilistika terhadap puisi Indonesia ini merupakan analisis pemakaian bahasa di dalam
puisi Indonesia modern periode 1990-an. Pemakaian bahasa tersebut dianalisis dari aspek bunyi
bahasa, morfologis dan sintaktis, pemilihan kata (diksi), penggunaan kata-kata konkret,
pengimajian kata (imagery), dan bahasa figuratif. Selain itu, dianalis juga pengungkapan struktur
batin puisi [yang meliputi tema (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intention)]
yang tercermin dalam pemakaian bahasa puisi Indonesia tahun 1990-an. Hasil kajian stilistika
terhadap puisi Indonesia tahun 1990-an ini disimpulkan sebagai berikut. (1) Puisi Indonesia
tahun 1990-an tidak lagi memperlihatkan pola rima akhir yang terpola. Dalam beberapa kata
tertentu, terdapat bunyi bahasa yang mencerminkan kenyataan tertentu (ikonisitas). (2) Dari
aspek morfologis, puisi Indonesia tahun 1990-an memperlihatkan pembentukan kata yang
cenderung mengikuti pembentukan kata sesuai kaidah yang ada. Dari aspek sintaktis, puisi dalam
periode ini memperlihatkan kekhasannya dalam segi-segi sintaktis yang lebih banyak
menggunakan verba transitif daripada menggunakan verba intransitif. Beberapa pelesapan unsur
sintaktis terjadi dalam wujud tidak munculnya beberapa indikasi formal berupa subordinator atau
koordinator (pelesapan konjungtor), pelesapan S sebagai anafora yang berelasi noninsan (yang
telah disebutkan pada klausa sebelumnya), dan pemakaian tanda baca dengan segala variasi
penggunaan dan maknanya. (3) Hal yang menarik dalam puisi periode ini ialah a) penggunaan
bahasa daerah oleh penyair tertentu yang bukan berasal dari daerah bahasa itu, b) terdapat
banyak penyebutan pronomina persona dalam puisi yang merujuk pada benda-benda yang
dipersonifikasikan, dan 3) pengimajian lihatan, dengaran, dan gerak yang tampil secara bersama-
sama. (4) Hal yang menjadi keistimewaan personifikasi dalam puisi periode ini²dibandingkan
dengan pemakaian metafora, simile, dan metonimi²adalah adanya kata sifat atau kata yang
menggambarkan suasana tertentu yang dijadikan kata benda untuk kemudian dipersonifikasikan,
misalnya kata sepi, kegelapan, riuh, sejarah, lengang, detik, jam, kediktatoran orang kaya, dan
sebagainya. (5) Puisi indonesia tahun 1990-an masih menampilkan tema-tema besar seperti tema
religi, tentang kegelisahan, cinta, dan terutama tema kemanusian dan kritik sosial. Sikap yang
dominan muncul tersebut adalah sikap pesimistis dan kemuraman dalam memandang suatu
masalah itu. Nada puisi Indonesia tahun 1990-an menampilkan a) nada ironis; b) nada sinisme
dan cemooh yang diungkapkan melalui kiasan atau simbol-simbol; c) nada naratif yang dapat
diserap melalui pengalaman penyair, d) nada perenungan yang khusuk (nada perenungan ini
biasanya mengandung simbol-simbol filosofi dan religi). Amanat yang terkandung dalam puisi
Indonesia tahun 1990-an tersirat dalam tema puisinya.
Senin, 16 November 2009
Telaah Gaya Bahasa dengan Stilistika
STILISTIKA adalah ilmu tentang gaya, terutama gaya bahasa. Lebih jauh lagi, stilistika adalah
ilmu yang digunakan untuk menganalisis suatu karya, baik bahasa maupun sastra, untuk
menelusuri cara-cara yang khas atau cara pengungkapan tertentu sehingga tujuan yang ingin
disampaikan oleh penulis dapat dilakukan semaksimal mungkin. Stilistika merupakan ilmu
tentang gaya bahasa, ilmu interdisipliner antara linguistik dansastra, ilmu tentang penerapan
kaidah-kaidah linguistik dalam penelitian gaya bahasa, ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa
dalam karya sastra, dan ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan
mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya sekaligus latar belakang sosialnya (hlm.11).
Sebenarnya, stilistika dapat dipakai untuk semua ilmu humaniora. Terutama di dalam kehidupan
masyarakat modern dengan segala perkembangan teknologinya, stilistika dapat memasuki segala
aspek kehidupan manusia (hlm. 1). Meskipun demikian, stilistika jika dikaitkan dengan teori
sastra kurang mendapatkan perhatian. Kebanyakan, stilistika lebih banyak dibicarakan dalam
ilmu bahasa, berupa deskripsi berbagai jenis gaya bahasa, seperti majas. Dengan demikian,
terjadi kesenjangan pemakaian stilistika dalam ranah bahasa dan sastra.
Oleh karena itu, Kutha Ratna sebagai penulis ingin memberikan penjelasan serta menjembatani
kesenjangan itu. Di antara cara-cara yang disampaikan penulis melalui buku ini adalah (1)
BESERTA APLIKASINYA
Menelusuri sejarah perkembangan stilistika sejak awal perkembangannya di Barat, mencoba menemukan perkembangan stilistika di Indonesia, dan mencoba membedakan titik perpisahan antara stilistika bahasa dan sastra, kemudian menemukan arah baru, sekaligus model penelitian dengan teori stilistika kontemporer, stilistika postmodern, dan mengidentifikasi ciri-ciri khas stilistika sastra dengan cara menemukan identitasnya dalam karya sastra (hlm. 2).
Buku ini secara gamblang mengupas tuntas stilistika, dari etimologi, definisi, sejarah keterkaitannya dengan sastra, relevansi teori, dan sistem sosial. Kuntha Ratna banyak menampilkan kutipan atau contoh dari berbagai karya sastra untuk memperjelas pembahasannya.
Dari uraian lengkap dalam buku tersebut dapat disimpulkan dalam poin berikut, yaitu;
(1) Di dunia barat, stilistika merupakan bagian dari retorika sedangkan di Indonesia retorika merupakan bagian dari stilistika,
(2) Di Indonesia studi stilistika tidak berkembang sebagaimana diharapkan. Berbagai analisis terbatas dalam kaitannya dengan majas (gaya bahasa) sementara dalam teori kontemporer majas berfungsi untuk membantu gaya bahasa,
(3) Stilistika merupakan bidang penelitian bahasa dan sastra atau merupakan jembatan antara puitika bahasa dan puitika sastra,
(4) Dalam pengertian yang sesungguhnya, sebagai gaya bahasa, stilistika merupakan wilayah penelitian sastra, khususnya puisi, dan
(5) Secara luas, sebagai gaya, stilistika dibicarakan dalam semua bidang ilmu pengetahuan, bahkan juga seluruh aspek kehidupan manusia (hlm. 391).
(Resti Nurfaidah, penikmat buku)

a.    Ruang Lingkup Stilistika
Berbagai pakar sastra telah mengurai ruang lingkup stilistika. Dalam Pengkajian Puisi Univeristas Gajah Mada, Yogyakarta, Pradopo (1993:10) mengurai ruang lingkup stilistika, yaitu aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat.
Dalam Bunga Rampai Stilistika, Sudjiman (1993:13-14) menguraikan pusat perhatian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa.
Sesungguhnya gaya bahasa terdapat dalam segala ragam bahasa ragam lisan dan ragam tulis, ragam sastra dan ragam nonsastra. Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi secara tradisional gaya bahasa selalu dikaitkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan kata, struktur kalimat, majas dan citra, polarima,  makna yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
Misalnya, kita dapat menduga siapa pengarang sebuah karya sastra karena kita menemukan  ciri-ciri penggunaan bahasa yang khas, kecenderungannya untuk secara konsisten menggunakan struktur tertentu, gaya bahasa pribadi seseorang. Misalnya, Idrus dikenal dengan gaya bahasanya yang khas sederhana.
Setelah membaca sebuah karya sastra, kita dapat juga menentukan ragamnya (genre) berdasarkan gaya bahasa teks karena kekhasan penggunaan bahasa, termasuk tipografinya. Gaya bahasa sebuah karya juga dapat mengungkapkan periode, angkatan, atau aliran sastranya. Misalnya kita dapat mengenal gaya sebuah karya sebagai gaya egaliter (gaya karya kita perkirakan terbit pada zaman Balai Pustaka dengan memperhatikan gaya ragam); kita mengenal gaya realisme dalam karya yang lain (gaya aliran). Sebuah bahasa (gaya angkatan).
Menentukan gaya khas seorang pengarang (sastrawan) kita seharusnya membaca dan menelaah penggunaan bahasa dalam semua karyanya. Memastikan apa yang disebut gaya suatu ragam atau suatu jenis sastra tertentu, kita seharusnya membaca dan menelaah penggunaan bahasa dalam semua karya dari ragam dan jenisnya.
Demikian pula cara kerja untuk menentukan gaya semasa (angkatan), aliran kesusastraan tertentu. Ranah penelitian menjadi terlalu luas. Ranah penelitian stilistika biasanya dibatasi pada teks tertentu. Pengkajian stilistika adalah meneliti gaya sebuah teks sastra secara rinci dengan sistematis memperhatikan preferensi penggunaan kata, struktur bahasa,  Mengamati antarhubungan pilihan kata untuk mengidentifikasikan ciri-ciri stilistika (stilistic features) yang membedakan pengarang (sastrawan) karya, tradisi, atau periode lainnya. Ciri ini dapat bersifat fonologi (pola bunyi bahasa, matra dan rima), sintaksis (tipe struktur kalimat), leksikal (diksi, frekuensi penggunaan kelas kata tertentu) atau retoris (majas dan citraan).
Dalam Apresiasi Stilistika, Intermasa. Natawidjaja (1986:5) menguraikan obyek stilistika atau  ruang lingkup stilistika. Ia menguraikan bahwa apresiasi stilistika tiada lain usaha memahami, menghayati, aplikasi dan mengambil tepat guna dalam mencapai retorika agar melahirkan efek artistik. Berdasarkan ekspresi individual kita kenal  Pribahasa, Ungkapan, Aspek kalimat, Gaya bahasa, Plastik bahasa, Kalimat Asosiatif. Keenam obyek itu dibahas satu persatu secara singkat dengan sistematika bahasan, cara, dan daftar
contoh. Berdasar ruang lingkup stilistika di atas dan sebelumnya jelas terlihat persamaan, walaupun dengan redaksi yang berbeda. Dengan demikian ruang lingkup stilistika itu sebagai berikut.
1) Pengertian Stilistika
2) Sejarah Stilistika
3) Tujuan Stilistika
4) Manfaat Stilistika
5) Hubungan Stilistika dengan Disiplin Ilmu Lain
6) Metodologi Penelitian Stilistika Sastra
7) Stilistika Puisi
8) Stilistika Cerita Pendek
9) Stilistika Novel

