BAB I
LEKSIKOSTASTISTIK
1. Batasan Pengertian
Sudah
dikemukakan di atas bahwa salah satu metode pengelompokan adalah
leksikostatistik, namun karna fungsinya bukan semata-mata untuk mengadakan
kelompokan, maka metode ini akan di bicarakan secara khusus. Pada dasarnya
kedua istilah itu sebenarnya memiliki
pengertian yang agak berlainan, sekurang-kurangnya menyangkut sasaran akhir yang akan di capai.
Mengingat
bahwa dalam kenyataannya kedua istilah itu mempunyai hubungan yang sangat erat
dan saling melengkapi dan sering kali juga keduanya di samakan saja. Namun
demikian dapat saja diberikan suatu
pegangan mengenai pengertian dasar bagi
masing-masing istilah itu.
Pengertian
pokok antara kedua istilah itu dapat dirumuskan sebagai berikut
1.
Leksikostatistik: adalah suatu teknik dalam
pengolompokan bahasa yang lebih
cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata ( leksikon) secara statistik,
untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan prosantase
kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain.
2. Glotokronologi: adalah
suatu teknik dalam linguistik historis yang berusa mengadakan mengelompokan dengan lebih mengutamakan
perhitungan waktu (
time depth) atau perhitungan usia bahasa-bahasa kerabat. Dalam hal ini usia
bahasa tidak dihitung secara mutlak
dalam suatu tahun tertentu, tapi dihitung secara umum, misalnya
mempergunakan satuan ribuan tahun (millenium).
Dengan demikian, yang ingin dicapai dalam teknik ini
adalah kepastian mengenai usia bahasa,
yang mengenai kapan sebuah bahasa muncul, dan bagai mana hubungannya dengan
bahasa-bahasa kerabat lainnya. Seperti halnya dengan metode hestoris komparatif
lainnya, teknik itu dikembangkan terutama untuk bahasa-bahasa yang tidak
memiliki naskah-naskah kuno.
Sebagai
mana telah di uraikan dalam bagian-bagian terdahulu beberapa metode telah di
kembangkan terlebih dahulu untuk mengadakan pengelompokan bahasa-bahasa, guna mengetahui tingkat kekerabatan antar bahasa. Tapi metode-metode tersebut
tidak dapat dipakai untuk menghitung
eratnya hubungan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya.
2. Asumsi dasar leksikostatistik
Dari
penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap berbagai bahasa, akhirnya
memperoleh empat macam asumsi dasar
(andalan dasar, basic assumption) yang dapat di pergunakan sebagai titik
tolak dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa , atau secara tepatnya
bila mana terjadi diferensi antara dua
bahasa atau lebih.
1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa
sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya.
Asumsi
ini sebenarnya sudah dikenal sebelumnya dalam pengelompokan bahasa-bahasa, yanitu dalam metode leksikostatistik, kosa kata dasar yang di ambil
dalam metode leksikostatistik
dibatasi jumlahnya, setelah di adakan penelitian yang ketat dan
pengujian-pengujian untuk menerapkan metode ini secara baik. Ia juga menyusun sebuah daftar kosa kata
dasar yang terdiri dari 100 kata, untuk ketepatan perhitngan lebih baik
mempergunakan 200 kata dari pada 100 kata
2.
Retensi (ketahanan) kosa kata dasar
adalah kostan sepenjang masa. Asumsi dasar yang kedua mengatakan bahwa dari kosa kata dasar
yang ada dalam suatu bahasa, suatu prosantase tertentu selalu akan bertahan
dalam 1.000 tahun, kalau asumsi ini diterima, maka implikasinya adalah bahwa dari 200
kosa kata dasar yang dimiliki sebuah bahasa, sesudah 1.000 tahun akan bertahan sekian porsen, dan dari sistem
yang sudah 1.000 tahun kemudian akan bertahan lagi prosentase yang sama.
3.
Perubahan kosa kata dasar pada semua
bahasa adalah sama.
Asumsi ketiga ini telah di uji dalam
13 bahasa , di antarnya ada yang memiliki naskah-naskah tertulis. Bila di
adakan komputasi dengan mempergunakan
asumsi kedua, maka retensi rata-rata kosa kata dasar suatu bahasa
dalam setiap 1.000 tahun dapat
dinyatakan dalam rumus: 80,5% tentu dalam suatu bahasa demikian selanjutnya sesudah 1.000 tahun
kedua akan tinggal: 80,5% dan di
bulatkan menjadi 113 kata dan seterusnya.
4.Bila prosantase dari dua bahasa
kerabat (cognale) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah waktu pisah kedua
bahasa tersebut.
Asumsi
dasar keempat ini merupakan konsekuensi logis dari asumsi dasar kedua dan
ketiga. Asumsi ini berlaku dengan syarat bahwa tidak ada hal-hal yang memperlambat atau mempercepat
perpisahan tadi (celeteis paribus) atau
karena akan memperoleh fasilitas-fasilitas yang lebih baik , maka bangsa yang akan di
jajah akan menerima
bahasa penjajah dalam pergaulan sehari-hari, yang dengan demikian akan
mempengaruhi ketahan bahasa masyarakat jajahan itu.
BAB II
1. Teknik leksikostastik
Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas , maka perlu di ambil langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut merupakan teknik-teknik metode leksikostastik di antara langkah-langkah yang sangat diperlukan antara lain adalah;
1)
Mengumpulkan
kosa kata dasar bahasa kerabat
2)
Menetapkan
pasangan-pasangan mana dari kedua bahasa tadi adalah kata kerabat ( cognele);
3)
Menghitung
usia atau waktu pisah kedua bahasa;
4)
Munghitung
jangka kesalahan untuk menetapkan kemungkinan waktu pisah yang lebih tepat.
a. Mengumpulkan kosa kata dasar Unsur yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih adalah mengumpulkan daftar kosa kata dari bahasa-bahasa yang di teliti, daftar yang baik adalah daftar yang di susun oleh Morris Swadesh yang berisi dari 200 kata. Mungkin kelak ada ahli-ahli yang akan menyodorkan suatu daftar lain tapi haru diingat bahwa setiap pembaharuan harus diuji akan dibuktikan apakah prosantase refensi itu sama atau tidak.
Swadesh sendiri kemudian telah mengusulkan suatu daftar kata yang terdiri 100 kata. Alasannya adalah bahwa dalam daftar yang lama ada beberapa kata yang tidak universal seperti: es, salju, membeku, terlepas dari kelemahan itu, adalah suatu kekeliruan untuk menyusun suatu daftar yang lebih singkat, karena semakin singkat suatu daftar, semakin besar pula peluang untuk membuat kesalahan. Apalagi sering tidak mungkin untuk mendapatkan kata bagi setiap gloss dalam daftar tersebut. Sebab itu ada beberapa ahli yang menyaksikan hasil yang akan dicapai dengan daftaryang terdiri 100 kata.
b. Menghitung Kata Kerabat
Dalam membandingkan kata-kata untuk menetapkan kata-kata mana yang merupakan kata kerabat dan mana yang tidak, maka perlu di kemukakan lagi suatu asumsi lain dalam metode perbandingan yaitu:Fonen bahasa proto yang sudah berkembang secara berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat, akan berkembang terus konsisten dalam lingkungan linguistik masing-masing bahasa kerabat.Bila mereka mempunyai relatif sama dibandinkan suatu sama lain, bila mereka mempunyai hubungan genetis, maka pasangan fonem-fonem tersebut akan timbul kembali dalam banyak pasangan yang lain. Pinjaman dari bahasa-bahasa kerabat sejauh mungkin ditetapkan dengan membandingkannya dengan unsur-unsur lain. Ketiga, kata-kata jadikan pada sebuah kata benda memperlihatkan bahwa kata itu bukan kata dasar, misalnya matahari dalam bahasa melayu atau kata pohon ‘mata’ dalam bahasa sunda jelas bukan kata dasar: sebab itu harus diperhitungkan sebagai nol.