b.    Manfaat Stilistika
Berbagai manfaat diperoleh dari stilistika bagi pembaca sastra, guru
sastra, kritikus sastra, dan sastrawan. Manfaat menelaah sebagai berikut.
1) Mendapatkan atau membuktikan ciri-ciri keindahan bahasa yang  universal dari segi bahasa dalam karya sastra lebih.
2) Menerangkan secara baik keindahan sastra dengan menunjukkan keselarasan penggunaan ciri-ciri keindahan bahasa dalam karya sastra.
3) Membimbing pembaca menikmati karya sastra dengan baik
4) Membimbing sastrawan memperbaiki atau meninggikan mutu karya sastranya.
5) Kemampuan membedakan bahasa yang digunakan dalam satu karya sastra dengan karya sastra yang lain.




c.    Tujuan Stilistika
Stilistika sebenarnya dapat ditujukan terhadap berbagai penggunaan bahasa, tidak terbatas pada sastra. Namun biasanya stilistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa sastra.
Berbagai tujuan stilistika
Pertama menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya.
Kedua menentukan dan memperlihatkan penggunaan bahasa sastrawan, khusus penyimpangan dan penggunaan linguistik untuk memperoleh efek khusus.
Ketiga, menjawab pertanyaan mengapa sastrawan mengekspresikan dirinya justru memilih cara khusus?. Bagaimanakah efek estetis yang dapat dicapai melalui bahasa? Apakah pemilihan bentuk- bentuk bahasa tertentu dapat menimbulkan efek estetis? Apakah fungsi penggunaan bentuk tertentu mendukung tujuan estetis?.
Keempat, mengganti kritik sastra yang bersifat subyektif dan impresif
dengan analisis. Stil wacana sastra yang lebih obyektif dan ilmiah.
Kelima, menggambarkan karakteristik khusus sebuah karya sastra.
Keenam, mengkaji pelbagai bentuk gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan dalam karyanya.


1 komentar:

  1. http://reretaipan88.blogspot.com/2018/06/asiataipan-taipanqq-taipanbiru-bakso.html

    Taipanbiru
    TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    BandarQ
    AduQ
    Capsasusun
    Domino99
    Poker
    BandarPoker
    Sakong
    Bandar66

    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61

    Daftar taipanqq

    Taipanqq

    taipanqq.com

    Agen BandarQ

    Kartu Online

    Taipan1945

    Judi Online

    AgenSakong

    BalasHapus