a. Gloss yang tidak diperhitungkan
Dalam membandingkan kata-kata untuk menetapkan kata mana yang merupakan kata kerabat dan mana yang tidak. Gloss yang tidak di perhitungkan itu adalah kata-kata kosong, yaitu gloss yang tidak ada katanya baik dalam salah satu bahasa maupun dalam kedua bahasa kedua, semua kata pinjaman dari bahasa non-kerabat . Pinjaman dari bahasa-bahasa kerabat sejauh mungkin ditetapkan dengan membandingkannya dengan unsur-unsur lain. Ketiga, kata-kata jadikan pada sebuah kata benda memperlihatkan bahwa kata itu bukan kata dasar, misalnya matahari dalam bahasa melayu atau kata pohon ‘mata’ dalam bahasa sunda jelas bukan kata dasar: sebab itu harus diperhitungkan sebagai nol.
b. Pengisolasian morfem terikat
Bila dalam kata-kata yang dikumpulkan itu terdapat morfem-morfem terikat, maka sebelum mengadakan perbandingan untuk mendapatkan kata-kata kerabat atau non kerabat, semua morfem terikat itu harus diisolir terlebih dahulu, dengan mengisolasi morfem tersebut, lebih mudahlah bagi kita untuk menetapkan ataukah satu pasangan kata menunjukan kesamaan atau tidak.Misalnya gloss give dalam bahasa indonesia memberi, harus disolasi morfem terikatnya sehingga yang dibandingkan nanti adalah bentuk dasarnya yaitu beri.
c. Penatapan kata kerabat
Bila kedua prosedur di atas telah dikerjakan,baru dimulai perbandingan antara pasangan –pasangan kata dalam bahasa-bahasa tersebut, untuk menetapkan apakah pasangan itu berkerabat atau tidak. Seperti yang di jelaskan dalam prosedur (1) bila dalam mengisolasi morfem terikat ternyata sebuah kata memiliki morfem dasar yang sama dengan sebuah kata memiliki morfem dasar yang sama dengan sebuah kata untuk glass lainya, sedangkan yang berbeda di tetapkan sebagai kata yang non-kerabat.
1.
Klasifikasi bahasa
Metode leksikostasiisitik atau glotokronologi bukan semata-mata merupakan
metode untuk menentukan waktu pisah dua bahasa kerabat, tapi ia juga menjadi
metode untuk mengadakan mengelompokan bahasa-bahasa kerabat.
Sebenarnya mengetahui waktu pisah antara bahasa-bahasa kerabat berdasarkan
kata-kata kerabatnya sudah tersirat pula
mengolompokan itu. Bahasa-bahasa memperlihatkan prosantase kekerabatan yang tinggi merupakan kelompok
yang lebih dekat keanggotaanya, sedangkan yang prosantase kekerabatan yang kecil saja merupakan bahasa
yang agak jauh kekerabatannya dan termasuk dalam kelompok yang lebih besar.
2.
Nilai leksikostastistik
Sebagai tampak dari uraian di atas, pertama-tama leksikostastik atau
glotokronologi berguna untuk mengadakan pengelompokan bahasa-bahasa kerabat,
disamping itu dapat dipakai pula sebagai
metode untuk menetapkan usia atau waktu
pisah bahasa-bahasa kerabat satu dari yang lain.
Bagi seorang antropolog dan ahli
sejarah, data leksikostastistik memberikan gambaran mengenai tingkat gambaran
mengenai tingkat perkembangan bahasa-bahasa
dan dialek-alek, dengan mengadakan penyilidiakan di atas sejumlah hubungan dan dialek, maka pasangan
yang menunjukan angka perpisahan yang tinggi menyatakan bahawa pencambangan bahasa tersebut pada
waktu yang lebih tua, sedangkan pasangan yang menunjukan angka perpisahan yang
kecil menyatakan bahwa pencambangan baru
saja terjadi. Dengan demikian mereka
dapat menyusun tingkat-tingkat urutan perpisahan bahasa-bahasa tersebut.
Tata urut peerpisahan tersebut dapat menghubungkan data linguistik dengan
migrasi, atau perkembangaan kebudayaan yang telah dxiketahuai atau yang diduga
telah terjadi.
Data
leksikoststistik dapat mengandung lokasi geografis, seperti kontak-kontak
kebudayaan pada budaya-budaya proto. Dialeg-dialeg proto di anggap homogen
sampai diketemukannya bukti-bukti perpisahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar